Sukses dan Kecerdasan Berpikir Oleh : Drs. Maswan, MM Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran, atau sama dengan gagasan dan cita-cita. Manusia yang tingkat Intelegency Quistions (IQ) normal secara psikologis, dapat dipastikan mereka mampu mengungkapkan ide.
Sekecil apapun ide tersebut, ada pada setiap manusia yang mempunyai pikiran. Agar potensi peningkatan ide dapat berkembang dan selalu mucul rancang bangun (enginering) dalam sebuah pemikiran, maka otak atau pikiran harus selalu digunakan, diasah dan dilatih agar tidak tumpul. Diakui bahwa berpikir lebih berat dibanding dengan bekerja dan berbuat yang hanya menggerakkan otot (psikomotorik).
Kapasitas energi yang dibutuhkan dalam berpikir melibatkan berjuta-juta sel saraf otak. Otak atau pikiran inilah yang menjadi ciri penanda dan pembeda antara binatang dengan manusia. Salah satu kelebihan manusia terletak pada kapasitas sel saraf otaknya.
- Manusia yang mampu menggerakkan dan memaksimalkan potensi pikirnya, akan mengantarkan pada ketinggian derajat.
- Penghormatan dan pengakuan terhadap orang yang pandai, ukurannya adalah kekaryaan yang dibangun lewat dimensi pemikiram dan imajinasinya.
- Pikiran manusia dengan perangkat potensi yang menyertainya, akan menghadirkan beribu-ibu bahkan berjuta-juta ide, jika mampu mendayagunakan untuk bekerja sama dengan perangkat potensi yang lainnya.
Mata misalnya, sebagai alat untuk melihat, memandang, merekam, mengamati adalah sarana bantu otak untuk memunculkan ide. Rancang Bangun Pertanyaan Orang yang cerdas setiap melihat objek benda akan selalu beripikir dan mengolah dalam sebuah rancang bangun dengan perangkat pertanyaan.
“Benda ini namanya apa?, Untuk apa benda ini ada? Kalau begitu, benda ini dimanfaatkan, sebagai bahan apa? Kalau benda ini diubah menjadi bentuk begini, apa dapat bagus? Benda ini jika diperbaiki, dan dibuat seperti ini, kira-kira laku dijual apa tidak?” dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dalam memori pikiran manusia, untuk menghadapi satu benda atau objek yang ditemukan.
Misalkan kita sebagai seorang penulis, biasanya sering melihat dan berpikir demikian dan selalu mempertanyaan sesuatu yang ada di sekitarnya. Permasalahan terus dicari untuk dijadikan landasan berkarya. Permasalahan dibahas dan dikupas dari segi sumber pemunculannya, penyebab yang menimbulkan, apa dan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
Selanjutnya masalah apalagi yang akan terjadi lagi, begitu seterusnya. Solusi (pemecahan) dari masalah tersebut seperti apa? Kalau masalah ini dipecahkan, apakah tidak menimbulkan masalah baru? Ini seperangkat analisis yang dapat dibangun dalam kerangka berpikir. Menemukan Ide Ya, tentu saja dengan melihat, nendengar, merasakan peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan kita.
Setelah itu dikaji dalam konsep berpikir logis. Kalau sudah digali dan dikaji, ternyata masalahnya ini dan itu. Jika sudah ketemu masalahnya, cari sumber penyebab, dan sumber penyebab dicari pemecahannya. Selesai! Dan itulah yang disebut proses berpikir dalam problem solving.
Proses pencarian masalah, dan penemuan penyebab munculnya masalah sampai pada pemecahannya tersebut, sebenarnya adalah kerja keras indra dan pikiran. Rancangan pemikiran yang disebut ide tersebut selalu dinamis atau bergerak sesuai putaran jarum jam, tiap detik dan menit. Manusia yang kreatif adalah manusia yang selalu menggerakkan potensi pikirannya dengan membangun konstruksi pikiran.
Untuk menyusun sebuah rancangan masa depan kehidupan, manusia harus selalu mengolah dan mengasah otak dengan ide-ide cemerlang. Sebagai orang yang beragama, tentu ketentuan Allah SWT, adalah mutlak adanya. Tetapi Allah SWT telah menciptakan otak-pikiran manusia dengan kapasitas jutaan, bahkan miliaran sel, fungsi utamanya adalah untuk berpikir dan berpikir terus.
- Ebebasan untuk menggunakan perangkat potensi pikir ini, adalah tanpa batas, asal mausia tersebut masih mampu untuk melakukannya.
- Permasalahan yang digali dan muncul dari dalam dan dari luar diri manusia, adalah sebuah ide atau gagasan, manakala manusia mampu merumuskan permasalahan tersebut dengan rancangan pemikiran yang sistematis.
Ide-ide yang bermunculan, dikemas dalam satu rancangan memori otak dan didorong dengan kemauan keras, maka muncullah kreativitas. Manusia yang kreatif adalah manusia yang banyak ide dan gagasan yang ditampakkan dengan rumusan kegiatan yang jelas. Untuk meningkatkan produksi ide yang baik perlu prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu.
- Acuan Pengungkapan Ide Prosedur adalah proses urutan langkah-langkah dalam berbuat sesuatu.
- Setiap aktivitas kehidupan perlu dilakukan dengan pentahapan kegiatan.
- Dalam menemukan ide perlu proses, di bawah ini barangkali dapat dijadikan acuan dalam pengungkapan ide atau gagasan: (1) Menangkap objek sebuah atau beberapa peristiwa dengan indra secara jeli dan cermat; (2) Memasukkan objek-peristiwa yang ditangkap lewat indra, dibawa ke memori pikiran; (3) Mengolah objek-peristiwa tersebut dalm pikiran secara cermat; (4) Menemukan hasil pemikiran dari percikan objek-peristiwa, untuk bahan produksi ide atau gagasan; (5) Mengantarkan hasil pemikiran berupa bahan produksi ide atau gagasan tersebut pada karsa (kehendak, keinginan, motivasi, dorongan dsb), untuk konsep penciptaan; (6) Konsep penciptaan yang sudah dikemas dalam pikiran, diupayakan dibangun terus lewat kemauan keras, sehingga menghasilkan karya.
(7) Karya yang sudah dihasilkan akan mempunyai nilai kegunaan dan kemanfaatan serta mempunyai daya artistik dan estetika, hal ini yang memberi penilaian adalah hati atau bud inurani. Pada dasarnya proses aktivitas tersebut di atas, hampir semua manusia sudah pernah melakukan, hanya kapasitas dan intensitasnya yang berbeda-beda.
Contents
Apa ciri dari pikiran manusia?
niramartisrael.defesesfinearts.com Serta Bagaimana Kita Menanggapinya Oleh Reza A.A Wattimena Begitu banyak orang mengalami penderitaan dalam hidupnya. Hampir semua bentuk penderitaan datang dari pikiran, baik dalam bentuk kecemasan akan masa depan, maupun penyesalan atas masa lalu.
- Penderitaan nyata sehari-hari bisa dilampaui dengan baik, jika orang mampu berpikir jernih, jauh dari kecemasan dan penyesalan yang kerap mencengkram pikirannya.
- Sebaliknya, hal kecil akan menjadi sulit dan rumit, ketika pikiran orang dipenuhi dengan kecemasan dan penyesalan.
- Orang semacam itu akan sulit berfungsi di masyarakat.
Mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka pun cenderung menjadi penghambat bagi orang lain, dan bahkan bisa membuat orang lain menderita. Beban pikiran yang berlebihan membuat orang tak mampu menyadari, betapa indah dan sederhana hidup manusia itu sebenarnya.
Pikiran Manusia Kunci untuk mencegah hal ini adalah dengan memahami hakekat dan gerak pikiran manusia. Setiap bentuk konsep adalah hasil dari pikiran manusia. Dengan konsep itu, manusia lalu menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya. Dalam hal ini, emosi dan perasaan juga merupakan hasil dari konsep yang berakar pada pikiran manusia.
Apa ciri dari pikiran manusia? Ada tiga ciri mendasar, yakni tidak nyata, sementara dan rapuh. Pikiran itu bukanlah kenyataan. Ia adalah tanggapan atas kenyataan. Pikiran dibangun di atas abstraksi konseptual atas kenyataan. Pikiran juga sementara. Ia datang, ia pergi, dan ia berubah.
Cuaca berubah, maka pikiran juga berubah. Ketika lapar, pikiran melemah. Dan sebaliknya, ketika perut kenyang, pikiran bekerja lebih maksimal. Ini menegaskan ciri selanjutnya, bahwa pikiran itu rapuh. Apa yang kita pikirkan sama sekali belum tentu benar. Bahkan, keyakinan kita atas pikiran kita cenderung mengarahkan kita pada kesalahan dan penderitaan, baik penderitaan diri sendiri maupun orang lain.
Pikiran kita begitu amat mudah berubah, dan ini jelas menandakan kerapuhan dari semua bentuk pikiran kita. Ekspresi, Represi dan Observasi Namun, sayangnya, banyak orang mengira, bahwa pikiran mereka adalah kenyataan. Mereka mengira, bahwa pikiran mereka adalah kebenaran.
- Emosi dan segala bentuk perasaan, yang merupakan buah dari pikiran, juga dianggap sebagai realita.
- Mereka mengalami kesulitan untuk menjaga jarak dari pikiran mereka sendiri.
- Pada titik ini, biasanya orang melihat dua kemungkinan, yakni ekspresi dan represi.
- Ekspresi berarti mengeluarkan semua bentuk pikiran tersebut dalam bentuk tindakan ataupun kata-kata.
Biasanya, orang lain menjadi obyek dari tindakan ini. Beberapa diantaranya merasa terhina, sehingga membalas, dan membentuk semacam lingkaran kekerasan yang lebih besar. Represi berarti menekan dan menelan semua emosi dan pikiran yang muncul. Pada pikiran dan emosi yang ekstrem, ini menciptakan rasa sakit yang luar biasa.
- Dalam jangka panjang, ini bisa menciptakan penyakit fisik yang berbahaya, seperti misalnya kanker atau sakit jantung.
- Represi emosi dan pikiran jelas bukan merupakan jalan yang tepat.
- Ekspresi menciptakan masalah sosial.
- Represi menciptakan masalah personal.
- Banyak orang terjebak di antara keduanya.
- Mereka tidak dapat keluar dari pikiran dan emosi yang mereka anggap nyata.
Namun, ada jalan keluar dari kebuntuan ini, yakni observasi. Observasi berarti tindak mengamati apa yang terjadi di dalam pikiran kita secara seksama. Kita mengamati muncul dan bergantinya pikiran dari satu obyek ke obyek lainnya. Kita bisa melihat, bagaimana emosi, perasaan dan pikiran terbentuk, dan kemudian berlalu.
Dengan cara ini, kita menciptakan jarak dengan segala hal yang muncul di kepala kita. Kita tidak lagi percaya, bahwa itu semua adalah kebenaran. Hasilnya, semua emosi, pikiran dan perasaan tidak akan mempengaruhi kita. Kita mengalami kebebasan yang sesungguhnya. Apa yang Sedang Mengamati? Ketika kita mengamati semua bentuk emosi, perasaan dan pikiran yang muncul, kita lalu bertanya, apa ini yang sedang mengamati? Siapa ini yang sedang mengamati? Yang jelas, kita bukanlah pikiran kita.
Kita juga bukanlah emosi dan perasaan kita, karena semua itu datang dan pergi, serta amat rapuh. Jika kita bukan pikiran, perasaan maupun emosi kita, lalu apa atau siapakah kita? Siapa ini yang sedang mengamati? Kita bisa menjawab dengan jawaban-jawaban lama, seperti jiwa atau roh.
- Namun, jiwa dan roh adalah konsep-konsep yang merupakan hasil dari pikiran kita, maka ia juga tidak nyata, sementara dan amat rapuh.
- Pertanyaan ini membuka ruang baru di dalam hidup kita.
- Jika dilakukan secara berkala, yakni bertanya “Siapa ini yang sedang mengamati?”, kita akan menyadari kehadiran sang pengamat ini.
Ia mengamati setiap detik pikiran, emosi dan perasaan yang muncul dan pergi di dalam diri kita. Kesadaran ini membuat kita lebih kuat menghadapi segala hal yang mungkin terjadi di dalam hidup. Dalam jangka panjang, tidak ada emosi, pikiran ataupun perasaan yang bisa mempengaruhi diri kita lagi.
Apa yang dimaksud dengan pikiran bukan fakta?
Manusia memang merupakan makhluk pemikir yang selalu menghasilkan pikiran-pikiran dalam aktivitas mereka, bahkan ketika bengong pun kita cenderung memikirkan sesuatu. Jika dihitung total pikiran yang dihasilkan dalam sehari hampir bisa dikatakan dalam aktivitas sehari-hari, manusia menghasilkan hampir satu pikiran per detiknya atau bahkan lebih jika waktu tidur kita potong dan anggap sebagai waktu dorman untuk berpikir.
- Menurut perhitungan, rata-rata manusia dewasa ternyata mampu menghasilkan 70.000 pemikiran setiap harinya.
- Ebanyakan dari pikiran yang selintas dan atau benar-benar dipikirkan secara matang tersebut adalah pikiran bukan fakta.
- Sesuatu yang erat kaitannya dengan pemikiran negatif, pengalihan, pesimis dan semua hal tidak penting yang selintas dipikirkan.
Jika hal ini tidak ditata dengan baik maka waktu yang dihabiskan dalam sehari bisa sangat tidak produktif untuk memikirkan hal tersebut.
Berapa banyak pikiran yang dihasilkan manusia dalam sehari?
Manusia memang merupakan makhluk pemikir yang selalu menghasilkan pikiran-pikiran dalam aktivitas mereka, bahkan ketika bengong pun kita cenderung memikirkan sesuatu. Jika dihitung total pikiran yang dihasilkan dalam sehari hampir bisa dikatakan dalam aktivitas sehari-hari, manusia menghasilkan hampir satu pikiran per detiknya atau bahkan lebih jika waktu tidur kita potong dan anggap sebagai waktu dorman untuk berpikir.
Menurut perhitungan, rata-rata manusia dewasa ternyata mampu menghasilkan 70.000 pemikiran setiap harinya. Kebanyakan dari pikiran yang selintas dan atau benar-benar dipikirkan secara matang tersebut adalah pikiran bukan fakta. Sesuatu yang erat kaitannya dengan pemikiran negatif, pengalihan, pesimis dan semua hal tidak penting yang selintas dipikirkan.
Jika hal ini tidak ditata dengan baik maka waktu yang dihabiskan dalam sehari bisa sangat tidak produktif untuk memikirkan hal tersebut.
Apa itu alam pikiran?
sentosarnando Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Ia tak pernah terlepas dari situasi di mana ia tinggal; dengan siapa ia berelasi dan bagaimana ia bertahan hidup. Dalam konteks inilah manusia dibentuk menjadi manusia yang berbudaya. Ia dibentuk dan dididik menurut kebiasaan setempatnya.
- Dalam sejarah peradaban manusia mulai dari tingkat primitif sampai modern, manusia juga mengalami perkembangan.
- Perkembangan itu berawal dan menuju suatu bentuk atau pola kebiasaan yang lebih manusiawi.
- Bila dahulu manusia tidak berpakaian, pada zaman ini manusia sudah menggunakan pelbagai jenis pakaian.
Bila dahulu manusia percaya pada kisah-kisah mitos, sekarang manusia percaya pada pikirannya. Manusia semakin berkembang dalam kebudayaannya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Perkembangan ini dilihat oleh Van Peursen sebagai sebuah pergeseran kebudayaan.
- Dalam bukunya yang berjudul strategi kebudayaan, ia berbicara tentang perkembangan kebudayaan.
- Bahwasanya, perkembangan kebudayaan manusia dipengaruhi oleh cara pikir manusia (alam pikiran manusia).
- Alam pikiran manusia itu yang membentuk suatu kebudayaan yang baru yang merupakan pergeseran dari yang lama.
Perkembangan atau pergeseran memiliki dua dimensi yaitu kontinuitas dan diskontinuitas. Kontinuitas berarti perkembangan itu tidak sama sekali memutuskan yang lama tetapi, perkembangan itu didasarkan pada kebiasaan yang lama atau sebelumnya. Diskontinuitas berarti yang kebiasaan yang lama itu diganti dengan kebidanan yang baru.
Menurut Van Peursen ada tiga bentuk alam pemikiran manusia. Ketiga alam pemikiran itu antara lain: alam pikiran mitis, alam pikiran ontologis dan alam pikiran fungsional. Tahap ontologis adalah tahap di mana manusia mulai menganalisis alam. Pada tahap ini manusia mulai bertanya tentang dunia. Manusia yang tidak lagi ada dalam lingkaran kekuasaan mitis, tetapi secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal.
Dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dirasakan mengepung dirinya. Keadaan manusia dalam alam pikiran mitis masih terkungkung dalam lingkaran dunia. Di mana dalam alam pemikiran mitis, manusia takut terhadap dunia dan merasa inferior berhadapan dengan dunia.
- Akan tepi sebaliknya, dalam level ontologis manusia keluar dari kungkungan dunia mitis.
- Ia berusaha mencari dan menemukan jawaban tentang “ada”.
- Manusia berusaha mencari pengertian tentang apa yang dialaminya.
- Ia merenung dan merefleksikan hidupnya berhadapan dengan dunia yang dialaminya.
- Manusia merenungkan tentang peristiwa-peristiwa, benda-benda dan seluruh aspek hidupnya.
Dan permenungan ini tidak lain merupakan permenungan tentang “ada” itu sendiri. Pada konteks ini, manusia mengalami perkembangan. Perkembangan itu ialah sebuah pergerakkan dari “Mitos” ke “logos”. Perkembangan dari mitos ke logos ini membuat manusia bisa bertanya dan mencari pengertian tentang dunia dan dirinya.
Ia menggunakan pikirannya untuk menemukan pengertian tentang “ada”. Namun dalam tahap ini memang manusia tidak hanya melulu berpikir secara logis, tapi emosi dan harapan juga bermain juga agama dan keyakinan tetap berpengaruh bagi kehidupannya. Pertanyaan yang diajukan dalam alam pikiran ontologis adalah tentang dunia transenden, tentang kebebasan manusia, pengertian mengenai kehidupan, dan hal-hal yang bersifat eskatologis.
Dari pertanyaan-pertanyaan itu manusia memperoleh pengertian tentang dunia dan dirinya. Dengan demikian, dalam alam pikiran ontologis ini, manusia berusaha memperoleh pengertian mengenai daya-daya kekuatan yang menggerakkan alam dan manusia. Alam pikiran seperti ini membebaskan manusia dari lingkaran mitologis.
- Alam pikiran ontologis berani hidup dalam ketegangan jarak dengan mitologis.
- Pada tahap ini manusia mengambil jarak (distansi) dengan dunia.
- Alam pemikiran ontologis ini memiliki fungsinya dalam perkembangan hidup manusia.
- Salah satu contohnya ialah sejarah perkembangan pemikiran dunia barat.
- Alam pikiran barat mempunyai ciri khas tersendiri yaitu tempat munculnya ilmu pengetahuan.
Lahirnya ilmu pengetahuan merupakan akibat langsung dari refleksi manusia tentang alam dan dirinya. Alam pemikiran ontologis memiliki bentuk atau akibat negatifnya. Efek negatif yang ada pada tahap ini disebut dengan Substansialisme. Substansialisme adalah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, yang mempunyai landasan sendiri dan tidak perlu bersandar pada sesuatu di luarnya.
Sehingga segala sesuatu yang pada mulanya tumbuh bersama kini mulai terpisah-pisah dan terputus, muncul adanya kelompok-kelompok di masyarakat, kehidupan manusia ditandai dengan adanya sekat-sekat. Substansialisme berarti segala sesuatu yang tidak bernilai, tidak ada hakekatnya harus dimusnahkan karena tidak sesuai dengan pencapaian yang ingin dituju oleh ontologis.
Alam pikiran ontologis ini tentu memiliki pengaruh dalam sejarah perkembangan hidup manusia. Salah contohnya ialah munculnya ilmu pengetahuan dalam sejarah perkembangan pemikiran barat. Dan dalam koteks Indonesia alam pemikiran ontologis ini tentu memiliki relevansinya.
Masyarakat Indonesia juga mengalami tahapan perkembangan pemikiran ontologis. Dalam konteks Indonesia, pemikiran ontologis tampak dalam perubahan cara berpikir. Dahulu, banyak masyarakat yang melihat bahwa letusan gunung api, banjir atau bencana alam lainnya merupakan akibat kemarahan dari sang pencipta.
Sehingga, tak jarang ditemukan pelbagai bentuk kegiatan ritual untuk melakukan pendamaian dengan sang pencipta. Maka diadakan upacara pemberian sesajian atau ritual lainnya untuk meredam kemurkaan sang pencipta. Namun dalam tahap perkembangan selanjutnya, masyarakat mulai menyadari dan mengerti bahwa bencana merupakan konsekuensi logis bila manusia tidak memelihara dan bertanggung jawab terhadap alam.
- Arena itu dengan bantuan pikirannya, manusia berpikir logis tentang dirinya dan alam.
- Dengan demikian bencana alam dilihat sebagai sebuah fenomena atau kejadian alam dan bukan bentuk kemarahan dari sang pencipta.
- Indonesia adalah negara yang multikultural.
- Di samping itu Indonesia adalah negara kepulauan; di mana terdapat ribuan pulau dari Sabang sampai Marauke.
Indonesia bukan hanya Jawa; Indonesia bukan hanya Kalimantan atau Bali. Indonesia juga bukan hanya orang Islam atau katolik. Indonesia adalah keseluruhan. Indonesia adalah bangsa Indonesia. Keadaan ini lantas tidak membuat Indonesia hidup terkotak-kotak.
Meskipun diwarnai keanekaragaman, Indonesia tetap satu. Meskipun berbeda-beda tetapi satu juga (Bhineka Tunggal Ika). Meskipun beda agama, bangsa Indonesia percaya pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Kritikan terhadap alam pemikiran ontologis di Indonesia berkaitan dengan eksploitasi terhadap alam. Dahulu, Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya.
Akan tetapi, realitas sekarang ini menunjukkan bahwa alam Indonesia berada di ambang kehancuran. Hal ini disebabkan oleh gaya pikiran yang melihat alam sebagai objek. Di sini terjadi kesenjangan (distansi) antara manusia dan alam. Oleh karena ilmu pengetahuan, manusia (masyarakat Indonesia) mengeksploitasi alam demi kepentingan dirinya sendiri. Lihat Humaniora Selengkapnya Beri Komentar Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!