Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian?

Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian
Uji Validitas – Melakukan uji validitas bertujuan untuk melihat seberapa tepat variabel yang digunakan dalam penelitian. Suatu penelitian dapat dikatakan valid apabila mampu memberikan hasil atas apa yang benar-benar ingin diukur. Dengan kata lain, hasil dari penelitian yang valid akan menjawab apa yang dipertanyakan dalam penelitian itu sendiri.

  • Terbagi 2, yaitu validitas item dan validitas faktor.
  • Validitas item dilihat dari korelasi skor item dengan skor total item.
  • Sementara validitas faktor merupakan korelasi antara skor faktor dengan skor total faktor.
  • Yang kedua ini dilakukan jika terdapat lebih dari satu faktor.
  • Untuk melakukan uji validitas menggunakan SPSS, totalkan terlebih dulu skor dari masing-masing variabel.

Kemudian masuk ke menu Analyze, Correlate, lalu Bivariate. Isi Variables dengan seluruh item variabel. Jangan lupa tandai Pearson, Two-tailed, dan Flag significant correlations. Lalu klik OK.

Mengapa mengukur validitas penting dalam sebuah penelitian?

Dalam penelitian, baik berbentuk kualitatif maupun kuantitatif, kriteria utama yang harus diperhatikan adalah valid, reliabel, dan objektif. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti.

Kalau dalam objek penelitian terdapat warna merah, peneliti akan melaporkan warna merah. Kalau dalam objek penelitian para pegawai bekerja dengan keras, peneliti melaporkan bahwa pegawai bekerja dengan keras. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, data tersebut dapat dinyatakan tidak valid.

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan – keputusan / kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik.

Demikian ringkasan dari latar belakang adanya analisis data dan validitas dan reliabilitas data akan dibahas selengkapnya pada bab berikutnya. PEGERTIAN DAN KEGUNAAN 1.) ANALISIS DATA A.) Pengertian Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan bahwa analisi data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari, menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya yang elah dikumpulkan peneliti dengan teknik-teknik pengumpulan data lainnya.B.) Kegunaan Kegunaan adanya Analisis data untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian berupa temua penelitian.2.) VALIDITAS A.) Pengertian Menurut Gronlund dan Linn (1990) menyebutkan bahwa Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi.

Lain lagi Menurut Arikunto (1995) Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan Sukadji (2000) mengambil pengertian bahwa Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.

Azwar (2000) menyebutkan Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Dari pengertian beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Validitas adalah suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.B.) Kegunaan Kegunaan validitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya yaitu agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.3.) RELIABILITAS DATA A.) Pengertian Menurut Gronlund dan Linn (1990) Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran.

Sedangkan menurut Sukadji (2000) Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi.

Anastasia dan Susana (1997) menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen ( equivalent items ) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda Lain halnya dengan Sugiono (2005) dalam Suharto (2009) yang menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.

Menurut Suryabrata (2004) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Dari pengertian beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Reliabilitas data adalah derajat konsistensi data yang bersangkutan. Realibilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.B.) Kegunaan Kegunaan dari reabilitas data adalah untuk mengetahui atau menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

LANGKAH-LANGKAH DALAM ANALISIS DATA 1.) Secara kuantitatif Tahapan langkah saat menggunakan analisa data statistik dalam penelitian kuantitatif adalah : 1. Menentukan masalah (untuk menjadi obyek pengamatan/penelitian) Menentukan masalah atau menemukan sesuatu yang menarik perhatian dalam sebuah keadaan sebagai titik-pandang masalah, sehingga mampu bekerja efektif saat mengumpulkan data dan memberikan akurasi yang tinggi.

  • Esulitan akan banyak muncul bila tidak ada definisi yang jelas tentang masalah yang ingin diketahui.2.
  • Mengumpulkan data Faktor penting dalam pengumpulan data yang perlu diperhatikan adalah populasi dan sampel.
  • Pada bagian ini digunakan statistik inferensial.
  • Statistik inferensial digunakan untuk memperluas perolehan informasi berasal dari sampel acak dalam populasi yang akhirnya digunakan sebagai cara melihat keseluruhan populasi itu.

Kegunaan dari statistik inferensial adalah untuk memperoleh informasi dari populasi yang terdapat di dalam sampel.3. Melakukan analisa Di dalam analisa data-statistika, metode yang digunakan untuk analisa data terbagi menjadi dua kategori, metode exploratory dan metode confirmatory.

Metode exploratory digunakan untuk menentukan apakah data yang ada dapat disajikan melalui angka aritmetika sederhana dan mudah dimuat dengan grafis sebagai ringkasan data. Metode confirmatory memanfaatkan ide teori probabilitas sebagai upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus diluar ringkasan yang mudah diperoleh.

Teori probabilitas penting saat membuat keputusan karena akan berfungsi sebagai ukuran mengukur, merasakan, menyatakan dan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.4. Menyajikan hasil Melalui inferensia, perkiraan atau ujicoba yang menyatakan karakter-karakter tertentu dari populasi akan mudah diperoleh dari sampel.

  • Hasil disajikan dalam sebentuk tabel, grafik atau berupa nilai persentase tertentu.
  • Diambil sampel karena untuk memperoleh hasil pengamatan keseluruhan populasi.
  • Hasil pengamatan disajikan dituntut mampu menunjukkan kemungkinan keterlibatan sampel berdasarkan penggunaan teori probabilitas dan nilai interval.2.) Secara kualitatif Analis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih.

Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi-strategi yang digunakan dan data yang telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya.

Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data.

Memulai pengumpulan data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data.

Pengumpulan data dasar

Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca, dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi.

Pengumpulan data penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian itu sendiri.

Melengkapi

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. ANALISIS DATA DALAM PENELITIAN KUANTITATIF 1.) Pengertian Drs. Zainal Arifin, M.Pd, dalam bukunya jenis-jenis penelitian pendidikan mendefinisikan Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.

  • Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu.
  • Penggunaan pengukuran disertai analisis secara statistik di dalam penelitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.2.) Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif Teknik analisis atau pengolahan data sangat berhubungan erat dengan jenis data yang diperoleh, pertanyaan penelitian atau hipotesis dan tujuan penelitian.

Tujuan penelitian dengan pertanyaan penelitian atau hipotesis walaupun rumusannya berbeda, tetapi memiliki sasaran yang sama. Kalau tujuan atau pertanyaan penelitiannya hanya diarahkan untuk mendapatkan deskripsi, maka analisis datanya cukup dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana, menghitung frekuensi dan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Untuk mengetahui kecenderungan frekuensi yang menonjol dapat dicari dengan menggunakan teknik ch kuadrat. Kalau tujuan penelitiannya untuk mengetahui (menguji) perbedaan, antara dua atau lebih dua variabel, maka teknik analisis yang digunakan adalah uji perbedaan dua atau lebih dari dua variabel. Kalau tujuan penelitiannya untuk mengetahui (mengukur) hubungan antara dua variabel atau lebih dari dua variabel digunakan teknik analisis korelasi tunggal atau parsial dan korelasi ganda.

Kalau datanya bersifat ordinal digunakan analisis Rank Spearman, tetapi kalau datanya interval atau rasio bisa menggunakan Product Moment dari Pearson. Analisis korelasi Rank Spearman, hanya bisa menghitung korelasi tunggal, korelasi gandanya tidak bisa.3.) Prosedur Penelitian kuantitatif v Permasalahan v Kajian pustaka-kerangka berpikir pengajuan v hipotesis-pengontrolan ubahan v Rancangan penelitian-populasi sampel metode v pengumpulan data-instrumen prosedur v penelitian-teknik analisis data v Hasil penelitian-pembahasan v kesimpulan 4.) Aspek metodologis dari penelitian analisis isi kuantitatif antara lain (Berger, 2000 : 176-177) sebagai berikut :

Menggunakan pendekatan sejarah

Perlunya melakukan pendekatan kesejahteraan ini dimaksudkan untuk membantu memberikan beberapa perspektif dari analisis isi media yang dilakukan peneliti dengan analisis isi media terhadap topik atau isu-isu yang sama beberapa waktu yang lalu atau kondisi terdahulu ( the past).

Menggunakan pendekatan komparasi/perbandingan

Aspek metodologis ini digunakan untuk membandingkan hasil-hasil terdahulu dengan hasil-hasil terbaru yang dilakukan oleh peneliti. Komparasi dapat dilakukan berdasarkan pada aspek waktu, situasi, tempat dan sebagainya.

Lebih berhati-hati dengan definisi operasional terminologi yang dipakai

Ada beberapa macam definisi terminologi. Ada yang dikenal dengan constitutive definitions yang mendefinisikan sebuah kata dengan menggunakan kata-kata lainnya atau konsep-konsep lainnya. Definisinya ini cenderung bersifat umum dan abstrak. Sementara yang digunakan dalam QCA adalah definisi yang operasional, yakni yang menggunakan operasional-operasional dan indikator untuk mendefinisikan konsep.

Menentukan unit analisis yang dapat terukur

Disini basic standart dari analisis isi kuantitatif adalah menentukan satuan analisis yang akan diteliti, seperti pokok berita, alenia/paragraf, kalimat, tematik, kata dan sebagainya.

Menentukan bagaimana melakukan koding data

Koding adalah proses dimana peneliti melakukan klasifikasi data yang diperoleh dari meterial yang diteliti dan memberi setiap item analisis dengan tanda atau simbol dan nomor yang terurut atau sesuai.

Hanya mengukur pesan yang tampak

Peneliti hanya menjelaskan teks-teks dari yang secara eksplisit tertulis / tercetak. Daripada melihat materi yang tersembunyi yakni makna dibalik atau diantara kata-kata yang ada. ANALISIS DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF 1.) Pengertian Sekitar tahun 1920-an, para ahli sosiologi dari ” mazhab Chicago” sudah memulai menggunakan penelitian kualitatif yaitu menganalisi suatu fenomena dalam kehidupan manusia.

  1. Dalam waktu yang bersamaan, para ahli antropologi juga menggambarkan kerangka dari metode karya lapangan, yaitu melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat.
  2. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1933) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistik). Menurut Drs. Zainal Arifin, M.Pd, dalam bukunya jenis-jenis penelitian pendidikan mendefinisikan Penelitian Kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.

Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama. Menyimak fokus kajian dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang penelitian tersendiri yang berfungsi utama untuk menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia dengan menggunakan pendekatan-pendekatan secara langsung dan interaksi yang komplek.2.) Tujuan dan Karakteristik Penelitian Kualitatif Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan ( to describe), memahami (to understand), dan menjelaskan (to explain) tentang suatu fenomena yang unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik yang khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sehingga menghasilkan sebuah teori yang grounded, yaitu teori yang dibangun berdasarkan data, yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif yaitu : b.) Menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan ( enity ).c.) Istrumen kuncinya ( key instrument ) adalah manusia sebagai human instrument, yaitu peneliti itu sendiri.d.) Mengutamakan data langsung ( first hand ).e.) Menggunakan metode triangulasi yaitu multi-metode didalam satu fokus yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti sebagai upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan utuh mengenai suatu fenomena yang berupa suatu alternatif untuk pembuktian.f.) Menganalisis data secara induktif.g.) Menggunakan purposisve sampling, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian.h.) Mengutamakan data kualitatif (kata-kata, gambar).i.) Lebih mementingkan proses daripada hasil.j.) Memandang kenyataan sebagai sesuatu yang bersifat jamak ( multiple realities ).k.) Memungkinkan memperoleh data dan informasi yang unik, yang tidak biasanya terjadi.l.) Mencari makna dari latar belakang tingkah laku atau perbuatan.m.) Mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan pandangan responden.n.) Meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

o.) Menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).

p.) Menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. (Moleong, 1994; Nasution, 1988; Lincoln dan Guba, 1985; Bogdan dan Biklen, 1982).3.) Jenis-jenis Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif banyak jenisnya, antara lain : a.) Etnografi Etnografi adalah jenis penelitian yang digunakan untuk mempelajari secara mendalam tentang perilaku oranga yang terjadi secara alami disebuah kelompok sosial atau budaya tertentu dari perspektif pelakunya.

Banyak yang menyebut penelitian ini sebagai penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Tujuan penelitian etnografi adalah untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan, memahami pola hidup kelompok manusia dalam perspektif anggotanya. Etnografi bukan hanya mempelajari orang lain, tetapi belajar dari orang lain tentang dirinya.

Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi adalah : 1.) Memahami masalah.2.) Menyusun dan mengelompokkan data.3.) Membaca keseluruhan data dan memeberi kode.4.) Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.5.) Menafsirkan dan memberi makna hasil temuan.6.) Menyusun laporan, baik berupa narasi, tabel atau gambar.b.) Etnometodologi Etnometodologi adalah penelitian yang berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri.

Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterprestasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.c.) Studi kasus ( case studies ) Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.

Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus akan menghasilkan data yang dapat dianalisis untuk membangun sebuah teori. Data studi kasus diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Langkah-langkah analisis data pada studi kasus yaitu : 1.) Menyusun dan mengelompokkan data.2.) Memilih dan memilah data serta memberi kode.3.) Menguraikan secara terperinci mengenai kasus dankonteksnya.4.) Menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.5.) Menafsirkan dan mencari makna.6.) Mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.7.) Menyusun laporan secara naratif.d.) Studi dokumen / teks ( document studies ) Studi dokuman atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tulisan berdasarkan konteksnya.

Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi, peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan.e.) Observasi alami ( natural observation ) Observasi alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikit pun mengubahnya.

Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada pada kelompok diskusi yang anggotanya berasal dari ltar sosial yang berbeda-beda.

Peneliti bisa mengamati sekelompok peserta didik ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.f.) Fenomenologi Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

Penelitian fenomenologi merupakan suatu kajian untuk mengungkap dan menjelaskan makna konsep atau fenomena pengalaman berdasarkan kesadaran pada beberapa individu. Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi yaitu : 1.) Mengorganisir semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.2.) Membaca dan memahami data secara keseluruhan serta membuat catatan khusus pada data yang dianggap penting kemudian memberikan kode data.3.) Mencari makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting, yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama.4.) Menyeleksi pernyataan yang tidak relevan dengan pertanyaan penelitian dan menghilangkan pernyataan yang bersifat repetitif (tumpang tindih) sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).5.) Mengumpulkan pernyataan ke dalam unit makna kemudian dijelaskan tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.6.) Menguraikan secara keseluruhan tentang fenomena tersebut untuk menemukan esensinya.7.) Mengembangkan fenomena yang terjadi pada responden yaitu menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi.8.) Menjelaskan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti sehingga memperoleh makna yang tepat.9.) Menyusun laporan pengalaman setiap partisipan secara keseluruhan.g.) Studi interaksi simbolik Asumsinya adalah bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka.

Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan. Kebudayaan diperoleh melalui interaksi simbolik. Manusia bereaksi terhadap benda-benda, perbuatan dan kegiatan menurut makna yang dikandung oleh benda-benda atau perbuatan tersebut. Semua benda dan perbuatan tersebut merupakan simbol atau lambang.

Makna simbol-simbol itu diperoleh dari interaksi sosial. Untuk memahami simbol-simbol itu, peneliti harus masuk ke alam pikiran orang yang sedang dipelajari dan secara terus menerus memberikan tafsiran tentang apa yang dikatakan atau dilakukan orang.h.) Grounded theory Teori ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog, yaitu Barney Glaser dari Universitas Colombia dan Anselm Strauss dari Universitas Chicago di Amerika Serikat pada tahun 1967, kemudian diperkenalkan di Indonesia oleh Schlegel.

  • Grounded theory adalah teori yang diperoleh secara induktif dari penelitian tentang suatu fenomena.
  • Teori ini memiliki empat kriteria utama yaitu kesesuaian, pemahaman, generalitas dan kontrol.
  • Tujuan metode ini adalah menyusun teori yang sesuai dan menjelaskan tentang bidang yang diteliti.
  • Ebanyakan penelitian lain bertitik tolak dari teori, sedangkan pada penelitian grounded tidak bertolak dari teori, konsep atau abstrak, tetapi dari data-data faktual di lapangan secara empirik.

Data-data tersebut diproses menjadi teori berdasarkan metode berfikir induktif.i.) Penelitian sejarah Penelitian sejarah merupakan penelaahan dan penggambaran tentang suatu fenomena, peristiwa atau sumber-sumber masa lampau, dan bukan yang terjadi pada masa sekarang.

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk mempelajari dan membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta menintesiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta sehingga diperoleh kesimpulan yang kuat. Dalam penelitian sejarah, terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang secara parsial objek-objek yang diobservasi.j.) Studi biografi Langkah-langkah analisis data pada studi biografi yaitu : 1.) Mengumpulkan data dan menata file pengalaman dan perjalanan hidup seseorang secara sistematis, objektif mulai dari tahap kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia yang dituliskan secara kronologis.

Pengalaman hidup dapat dilihat dari pendidikan, pernikahan, pekerjaan, dan lain-lain baik yang terjadi di dalam negeri maupun diluar negeri, pengalaman positif maupun pengalaman negatif.2.) Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.3.) Mengatur dan memilah-milah kisah secara kronologis.4.) Mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari inti sari dan makna dari kisah tersebut.5.) Memperlajari struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial di dalam sebuah kelompok, budaya, ideologi dan konteks sejarah.6.) Memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.7.) Menyusun laporan tentang riwayat hidup responden dalam bentuk narasi yang berfokus pada proses perjalanan hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.

KESIMPULAN Seperti telah dikemukakan pada pengertian penelitian, bahwa pada dasarnya meneliti itu adalah ingin mendapatkan data obyektif, valid dan reliable tentang sesuatu hal (variable tertentu). Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif.

Pada suatu proses penelitian sering hanya terdapat suatu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam analisis data juga terdapat dua macam, yaitu analisis data kuantitatif dengan statistik dan kualititatif (tidak mengutamakan statistik).

  1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
  2. Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
  3. Data kualitatif yang diangkakan (scoring) misalnya terdapat dalam skala pengukuran.
  4. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan.2001.
  5. Metodologi Penelitian Kualitatif.
You might be interested:  Bagaimana Cara Melakukan Gerakan Kelinci Berjalan?

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sarwono, Jonathan.2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta : Graha Ilmu. Sukmadinata, Nana S.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Arifin, Zainal.2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya. http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas, (diakses tanggal 15 April 2013). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Heri%20Retnawati,%20Dr./Penelitian%20Kuantitatif%20&%20Kualitatif.pdf, (diakses tanggal 17 April 2013).

_ Oleh Dwi Sussanti (disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian, dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.)

Apa fungsi dilakukannya uji validitas data?

Uji Validitas dan Reliabilitas Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).

Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

  1. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.
  2. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.

  • Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2, yaitu validitas faktor dan validitas item.
  • Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan).
  • Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor).

  • Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.
  • Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total.

  1. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
  2. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid.
  3. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Langkah-langkah dalam pengujian validitas ini yaitu :

  • 1. Buat skor total masing-masing variabel (Tabel perhitungan skor)
  • 2. Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate (Gambar/Output SPSS)
  • 3. Masukan seluruh item variabel x ke Variabels
  • 4. Cek list Pearson ; Two Tailed ; Flag
  • 5. Klik Ok
  • Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
  • Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid
  • Rumus Korelasi Product Moment :
  • Keterangan :
  • Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas) adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan.

Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable.

Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).

Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.

Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas.

  1. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sevagai berikut :
  2. Keterangan :

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut: Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel. Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS :

  1. Klik Analyze -> Scale -> Reliability Analysis
  2. Masukan seluruh item variabel X ke Items
  • 3.Pastikan pada model terpilih Alpha
  • 4. Klik Ok
  • Nilai Cronbach Alpha sebesar 0.981 yang menunjukan bahwa ke-11 pernyataan cukup reliabel
  • DAFTAR PUSTAKA
  1. Cara Menghitung Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas Instrumen Skripsi Kuantitatif dengan SPSS. Diakses dari http://devamelodica.com/cara-menghitung-uji-validitas-dan-uji-reliabilitas-instrumen-skripsi-kuantitatif-dengan-spss/
  2. UJI VALIDITAS KUISIONER. Diakses dari http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/uji-validitas-kuisioner.html
  3. Uji validitas dan Uji Reliabilitas. Diakses dari http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/diklat_kursus_spss/d.Bab_II_Uji_Validitas_dan_Uji_Reliabilitas.pdf
  4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Diakses dari http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html
  5. ANALISIS UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN KUESIONER. Diakses dari http://www.slideshare.net/rachmatstatistika/uji-validitas-dan-reliabilitas
  6. Korelasi Product Moment. Diakses dari http://elemetafor.Weebly.com/uploads/1/1/7/8/11788213/tugas_statistik_pendidikan_sadriadi.docx
  7. Uji Validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS. Diakses dari http://melihatdunia-acakadut.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
  8. Uji Validitas dan reliabilitas. Diakses dari http://www.academia.edu/5170798/Uji_Validitas_Dan_Reliabilitas
  9. Gambar Validitas dan Realibilitas : http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fdeceng3.files.wordpress.com%2F2013%2F08%2Fvalidity_reliability.png&imgrefurl=http%3A%2F%2Fdeceng3.wordpress.com%2F2013%2F08%2F03%2Freliabilitas-dan-validitas%2F&h=1071&w=1000&tbnid=sDLii-26Tp_wnM%3A&zoom=1&docid=2ov7_tt9kSZqLM&ei=pd9ZVPmwOtG5uATHmYCAAg&tbm=isch&ved=0CBsQMygBMAE&iact=rc&uact=3&dur=280&page=1&start=0&ndsp=12

: Uji Validitas dan Reliabilitas

Mengapa instrumen penelitian harus valid?

Instrumen memiliki kedudukan yang penting dalam penelitian karena instrumen berperan dalam proses pengambilan data. Instrumen yang valid dan reliabel dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel pula sehingga membawa pada kesimpulan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Apa yang dimaksud dengan validitas dalam penelitian eksperimen?

Validitas eksperimen menunjuk pada ancar-ancar kebenaran sebuah inferensi (Cook & Campbell, 1979; Shadish, Cook, & Campbell, 2002), sebab ketika kita menyatakan sesuatu adalah valid maka kita membuat penilaian mengenai sejauh mana bukti yang relevan mendukung kebenaran atau kesalahan inferensi tentang sesuatu itu (

Apa tujuan dilakukan uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian?

Uji Instrumen Banyak penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai skala pengukuran variabel penelitian. Kriteria kuesioner yang baik salah satunya memenuhi validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan kinerja kuesioner dalam mengukur apa yang diukur. Berbagai macam validitas antara lain sebagai berikut :

Validitas Konstruksi Suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Misalkan akan mengukur konsep tentang kepuasan pelanggan, maka kuesioner tersebut dikatakan valid jika mampu menjelaskan dan mengukur kerangka konsep kepuasan pelanggan. Validitas Isi Validitas ini adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner atau alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep. Validitas Prediktif Validitas prediktif adalah kemampuan dari kuesioner dalam memprediksi perilaku dari konsep.

Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan valid atau tidak dengan korelasi pearson. Cara analisisnya adalah mengkorelasikan antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut. Selanjunya koefisien korelasi yang diperoleh r masih harus diuji signifikansinya dengan membandingkannya dengan tabel r. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel atau nilai p < 0,05 Yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2009:172) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono (2009:179) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut :

Jika r ? 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid Jika r ? 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid Rumus untuk menguji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus koefisien korelasi Rank Spearman, yaitu :

Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama di lain tempat. Perlu diketahui bahwa yang diuji reliabilitas hanyalah nomor soal yang sahih saja. Metode yang biasa digunakan untuk uji kehandalan adalah teknik ukur ulan dan teknik sekali ukur.

Teknik sekali ukur terdiri atas teknik genap gasal, belah tengah, belah acak, kuder richardson, teknik hoyd dan alpha cronbach. Tujuan pengujian validitas dan reliabilitas adalah untuk menyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid.

Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Internal Consistency dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half) dengan rumus sebagai berikut : Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika alpha atau r hitung:

0,8-1,0= Reliabilitas baik 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima kurang dari 0,6= Reliabilitas kurang baik

Menurut Ety rochaety (2007:50) syarat minimum koefisien korelasi 0,6 karena dianggap memiliki titik aman dalam penentuan reliabilitas instrumen dan juga secara umum banyak digunakan dalam penelitian. Uji relibilitas pada lembar observasi menggunaan inter-rater reliabiliti. Keterangan :

KK : Koefisien kesepakatan pengamatan Po : Proporsi frekuensi kesepakatan Pe : Kemungkinan sepakat N : Jumlah keseluruhan nilai yang menunjukkan munculnya gejala yang teramati ? N 1 : Jumlah nilai kategori pertama untuk pengamat pertama ? N 2 : Jumlah nilai kategori pertama untuk pengamat kedua

Nilai Kappa menurut Bhisma Murti (1997) nilai tingkat reliabilitas antar rater menjadi tiga kategori antara lain:

Kappa < 0,4 : buruk Kappa 0,4 - 0,60 : cukup Kappa 0,61 - 0,75 : memuaskan Kappa > 0,75 : istimewa

Sumber : analisis statistika – purbayu budi santoso dan ashari Diposting oleh Khrisna, pada 22 August 2013 : Uji Instrumen

Apa fungsi validitas dan reliabilitas dalam penelitian?

Pengertian Validitas dan Reliabilitas – Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian Menilik ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan. Sedangkan reliabilitas berarti ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan.

Jadi secara singkat, validitas dan reliabilitas adalah soal alat ukur dalam penelitian. Validitas menilai seberapa akurat alat ukur tersebut, reliabilitas menilai seberapa konsisten alat ukur tersebut. Validitas adalah menilai seberapa akurat metode penelitian dalam proses mengukur apa yang ingin diukur.

Penelitian yang memiliki validitas tinggi artinya adalah penelitian yang punya hasil sesuai sifat, karakteristik, dan variasi nyata. Metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif merupakan metode mempelajari fenomena nyata, artinya validitas data mengacu pada seberapa banyak fenomena yang akan diukur atau seberapa banyak informasi tak terkait yang turut serta pada hasil penelitian.

Sedangkan reliabilitas menilai konsistensi metode ukur. Jika hasil serupa bisa didapat secara konsisten dengan memakai metode serupa dalam keadaan sama, pengukuran tersebut dikatakan bisa diandalkan. Artinya, reliabilitas adalah kemampuan mengulang hasil tes untuk menghasilkan hasil serupa. Dalam hal ini ada yang namanya koefisien reliabilitas, yaitu ukuran seberapa baik tes tersebut mengukur pencapaian.

Ada banyak metode untuk melakukan uji reliabilitas seperti Cronbach’s Alpha, Korelasi Pearson, Formula Spearman Brown, dan Cohen’s Alpha. Lalu, sebenarnya apa hubungan validitas dan reliabilitas ?

Kenapa validitas penting?

Validitas dan Reliabilitas Validitas dan Reliabilitas Kualitas data penelitian sangat tergantung pada alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data peneliti. Apabila alat yang digunakan tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, maka data yang telah terkumpul itu tidak berguna.1.

  1. Validitas Tujuan penelitian adalah mencari kebenaran.
  2. Dalam usaha itu soal validitas merupakan aspek yang sangat penting.
  3. Ebenaran hanya dapat diperoleh dengan instrumen yang valid.
  4. Maka dikatakan, validitas merupakan esensi kebenaran hasil penelitian.
  5. Validitas dipandang sebagai konsep yang paling penting dalam penelitian.

Dalam tiap penelitian selalu dipertanyakan validitas alat yang digunakan. Oleh karena itu membuat instrumen yang valid harus mendapat perhatian setiap peneliti. Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat tersebut.

  • Misalnya mengukur berat suatu benda dengan menggunakan timbangan.
  • Beberapa jenis validitas yang ada dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut.a.
  • Validitas Isi Maksud jenis validitas isi ini adalah bahwa isi atau bahan yang diuji relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman, atau latar belakang orang yang diuji.

Jika misalnya kita uji bahan yang ada di luar yang dipelajari, maka tes itu tidak mempunyai validitas isi. Misalnya menguji kemampuan bahasa Inggris, maka yang perlu dites adalah structure, grammar, vocabulary, reading, writing, listening, bahkan sampai dilakukan tes conversation dan pronouncation.

  1. Jadi, validitas isi diperoleh dengan mengadakan sampling yang baik, yaitu memilih item-item yang representatif dari keseluruhan bahan yang berkenaan dengan hal yang kita selidiki.
  2. Esulitan yang biasanya dihadapi berkenaan dengan validitas isi adalah bahwasannya pilihan item yang digunakan biasanya bersifat subjektif, yaitu berdasarkan logika dari peneliti itu sendiri.

Untuk itu perlu ada kesesuaian tentang keseluruhan bahan dengan pilihan-pilihan item yang representatif.b. Validitas Prediktif Maksud jenis validitas ini adalah adanya kesesuaian antara ramalan (prediksi) tentang perilaku seseorang dengan perilaku yang nyata.

Diharapkan suatu tes mempunyai nilai prediktif yang tinggi, artinya bahwa apa yang diprediksikan oleh tes tentang perilaku seseorang memang terbukti dilakukan oleh seseorang tersebut. Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti seringkali dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Dalam penelitian sosial, cukup sering terjadi para peneliti bermaksud untuk memprediksi apa yang akan terjadi nantinya.c. Validitas Konstruk Ada sifat-sifat yang tidak dapat langsung tampak perwujudannya dalam kelakuan manusia, misalnya kepribadian seseorang.

Kepribadian terdiri dari berbagai komponen. Dengan tes kepribadian kita ingin mengetahui aspek-aspek manakah yang sebenarnya kita ukur. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat diselidiki berbagai komponen kepribadian tersebut, sehingga tes itu dapat disusun berdasarkan komponen itu.

Tes yang demikian ini dikatakan mempunyai validitas konstruk. Validitas konstruk digunakan apabila kita menyangsikan apakah gejala yang dites benar-benar hanya mengandung satu dimensi. Apabila ternyata gejala itu mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes itu diragukan.

  • Euntungan validitas konstruk ini adalah bahwa kita mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu.d.
  • Validitas Eksternal Dalam dunia penelitian sosial sudah cukup banyak alat pengukur yang diciptakan oleh para peneliti untuk mengukur gejala sosial, dan alat pengukur tersebut sudah memiliki validitas.

Validitas eksternal adalah jenis validitas yang diperoleh dengan cara mengorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal yang berupa alat ukur yang sudah valid. Misalnya untuk mengukur kualitas penduduk dapat dikorelasikan antara angka harapan hidup dengan angka kematian bayi.

  1. Apabila kedua angka tersebut berkorelasi secara signifikan, maka kedua jenis pengukuran itu telah memiliki validitas eksternal.e.
  2. Validitas Budaya Validitas budaya atau lebih tepatnya validitas antarbudaya sangat penting bagi penelitian yang dilakukan di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi.
  3. Selain itu penelitian yang dilakukan sekaligus di beberapa negara dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem validitas budaya.

Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara, belum tentu akan valid jika digunakan di negara lain yang memiliki budaya yang berbeda.f. Validitas Rupa Jenis validitas ini berbeda dengan jenis-jenis validitas yang telah diungkapkan di atas.

  1. Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur, namun hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur.
  2. Validitas ini sangat penting dalam pengukuran kemampuan individu, seperti pengukuran kecerdasan, bakat, dan keterampilan.

Hal ini disebabkan dalam pengukuran aspek kemampuan seperti itu faktor rupa alat ukur akan menentukan sejauhmana minat orang di dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan dalam alat ukur.2. Reliabilitas Suatu pengukur dikatakan reliabel apabila alat tersebut dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama (konsisten).

Jadi alat yang reliabel adalah alat yang secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama. Karena itu, reliabilitas alat merupakan syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel satu terhadap variabel yang lainnya. Di samping itu reliabilitas juga merupakan syarat bagi validitas tes. Tes yang tidak reliabel dengan sendirinya tidak valid.

Jika tes itu tidak reliabel, maka senantiasa akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda, dan dapat disangsikan apakah yang diukur hal yang sama. Instrumen yang reliabel merupakan alat untuk mengetahui adanya perubahan antara skor sebelum dan sesudah percobaan atau penelitian.

  • Dianggap bahwa perubahan itu terjadi atas pengaruh variabel dari percobaan tersebut.
  • Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes antara lain dengan meneliti test-retest dan test paralel.a.
  • Test-Retest Test-retest untuk menentukan reliabilitas hanya berhasil apabila dilakukan dalam situasi yang stabil, artinya situasi sewaktu mengadakan test dan retest hendaknya sama.

Idealnya skor untuk test dan retest harus sama bagi semua individu yang diuji. Dalam eksperimen dengan variabel eksperimen itu dapat diduga bahwa perubahan skor itu adalah akibat dari variabel eksperimen itu. Perubahan itu adalah perubahan dalam sikap atau sifat yang diukur oleh test itu.

  • Euntungan metode test-retest adalah dapat dibandingkan secara langsung dengan test itu sendiri.
  • Jika ternyata hasil test dengan retest banyak perbedaannya, maka perlu diadakan analisis tiap item untuk mengetahui apakah item itu mampu atau tidak membedakan antara responden yang mempunyai sifat itu.
  • Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan test-retest, kita harus meminta responden yang sama agar menjawab semua pertanyaan dalam alat pengukur sebanyak dua kali.

Selang waktu antara test dengan retest sebaiknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Apabila terlalu dekat, responden masih ingat dengan jawaban yang berikan pada saat test. Namun apabila terlalu jauh, kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian Bagan 1. Test-retest b. Test Paralel Untuk test paralel, peneliti harus menyusun dua macam test dengan item-item yang berbeda namun untuk mengukur hal yang sama. Kedua test itu diberikan kepada responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing-masing jenis.

Kedua test itu dikatakan paralel atau ekuivalen. Untuk menghitung reliabilitas, maka harus mengorelasikan skor dari kedua test tersebut. Keuntungan cara ini adalah bahwa responden tidak dipengaruhi karena mengingat item-item pada test pertama, karena bentuk test berbeda. Sementara itu kelemahannya adalah bahwa peneliti harus menyusun dua macam test mengenai gejala yang sama.

Pekerjaan ini memakan waktu yang cukup banyak. Selain itu pekerjaan ini juga sulit karena harus diusahakan agar kedua test itu mempunyai reliabilitas yang sama. Daftar Pustaka Wrahatnala, Bondet.2009. Sosiologi 3 untuk SMA dan MA Kelas XII, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

You might be interested:  Kegiatan Yang Dilakukan Pada Rancangan Pengolahan Kulit Kentang?

Mengapa validitas itu penting?

Validitas Isi ( Content Validity ) – Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (penilaian ahli). Validitas isi atau content validity memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili, yang mengungkap konsep yang diteliti.

Validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan elemen sebuah konsep yang telah digambarkan (Sekaran, 2006). Validitas isi dilakukan untuk memastikan apakah isi kuesioner sudah sesuai dan relevan dengan tujuan study, Validitas isi menunjukkan isi yang mencerminkan rangkaian lengkap terkait dengan atribut yang diteliti dan biasanya dilakukan oleh tujuh orang ahli atau lebih (DeVon et al 2007).

Perkiraan validitas isi dari tes diperoleh dengan menyeluruh dan sistematis dalam memeriksa item tes untuk menentukan sejauh mana mereka mencerminkan dan tidak mencerminkan domain konten (Kowsalya, Venkat Lakshmi, dan Suresh, 2012) Validitas isi terdiri dari dua bagian, yaitu validitas tampang dan validitas logis.

  • Validitas tampang/muka ( face validity ) merupakan validitas isi yang paling dasar dan sangat minimum. Validitas isi menunjukkan bahwa aitem-aitem yang dimaksudkan untuk mengukur sebuah konsep, memberikan kesan mampu mengungkap konsep yang hendak di ukur (Sekaran, 2006). Tidak berbeda dengan penjelasan sebelumnya, Groth-Marnat, (2009) menjelaskan bahwa validitas isi ( content validity ) dengan validitas muka ( face validity ) memiliki perbedaan dan tidak sinonim. Validitas isi menyangkut judgement yang dibuat oleh para ahli, sedangkan validitas muka/tampang menyangkut judgement dari pengguna test. Sejalan dengan itu, Gregory (1992) menjelaskan bahwa validitas tampang hanya sekedar tahap penerimaan orang pada umumnya terhadap fungsi pengukuran tes, serta tidak berhubungan dengan statistic validitas seperti koefisien atau indeks.
  • Analisis lanjutan setelah validitas tampang adalah melalui validitas logis yaitu prosedur penilaian kelayakan isi item melalui penilaian yang bersifat kualitatif oleh panel ahli. Prosedur ini selanjutnya menghasilkan validitas logis atau merupakan tinggi rendahnya kesepakatan di antara para ahli yang menilai kelayakan suatu skala pengukuran (Azwar, 2012).

Gambar Jenis Uji Validitas Lawshe (1975) mengusulkan rasio validitas isi (CVR) untuk mengukur derajat kesepakatan para ahli dari satu item dan yang dapat mengekspresikan tingkat validitas konten melalui indictors tunggal yang berkisar dari -1 sampai 1.

  • Koefisien Validitas Isi – Aiken’s V
  • Aiken (1985) merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu item dari segi sejauh mana item tersebut mewakili konstrak yang diukur.
  • Formula yang diajukan oleh Aiken adalah sebagai berikut :

V = ∑ s / S = r – lo

  1. dimana, Lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1) C = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 5)
  2. R = angka yang diberikan oleh penilai
  3. Contoh kasus :
  4. Sebuah skala yang terdiri dari lima item dalam tes dinilai oleh 7 (tujuh) orang ahli mengenai relevansinya. Rentang nilai yang diberikan adalah 1 (terendah) dan 5 (tertinggi), sehingga n = 7, lo = 1 dan c = 5
  5. Tabel Contoh Validitas Isi Aiken’s V Apa Tujuan Validitas Dalam Rancangan Penelitian

Nilai V untuk item 1 diperoleh dari V= 15 / (7 (5-1)) = 0.536, begitu pula dengan item 2 yaitu V= 16 / (7 (5-1)) = 0.571 dan seterusnya untuk item 3, 4 dan 5. Nilai koefisien Aiken’s V berkisar antara 0 – 1. Koefisien sebesar 0.536 (item 1), 0.571 (item 2), 0.607 (item 3), 0.643 (item4) dan 0.607 (item 5) ini sudah dapat dianggap memiliki validitas isi yang memadai.

Oefisien Validitas Isi – Lawshe’s CVR Lawshe’s CVR ( content validity ratio ) merupakah salah satu metode yang digunakan secara luas untuk mengukur validitas isi. Teknik ini dikembangkan oleh Lawshe (1975). Pendekatan ini pada dasarnya adalah sebuah metode untuk mengukur kesepakatan di antara penilai atau hakim tentang pentingnya item tertentu.

Lawshe (1975) mengusulkan bahwa setiap penilai / subject matter experts (SME) yang terdiri dari panel juri untuk menjawab pertanyaan untuk setiap item dengan tiga pilihan jawaban yaitu :

  1. esensial,
  2. berguna tapi tidak esensial,
  3. tidak diperlukan.

Menurut Lawshe, jika lebih dari setengah panelis menunjukkan bahwa item penting/esensial, maka aitem tersebut memiliki setidaknya validitas isi. Formula yang diajukan oleh Lawshe : CVR = (ne – N/2) / (N/2)

  • dimana,
  • CVR = content validity ratio, ne = jumlah anggota panelis yang menjawab “penting”,
  • N = jumlah total panelis.
  • Contoh Kasus

Seorang peneliti ingin menguji validitas isi dari 1 item pernyataan pada kuesioner. sebuah skala yang terdiri dari 5 item. Sebanyak 12 orang panel ahli dijadikan penilai dengan memilih 3 pilihan jawaban yaitu “penting”, “sesuai, tidak penting” dan “tidak berguna”.

  1. Tabel Data Contoh Validitas Isi Lawshe’s CVR
  2. Dari 12 orang panel ahli, 9 orang menyatakan aitem tersebut “penting”, 1 orang menyatakan “sesuai, tidak penting”, dan 2 orang menyatakan “tidak berguna. Dari data ini kemudian dapat dihitung CVR sebagai berikut :
  3. CVR = (2(9)/12) – 1 = 0.500

Formula ini menghasilkan nilai-nilai yang berkisar dari +1 sampai -1, nilai positif menunjukkan bahwa setidaknya setengah panelis (SME) menilai item sebagai penting/esensial. Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi validitas isinya.

  • Aiken, L.R. (1980). Content Validity and Reliability of Single Items or Questionnaires. Educational and Psychological Measurement, 40, 955-959.
  • Aiken, L.R. (1985). Three Coefficients for Analyzing the Reliability, and Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45, 131-142.
  • Azwar, S. (2012). Reliabiltas dan Validitas. Edisi 4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
  • DeVon, H.A., et. al. (2007). psychometric Toolbox for testing Validity and Reliability.
  • Journal of Nursing scholarship, 39 (2), 155-164.A
  • Gary Growth – Marnat. (2010). Handbook of Psychological Assessment. Terj. Soetjipto,
  • H.P & Soetjipto, S.M. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  • Lawshe, C.H. (1975). A Quantitative Approach to Content Validity. Personnel Psychology, (28), 563-575.
  • Nunnally, Jum & Bernstein, Ira (1994). Psychometric Theory New York: McGraw Hill Sekaran, Uma, (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

: Apa yang dimaksud dengan Validitas Isi atau Content Validity?

Bagaimana penelitian bisa dikatakan valid?

Banyak penelitian pastinya sudah tidak asing menggunakan kuesioner sebagai sebuah panduan untuk melakukan pengumpulan data. Dalam kuesioner telah tersusun beberapa daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, operasionalisasi variabel yang akan diuji dan skala pengukuran variabel yang digunakan.

  1. Salah satu kriteria kuesioner yang memenuhi persyaratan untuk lanjut dalam proses analisis data adalah telah melewati pengujian validitas dan reliabilitas.
  2. Validitas dalam kuesioner menggambarkan seberapa baik penyusunan kuesioner terkait skala pengukuran yang diukur.
  3. Suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur seberapa jelas kriteria yang akan dituju.

Misalnya ketika seorang peneliti melakukan penelitian terkait dengan kinerja karyawan, maka penyusunan kuesionernya diharapkan sesuai dengan konsep kinerja karyawan. Kuesioner dikatakan valid apabila telah menjelaskan secara rinci dan mampu mengukur kerangka konsep dan skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian.

  • Skala pengukuran ini biasanya kehendak dari si peneliti langsung.
  • Bisa skala nominal, ordinal, interval, rasio atau kolaborasi antar berbagai skala.
  • Uji validitas menjadi tanggung jawab yang besar apabila melakukan penelitian menggunakan kuesioner.
  • Sebab, jika seandainya pengujian ini dilewatkan dengan sengaja maka bisa berakibat fatal terkait olahan data maupun analisis data yang menghasilkan data yang tidak terbukti kebenarannya.

Suatu data dapat dikatakan valid apabila instrumen penelitian dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan di lapang. Valid juga menggambarkan data dalam penelitian tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. Biasanya dalam sebuah penelitian, uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment.

  1. Cara analisis korelasi Pearson adalah dengan melakukan korelasi antara setiap nilai pada nomor maupun instrumen pertanyaan dengan nilai keseluruhan total pada setiap instrumen pertanyaan.
  2. Selanjutnya masing-masing instrumen mendapatkan koefisien korelasi dan dibandingkan dengan r-tabel dan taraf signifikansinya.

Taraf signifikansi yang disediakan ada tiga jenis yaitu 0,01, 0,05 dan 0,10. Penentuan taraf signifikansi ini disesuaikan kembali oleh si peneliti, bersedia menentukan sebebas-bebasnya berapa taraf signifikansi yang diinginkan dalam penelitian. Seandainya jika ada item yang tidak memenuhi persyaratan maka item tersebut gugur dan tidak akan diteliti lebih lanjut.

Ira-kira apa saja yang menjadi bahasan dalam topik analisis ini sehingga menjadi sebuah teknik pengolahan data yang seringkali digunakan oleh periset atau peneliti dalam menguji validitas suatu kuesioner. Mari kita cari tahu lebih dalam. Pada artikel DQLab kali ini, kita akan membahas mengenai salah satu teknik pengolahan data yaitu uji validitas.

Dengan harapan bisa menjadi tambahan insight dan rekomendasi bagi kalian calon praktisi data, peneliti maupun data enthusiast. Jangan lewatkan artikel berikut ini, pastikan simak baik-baik, stay tune and keep scrolling on this article guys!

Bagaimana cara kita mengetahui suatu instrumen memiliki validitas yang tinggi?

Validitas dan Reliabilitas : Cara Mudah Analisis Secara Manual, Microsoft Exel dan SPSS Penulis : Dian Kinasih Editor : Dra. Ayuni, M.Si Design Sampul : Mudhar, Slamet Haryanto Layout : Adi Buana University Press ISBN : 978-979-8559-89-1 Perkembangan konsep penilaian atau pengukuran dalam bidang psikologi, pendidikan dan bidang ilmu sosial lainnya yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas.

  • Penilaian dan pengukuran dalam bidang psikologi sudah banyak dikenal dan dipergunakan dalam berbagai bidang di masyarakat, antara lain bakat, minat, inteligensi, kepribadian, sikap dan aspek-aspek psikologi lainnya.
  • Peran pengukuran dan penilaian dalam bidangpsikologi seringkali menjadi hal yang sangat setral, karena seringkali akan menjadi pedoman dan penentu dalam mengambil keputusan.

Dalam dunia kerja psikotes sering dijadikan alat untuk menentukan diterima tidaknya karyawan, juga bisa dijadikan alat untuk menentukan layak tidaknya untuk dipromosikan. Dalam dunia pendidikan juga menjadi alat penentu dalam penelusuran minat dan bakat siswa.

Pengukuran aspek fisik dan aspek psikologis adalah dua hal yang sangat berbeda. Obyek pengukuran aspek fisik adalah benar-benar mengukur obyeknya, sedangkan pengukuran aspek psikologis hanya mengukur indikator-indikator dari aspek psikologis itu. Obyek aspek fisik dapat dilihat, diraba, didengar dan dirasa bahkan bisa dipastikan ada pada tempat tertentu.

Aspek psikologi masih berupa konsep, tidak bisa ditangkap oleh panca indra, tempatnya juga tidak diketahui. Kalau kita mau mengukur berat badan, tinggi badan, volume air, kecepatan angin, kadar gula sudah dipastikan bendanya ada dan bersentuhan langsung dengan obyek yang diukur, sedangkan kalau mengukur aspek psikologis, misalnya inteligensi, bendanya tidak jelas, tempatnya di mana, berupa apa, semuanya masih berupa konsep yang dinyakini ada dan berpengaruh terhadap perilaku.

Oleh karena aspek psikologis hanya berupa konsep, maka setiap orang, setiap pakar akan berbeda dalam melihat bahkan mengukur aspek psikologis tersebut. Pandangan Binet-Simon tentang inteligensi berbeda dengan pandangan Wechsler, sehingga aspek yang diukur dan alat ukur yang digunakan juga berbeda. Realitas aspek psikologis yang masih berupa konsep, tidak bisa ditangkap oleh panca indra, hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap alat ukurnya.

Pertanyaan yang sering didengar, apakah alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Pertanyaan ini berkaitan dengan validitas alat ukur itu. Dengan demikian validitas menjadi hal yang sangat penting agar alat ukur itu dapat dipercaya. Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen pengukuran, yaitu validitas dan reliabilitas.

  1. Pengertian validitas mengacu pada keberartian, kebenaran, kemanfaatan, dan kesesuaian skor tes dengan aspek yang diukur.
  2. Validitas merupakan karakteristik suatu alat ukur ketika diujikan pada suatu kelompok peserta.
  3. Validasi suatu alat ukur mencakup pengumpulan data empiris dan argumentasi logis untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tertentu adalah tepat.

Keberhasilan mengungkapkan variabel yang ingin diukur sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat ukur itu sendiri, disamping pada cara pelaksanaannya. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas diketahui bahwa mengetahui dan memahami arti dari validitas akan menjadi sangat penting.

Hasil pengukuran dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya ada pada objek yang diukur, ada kesamaan antara hasil tes dengan kondisi yang sesungguhnya dari orang yang diukur. Sedangkan hasil penelitian yang reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam rentang waktu yang berbeda, jadi reliabel lebih mengarah pada keajegan dari alat ukur.

Instrumen yang valid berarti akan memproleh data yang valid juga. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil pengukuran akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan data yang akurat. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel otomatis hasil pengukuran juga menjadi valid dan reliabel, walaupun sebenarnya masih ada pengaruh lain seperti objek yang diukur dan kemampuan dari pengguna alat ukur itu.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.

  • Menurut Azwar (2012) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
  • Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Terkandung disini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A′ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A′ atau B (Azwar, 2012).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan yang satu dengan yang lain.

  • Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannya valid, yaitu tepat dan cermat.
  • Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan yang sebenarnya (Azwar, 2012).

Jika membandingkan hasil pengukuran aspek fisik dengan pengukuran aspek psikologis dalam kaitannya dengan akurasi hasil pengukurannya tentunya akan sangat berbeda. Hasil pengukuran aspek fisik, seperti mengukur tinggi badan, berat badan, panjang, lebar, tekanan, kecepatan, biasanya memiliki validitas dan reliabilitas yang sangat tinggi.

Lain halnya jika kita melakukan pengukuran terhadap aspek psikologi dan aspek sosial, misalnya inteligensi, motivasi, sikap, minat jauh lebih sulit bahkan tingkat validitas dan reliabilitasnya tidak akan menyamai tingkat validitas dan reliabilitas dari pengukuran terhadap aspek fisik.

Hal ini karena aspek yang diukur pada aspek fisik dapat ditangkap oleh panca indra, sedangkan pada pengukuran aspek psikologis dilakukan terhadap indikator-indikator dari aspek yang akan diukur. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan teknik perekam lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

: Validitas dan Reliabilitas : Cara Mudah Analisis Secara Manual, Microsoft Exel dan SPSS

Manakah yang paling penting validitas atau reliabilitas dalam penelitian?

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

  • MATA KULIAH PENELITIAN KUANTITATIF
  • TUGAS VALIDITAS DAN RELIABILITAS
  • Disusun oleh:
  • Dilla Ima Wati (1114141530005) – Muhithah Ulin Nuha (111414153015) – I Gusti Agung Komang Yulia Dewi (111414153018) – Rosita Permatasari (111414153020) – Pratiwi Setyadi (111414153029) – Hielma Hasanah (111414153030) – Nurdila Triastuti (111414153036) – Diyana Rochmawati (111414153038).
  • Mahasiswa Magister Profesi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Dibawah bimbingan: Dr. Cholichul Hadi, Drs., M.Si VALIDITAS DAN RELIABILITAS Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur.

Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, lantas apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas? Bagaimana, apa, kapan mereka berfungsi dengan baik? Berikut ulasan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat sedikit membantu kita untuk dapat memahami validitas dan reliabilitas.1.

Who? Tokoh pertama yang mendefinisikan reliabilitas adalah Spearmen-Brown (Setyawan, 2011).2. Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas? Reliabilitas · Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik atau sangat mirip.

Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau tidak konsisten (Neuman, 2007).

· Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.

· Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabiladalam beberapakali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2011).

Validitas · Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). · Validitas menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran.

Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas “sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya (Neuman, 2007). · Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).

· Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

  • Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
  • · Suryabrata (2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes.

Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.

· Sudjana (2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.3. Mengapa kita perlu validitas dan reliabilitas? · Reliabilitas digunakan sebagai indikator dalam mempercayai nilai dari suatu tes karena memiliki konsistensi (Jacobs, 1991).

· Validitas digunakan sebagai pengembangan dan pengevaluasian suatu tes. Selain itu, validitas juga diperlukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu konstruk pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.4. Berapa macam/jenis validitas dan reliabilitas dalam riset atau alat ukur? Reliabilitas Reliabilitas terdiri dari dua macam (Djaali, 2000, dalam Matondang, 2009), antara lain: – Reliabilitas konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten.

  1. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.
  2. Reliabilitas konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes.
You might be interested:  Rancangan Lambang Negara Yang Terpilih Merupakan Karya Dari?

Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain. Validitas Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain: Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar jenis dasar dari validitas adalah face validity.

  • Hal ini memerlukan pertimbangan dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur suatu konstruk.
  • Esesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain.
  • Content vatidity.

Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi.

Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili semua bagian dari definisi. Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara luas.

Konsep Dasar Validitas & Reliabilitas, Tujuan Dilakukan Uji Validitas & Reliabilitas

Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu: (1) Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity). (2) Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk.

Hal ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, dimana satu variabel memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.5.

Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas? Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal (Sugiyono, 2010). Secara internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency.

Hal ini dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20 atau KR-21 (Kuder-Richarson), dan Anova Hyot (Analisis Varians), serta BEST digitek test scoring. Spearman Brown mengukur konsistensi pengambilan aitem.

KR-20 mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel (Jacobs, 1991). Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara berikut: Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda.

  • Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
  • Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
  • Equvalent.
  • Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua instrumen yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama.

Reliabilitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali kepada responden yang sama.

  1. Validitas
  2. Cara pengujian validitas sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
  3. a. Pengujian validitas konstruk

Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.b. Pengujian validitas isi Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.

Di sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.c.

  • Pengujian validitas eksternal Penngujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
  • Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki validitas eksternal yang tinggi.6.

Bagaimana cara mengembangkan validitas dan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan? Untuk menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas nantinya (Cook&Beckman, 2006).

  • Instrumen yang telah disusun berdasarkan suatu teori tertentu dapat diuji validasinya menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang akan diukur.
  • Emudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan.
  • Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas dilakukan dengan suatu análisis tertentu yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengujicobakan suatu instrumen sekali atau beberapa kali kepada subjek, kemudian melakukan analisis untuk mengetahui konsistensi dari atribut psikologis yang hendak diukur. Selain teknik korelasi, pada reliabilitas juga berkembang analisis varians skor dan analisis varians eror (Azwar, 2011).7.

Kapan validitas dan reliabilitas berfungsi/berlaku dan kapan tidak berfungsi? Reliabilitas Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.

Dengan kata lain, alat ukur tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur (Sugiyono, 2010).

Validitas Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka itu valid untuk tujuan dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan (misal pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya.

Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).8.

Apa perbedaan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel? Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Di sisi lain, instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data bisa mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dapat menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).9.

  • Menurut Neuman (2007), ada empat cara untuk meningkatkan reliabilitas pengukuran, yaitu: (1) mengonseptualisasi semua konstruk secara jelas, (2) menggunakan level pengukuran yang tepat, (3) menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan (4) menggunakan pilot-tets (pretests, pilot studies, dan replikasi).
  • Reliabilitas yang rendah dapat terjadi karena inkonsistensi pengamat, ketidakstabilan atribut dari subjek yang diukur dan situasi pengukuran yang tidak mendukung. Cara untuk meningkatkan reliabilitas adalah sebagai berikut (Murti, 2011):
  • 1. Memilih item-item pertanyaan untuk alat ukur, lalu menguji konsistensi internal dan stabilitas alat ukur melalui suatu uji coba (pilot study),
  • 2. Menghilangkan variasi pengukuran antar-pengamat, dengan menggunakan orang-orang terlatih dan termotivasi,
  • 3. Menghilangkan variasi pengukuran intra-pengamat, dengan mengurangi sumber variasi eksternal seperti kejemuan,kelelahan, lingkungan berisik, yang berpengaruh kepada subjek penelitian maupun pengamat,
  • 4. Melakukan koreksi terhadap pengamat, berdasarkan “kalibrasi” alat ukur dalam studi reliabilitas,

5. Membakukan situasi/konteks/lingkungan penggunaan instrumen.10. Bagaimana cara meningkatkan validitas eksternal penelitian? Dengan cara meningkatkan validitas eksternal dari instrumen dan memperbesar jumlah sampel (Sugiyono, 2010). Selain itu, perlu juga memilih subjek secara random dan menjamin terpilihnya sampel yang representatif.11.

Bagaimana hubungan antara validitas dan reliabilitas? Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang reliabel (dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang), belum tentu bisa valid atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk.

Jadi, hasil pengukuran yang konsisten atau tepat dan teliti dari suatu tes belum menjamin bahwa hasil pengukuran yang demikian itu merupakan hasil yang dikehendaki oleh tes tersebut. Dengan kata lain, hasil pengukuran dari suatu tes yang konsisten belum tentu valid.

Reliabilitas pengukuran instrument evaluasi diperlukan untuk mencapai hasil pengukuran yang valid. Dalam kaitannya dengan posisi konsistensi, para penilai bisa memiliki instrumen evaluasi yang reliable tanpa valid, sebaliknya kita mempunyai instrument valid dengan reliabilitas yang baik. Validitas dan reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam beberapa situasi keduanya bertentangan satu sama lain.

Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika ukuran secara tepat dan dapat diamati.

  • Dengan demikian, ada pertentangan antara esensi sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan harus mengukurnya secara konkret (Neuman, 2007).12.
  • Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reliabilitas? a) Pemilihan aitem.
  • Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang digunakan untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes.

Untuk meningkatkan konsistensi dapat memperbanyak pemilihan aitem yang digunakan (Jacobs,1991). Dengan demikian akan mengurangi responden untuk asal tebak dalam menjawab. Namun aitem ini juga harus dipertimbangkan kualitas pertanyaannya, karena apabila tidak dan aitem yang diberikan banyak dapat membuat responden kelelahan.

B) Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas. c) Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau suasana yang bising dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.

d) Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes esai, penilai memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai jawaban responden sehingga lebih bersifat subyektif.

  • E) Tingkat kesulitan dari suatu tes.
  • Nilai dari suatu tes menunjukkan reliabilitas yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang digunakan dengan demikian dapat terlihat perbedaan antar siswa.
  • Faktor yang terakhir adalah siswa, dimana kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah karena mempengaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).13.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi validitas? Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran dapat mempengaruhi validitas (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat.14.

  1. a) Pembuktian yang didasarkan pada konten pengujian (evidence based on test content); mengacu pada tema, judul, format aitem-aitem, tugas, ataupun pertanyaan pada suatu tes, serta pedoman untuk prosedur mengenai administrasi dan skoring.
  2. b) Pembuktian yang didasarkan pada proses-proses respon (evidence based on response processes); berupa analisis teoritis dan empiris dari proses respon pengambil tes.
  3. c) Pembuktian yang didasarkan pada truktur internal (evidence based on internal structure); hal ini dapat menunjukkan sejauh mana hubungan antar item tes dan komponen yang diuji sesuai dengan dasar konstruk yang digunakan untuk menginterpretasi skor tes.
  4. d) Pembuktian yang didasarkan pada hubungannya terhadap variabel lain (evidence based on relations to other variables); dengan menganalisa hubungan antara skor tes dengan variabel eksternal tes.
  5. e) Pembuktian yang didasarkan pada konsekuensi pemberian tes (evidence based on consequences of testing); dengan menggabungkan konsekuensi-koneskuensi baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari kegunaan tes kedalam konsep validitas, misal kebijakan sosial (Standards: Educational and psychological testing, 1999).

15. Apa yang dimaksud dengan koefisien validitas dan koefisien reliabilitas? Reliabilitas Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya reliabilitas yang dapat dilihat melalui korelasi antara dua dsitribusi skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama.

  1. Semakin tinggi korelasi antara hasil ukur dari dua tes yang paralel, maka akan semakin konsisten dan dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel.
  2. Lambang dari korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes pertama dan x’ untuk tes yang kedua.
  3. Azwar, 2011).
  4. Validitas Koefisien validitas adalah hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang dinyatakan secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes dengan distribusi skor kriteria.

Apabila distribusi skor tes x dan skor kriteria adalah y, sehingga koefisien validitasnya adalah rxy. Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila mempunyai nilai positif. Semakin mendekati 1,00 maka hasil tes semakin valid (Azwar, 2011).16. Jelaskan makna dari koefisien validitas dan reliabilitas! Interpretasi koefisien validitas dan reliabilitas keduanya bersifat relatif, Pada umumnya estimasi validitas berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan, sedangkan koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan.

  1. Di sisi lain, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00, dimana koefisien reliabiltas semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya.
  2. Reliabilitas dapat dianggap memuaskan apabila koefisiennya minimal mencapai rxx’ = 0,900, namun terkadang suatu koefisien tidak mencapai nilai tersebut dan masih dianggap cukup berarti dalam suatu kasus tertentu terutama apabila skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (battery test) (Azwar, 2008).17.

Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi koefisien reliabilitas!

  • Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan koefisien reliabilitas, yaitu sebagai berikut (Azwar, 2008):
  • a. Interpretasi koefisien reliabilitas bernilai spesifik bagi hasil ukur pada kelompok individu tertentu saja
  • Koefisien reliabilitas hanya mengindikasi besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran, bukan menyatakan secara langsung penyebab inkonsistensi tersebut.

18. Bilamana validitas dan reliabilias dikatakan tinggi atau rendah ? Reliabilitas dikatakan tinggi apabila hasil pengukuran yang dihasilkan dari tes tidak menunjukkan perbedaan yang besar dari waktu ke waktu (Azwar, 2011). Validitas suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan dari pengukuran.

Suatu tes yang tidak menghasilan data yang relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar, 2011).19. Bagaimana ketika validitas tinggi dan reliabilitas rendah? Validitas tinggi menandakan bahwa item atau alat ukur tersebut benar-benar sudah mengukur konstruk yang ditetapkan untuk diukur.

Sedangkan reliabilitas rendah dalah ketika alat ukur tersebut tidak mampu menghasilkan nilai yang konsisten (ajeg) ketika di ukur pada situasi yang berbeda dari sebelumnya (Isaac & Michael, 1985). Pada tes-tes yang bermaksud memprediksi sebuah kriteria tertentu, (predictive-criterion related) validitas menjadi lebih penting daripada reliabilitas.

  1. Etika nilai validitas memuaskan, maka rendahnya nilai reliabilitas tidak akan menjadi masalah.
  2. Contohnya pada tes-tes kreativitas.20.
  3. Bagaimana ketika reliabilitas tinggi dan validitas rendah? Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa sebuah instrumen atau alat ukur yang ada dapat secara konsisten (ajeg) mengukur sebuah konstruk yang ingin diukur dari waktu ke waktu atau apada berbagai situasi.

Sedangkan nilai validitas yang rendah memperlihatkan sebuah instrumen yang tidak bisa menggambarkan atau tidak dapat benar-benar mengukur konstruk yang ingin diukur. Apabila reliabilitas tinggi dan validitas rendah, maka instrumen atau alat ukur tersebut terbukti mampu menghasilkan nilai yang konsisten pada berbagai situasi, namun belum dapat memperlihatkan ketajaman pengukuran atas konstruk atau sesuatu yang ingin diukur.

  • DAFTAR PUSTAKA _. (1999).
  • Standards: Educational and psychological testing.
  • Washington: American Educational Research Association.
  • Anastasi, A.
  • Urbina, S. (1998).
  • Tes Psikologi (Edisi Terjemahan).
  • Jakarta: PT.
  • Prenhallindo. Azwar, S. (2008).
  • Penyusunan Skala Psikologi.
  • Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2011).

Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cook, D.A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for psychometric instrument: Theory and application. The American Journal of Medicine.

  1. Isaac, S., & Michael, W.B. (1985).
  2. Handbook in Research and Evaluation.
  3. California: Edits publishers.
  4. Jacobs, L.C. (1991).
  5. Test Reliability.
  6. IU Bloomington evaluation service & testing.
  7. Diakses pada tanggal 7 November 2014 dari,
  8. Matondang, Z. (2009).
  9. Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian.
  10. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.

Neuman, W.L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc. Murti, B. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang. Setyawan, I. (2011). Diktat Psikometri. Universitas Diponegoro: Tidak Dipublikasikan Sujarwadi, S.

(2011). Valditas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Universitas Negeri Jakarta: Tidak dipublikasikan Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widodo, P.B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa Indonesia.

Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9. : VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Apa itu validitas dalam penelitian kualitatif?

Validitas adalah instrument atau alat untuk mengukur kebenaran dalam proses penelitian. Alat ukur yang dipergunakan untuk melaksanakan penelitian harus standar dan bisa dipakai sebagai panduan dalam pengukuran data yang akan diteliti.

Apa yang dimaksud dengan validitas dan contohnya?

Validitas adalah ketepatan alat ukur dalam sebuah tes untuk mengukur sebuah benda sekaligus dalam melihat dan membuat hipotesis atau dugaan yang terjadi pada objek tes ke depannya. Reliabilitas adalah hasil konsisten dari sebuah tes secara berulang, sebagai sebuah bukti ketepatan hasil tes walau tes tersebut diulang-ulang akan menghasilkan hasil sama,

Mengapa validitas internal sangat penting dalam penelitian eksperimen?

Pentingnya Validitas Internal – Peneliti sering mencoba untuk membangun hubungan yang jelas antara variabel ketika mereka melakukan eksperimen. Validitas internal memungkinkan mereka untuk mempercayai dan meyakini kesimpulan dari hubungan sebab akibat suatu penelitian.

Ketika validitas eksternal eksperimen rendah, eksperimen tersebut tidak dapat dengan yakin menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sedang dipertimbangkan. Itu sebabnya itu penting dalam penelitian. Ini bisa menjadi salah satu alat yang paling kuat dalam penelitian jika diterapkan dengan benar.

Ancaman Validitas Internal Ancaman validitas internal perlu diidentifikasi dalam proyek penelitian. Hal ini akan membantu peneliti dalam menciptakan kontrol yang tepat dalam penelitian. Ada banyak teknik untuk memastikan bahwa sebuah penelitian valid secara internal.

  1. Kejadian bersejarah Peristiwa sejarah berdampak pada hasil penelitian yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Ini karena banyak peristiwa dapat memengaruhi perasaan atau respons orang terhadap subjek tertentu. Misalnya, perubahan kepemimpinan politik atau bencana alam dapat berdampak pada cara berpikir dan berperilaku responden survei.
  2. Pematangan Eksperimen yang dilakukan dalam waktu yang lama adalah yang paling rentan terhadap pematangan. Pengaruh waktu sebagai variabel dalam penelitian dijelaskan dengan cara ini. Mungkin sulit untuk membuktikan bahwa hasil penelitian Anda tidak terpengaruh oleh waktu jika subjek Anda bertambah tua atau mengalami perubahan biologis.
  3. Bias eksperimen Ini terjadi ketika pelaku eksperimen berperilaku berbeda dalam satu kelompok daripada di kelompok lain. Ini bisa untuk atau melawan kelompok. Bias peneliti mungkin berdampak pada temuan penelitian. Jika seorang eksperimenter berperilaku berbeda dalam kelompok studi yang berbeda, hal itu mungkin berdampak pada hasil dan mengurangi validitas internal studi.
  4. Difusi Hal ini terjadi ketika peserta eksperimen berinteraksi dan mengamati satu sama lain, mengorbankan keandalan temuan studi. Demoralisasi kebencian adalah masalah yang mungkin muncul sebagai akibat dari ini. Anggota kelompok kontrol di sini bekerja kurang keras karena mereka merasa kesal dengan kelompok mereka.
  5. Pengujian Eksperimen dapat memerlukan pengujian subjek yang sama beberapa kali untuk mengumpulkan informasi yang lebih akurat. Menguji peserta dengan pengukuran yang sama secara teratur berdampak pada hasil mereka. Peserta cenderung melakukan lebih baik saat mereka mempelajari tes atau menjadi lebih akrab dengan proses pengujian; oleh karena itu, pengujian berulang dapat berdampak signifikan pada hasil.