Rancangan Pembelajaran Abad 21 Yang Harus Disiapkan Guru Mencakup Tiga Hal Pokok?

Rancangan Pembelajaran Abad 21 Yang Harus Disiapkan Guru Mencakup Tiga Hal Pokok
Rancangan pembelajaran abad 21 yang harus disiapkan guru mencakup tiga hal pokok berikut yang bukan

  1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa.
  2. Pembelajaran yang mengajarkan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
  3. Pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual).
  4. Pembelajaran harus terintegerasi dengan lingkungan sosialnya.

Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?

DINAMIKA PEMBELAJARAN ABAD 21 BAGI DAERAH TERPENCIL DAN BERKEMBANG Oleh : Nurjannah Tamil A bstrak Pembelajaran abad 21 menuntut peran pemerintah dan guru. Pemerintah perlu menyediakan berbagai fasilitas sarana dan prasarana serta guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran berdasarkan prinsip pembelajaran abad 21.

Daerah terpencil dan daerah berkembang memiliki tantangannya masing-masing dan memerlukan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran. Pendahuluan Dampak globalisasi menyentuh berbagai bidang kehidupan manusia termasuk pendidikan. Kurikulum pendidikan terus berubah untuk memenuhi tuntutan pendidikan abad 21.

Menurut PBB dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, tantangan pendidikan abad 21 yaitu membangun masyarakat berpengetahuan ( knowledge based society ) yang memiliki; (1) keterampilan melek TIK dan media; (2) keterampilan berpikir kritis; (3) keterampilan memecahkan masalah; (4) keterampilan berkomunikasi efektif; dan (5) keterampilan bekerja sama secara kolaboratif.

  • Peran guru, sekolah, masyarakat dan pemerintah secara bersama diperlukan untuk menjawab tantangan pendidikan abad 21.
  • Infrastruktur merupakan salah satu penyebab suatu daerah berkembang atau tetap menjadi daerah terpencil.
  • Daerah terpencil merupakan gambaran geografis dimana kawasan pedesaan terisolasi dari pusat pertumbuhan/daerah lain akibat tidak memiliki atau kekurangan sarana perhubungan dan komunikasi.

Daerah berkembang adalah daerah yang mengalami peningkatan sarana dan prasarana sehingga mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan di daerah itu. Oleh karena itu, untuk mendorong pendidikan abad 21 di era Revolusi 4.0 maka pemerintah perlu membangun dan menyempurnakan infrastruktur baik fisik maupun non fisik.

Pembelajaran Abad 21 Bagi Daerah Terpencil Mengintergrasikan TIK kedalam pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya mencapai tujuan pendidikan abad 21. Namun, pengintegrasian ini memiliki tantangan bagi sekolah daerah terpencil. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 di daerah terpencil memerlukan perhatian khusus pemerintah.

Hasil analisis sekolah daerah terpencil di Kalimatan Barat, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara diperoleh hambatan untuk menerapkan pembelajaran abad 21. Hambatan tersebut berupa: (1) fasilitas sarana dan prasarana, hambatan selain belum terpenuhinya fasilitas TIK adalah perpustakaan.

  • Beberapa sekolah belum memiliki ruang khusus dan kekurangan buku serta buku yang tersedia tidak terbarukan.
  • Buku terbarukan adalah solusi mendapatkan informasi tanpa internet dan memotivasi siswa belajar mandiri; (2) keprofesionalan guru, tidak meratanya sebaran guru ataupun kurangnya guru pelajaran tertentu menyebabkan guru mengajar bukan berdasarkan disiplin ilmu.

Mengganti kekosongan guru mengurangi fokus guru melahirkan ide-ide kreatif dalam pelajaran yang diampunya; dan (3) kurikulum, menyamakan standar dan perlakuan pembelajaran nasional tanpa menyamakan fasilitas sekolah memerlukan pengkajian kembali. Informasi ini memberi titik terang apa yang harus dilakukan pemerintah dan guru dalam mendukung pembelajaran abad 21.

Bagi pemerintah, untuk menyukseskan pendidikan abad 21 di daerah terpencil, perlu: (1) mempercepat pemerataan fasilitas TIK pembelajaran diseluruh daerah tanpa terkecuali; (2) membangun perpustakaan, menyediakan buku belajar baik fiksi maupun non fiksi untuk mendorong budaya literasi siswa; (3) menyediakan alat peraga sebagai visualisasi materi ajar guna mendukung pembelajaran tanpa teknologi; (4) melakukan kajian kurikulum khusus daerah terpencil; (5) membentuk guru peneliti dari guru-guru daerah terpencil untuk merumuskan strategi pembelajaran sesuai kondisi daerah; (6) memprogramkan pertukaran guru antara guru daerah terpencil dengan daerah berkembang untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran serta menyesuaikan kebutuhan guru di sekolah; (7) memfasilitasi pelatihan guru untuk meningkatkan kualitasnya terkait pembelajaran abad 21 sesuai kondisi daerah; dan (8) mempercepat program internet masuk ke daerah terpencil.

Bagi guru, pembelajaran dimulai dengan memperbarui pengetahuan bukan berarti menitiberatkan pembelajaran pada alat TIK. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan bukanlah sebagai tujuan pendidikan abad 21.

  • Ualitas terbaik guru daerah terpencil menyeimbangkan ketidaksediaan alat TIK dalam pembelajaran.
  • Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill.
  • Egiatan pembelajaran yang disusun menganut empat prinsip pokok pembelajaran abad 21 sebagaimana yang dirumuskan Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016).

Adapun keempat prinsip tersebut yakni (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) siswa mampu berkolaborasi dengan teman ataupun orang lain; (3) pembelajaran diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; dan (4) sekolah terintegrasi dengan masyarakat. Keempat prinsip pembelajaran abad 21 tersebut diadaptasikan kedalam pembelajaran oleh guru dengan: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan aktivitas siswa, guru, pemanfaatan media pembelajaran dan proses penilaian; (2) memperbarui pengetahuan sesuai perkembangan zaman; (3) menerapkan berbagai strategi pembelajaran untuk memberi variasi pengalaman belajar; dan (4) meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa selalu tertarik ke sekolah.

  1. Mengembangkan keempat kegiatan pembelajaran tersebut mendorong guru menciptakan pembelajaran berasaskan prinsip pembelajaran abad 21.
  2. Namun, para guru tetap perlu untuk menguasai teknologi yang terkait langsung terhadap pembelajarannya.
  3. Hal ini dikarenakan perubahan adalah sebuah kepastian sekarang ataupun nanti.

Oleh karena itu, pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan mengupayakan pemerataan bantuan TIK yang menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Pembelajaran Abad 21 Bagi Daerah Berkembang Salah satu misi pendidikan abad 21 yakni membangun keterampilan melek TIK dan media pada siswa.

  • Misi ini dapat tercapai di daerah berkembang walaupun beberapa sekolah belum memiliki fasilitas TIK pembelajaran.
  • Ondisi ini tidak menghambat menerapkan pembelajaran abad 21 karena internet sudah menjangkau daerah berkembang.
  • Emudahan mendapatkan informasi melalui internet mendukung guru dan siswa membangun keterampilannya seperti keterampilan TIK.

Namun, perlu penguatan pendidikan karakter siswa agar pemanfaatan TIK dilakukan dengan tepat. Bagi pemerintah, solusi pembelajaran abad 21 adalah memanfaatkan portal yang dikembangkan pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan (pustekkom) serta beberapa media lain.

Salah satu portal pendidikan tersebut dikenal dengan ” Rumah Belajar ” ( https://belajar.kemdikbud.go.id ). Rumah belajar menyediakan bahan pembelajaran yang interaktif dan memfasilitasi komunikasi serta interaksi antar komunitas. Delapan fitur utama rumah belajar yakni: (1) sumber belajar ; (2) buku sekolah elektronik (BSE) ; (3) bank soal ; (4) laboratorium maya ; (5) peta budaya ; (6) wahana jelajah angkasa ; (7) pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB) ; dan (8) kelas maya,

Selain itu, ada tiga fitur pendukung yakni: (1) karya komunitas ; (2) karya guru ; dan (3) karya bahasa dan sastra, Kesebelas fitur tersebut dirancang mendukung pembelajaran abad 21 yang diakses dimana saja, kapan saja dengan siapa saja. Bagi guru, selain memanfaatkan portal pendidikan pemerintah perlu memperbarui pengetahuannya dari berbagai sumber.

Penerapan pembelajaran abad 21 di daerah berkembang harus menyesuaikan muatan pendidikan era revolusi industri 4.0 sehingga guru harus melek digital. Muatan pembelajaran diharapkan mampu memenuhi keterampilan abad 21 yakni: (1) pembelajaran dan keterampilan inovasi meliputi penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi; (2) keterampilan literasi digital meliputi literasi informasi, literasi media dan literasi ICT; (3) karir dan kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi sosial dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling dan Fadel, 2009).

Pada akhirnya pendidikan menghasilkan generasi bangsa yang produktif sehingga permasalahan pengangguran dan daya saing sumber daya manusia terminimalisasi. Kesimpulan Pola pembelajaran abad 21 di era revolusi industri 4.0 memberi tantangan dalam dunia pendidikan.

Masing-masing daerah baik daerah terpencil maupun daerah berkembang memiliki tantangan tersendiri. Namun, tantangan tidak boleh menjadi sebuah hambatan. Pendidikan harus membawa perubahan untuk mencetak generasi yang bermartabat untuk hidup lebih sejahtera. Upaya menjawab tantangan abad ini harus didukung dari berbagai pihak baik pemerintah dan guru.

Pemerintah dan guru memiliki perannya masing-masing untuk mewujudkan cita-cita nasional. Daftar Pustaka Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan.2018. Pembelajaran Abad 21 “Rumah Belajar”, Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan RI Rohim, Bima dan Julian.2016.

Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran abad 21 Sebutkan ciri cirinya?

PEMBELAJARAN ABAD 21 | SMK Negeri 4 Bone Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh semua manusia di seluruh dunia. Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia memiliki kelebihan dibanding negara-negara tersebut atau negara maju lainnya dengan dasar pendidikan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada budaya bangsa yang mengedepankan karakter yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan Abad 21.

Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Perjalanan kurikulum 13 telah memasuki tahun keempat, seiring dengan implementasi yang dilaksanakan setiap tahunnya mengalami perkembangan dan perbaikan.

Literasi menjadi bagian terpenting dalam sebuah proses pembelajaran, peserta didik yang dapat melaksanakan kegiatan literasi dengan maksimal tentunya akan mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding dengan peserta didik lainnya.Pembelajaran akan meletakkan dasar dan kompetensi, pengukuran kompetensi dengan urutan LOTS menuju HOTS.

  • Proses pembelajaran akan dimulai dari suatu hal yang mudah menuju hal yang sulit.
  • Dengan evaluasi LOTS akan menjadi tangga bagi peserta didik untuk meningkatkan kompetensi menuju seseorang yang memiliki pola pikir kritis.
  • Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan mampu berkomunikasi dengan baik akan meningkat pula karakternya, sehingga keilmuan dan kompetensi yang dikuasainya akan menjadikannya memiliki sikap/karakter yang bertanggungjawab, bekerja keras, jujur dalam kehidupannya.

Seorang peserta didik yang mengalami proses pembelajaran dengan melaksanakan aktivitas literasi pembelajaran dan guru memberikan penguatan karakter dalam proses pembelajaran dengan urutan kompetensi dari LOTS menuju kompetensi HOTS akan menghasilkan lulusan yang memiliki karakter dan kompetensi.

Oleh sebab itu proses pendidikan harus dapat mengembangkan karakter dan kecakapan, baik yang terkait dengan pilar pendidikan maupun kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21, termasuk peningkatan profesi dan kompetensi guru, karakteristik pembelajaran, dan karakteristik peserta didik, serta kecakapan hidup dalam berkarir.

Pilar PendidikanPilar pendidikan merupakan soko guru pendidikan. Unesco memberikan empat pilar pendidikan yang terdiri atas Learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together in peace. Tetapi untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasinal, tidak cukup dengan emapt pilar tersebut, maka dalam pendidikan di Indonesia ditambah dengan dengan pilar pendidikan “Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”.Berikuturaian masing-masing pilar pendidikan tersebut.

Belajar untuk mencari tahu(learning to know)Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan melaluipenggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku, orang, internet, dan teknologi yang lainya. Implementasinya untuk mencari tahu tersebut di Indonesia sudah berjalan melalui proses belajar membaca, menghafal, dan mendengarkan, baik yang terjadi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar untuk mengerjakan (learning to do) Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan.Belajar untuk melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa melakukan dan berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja.Terkait dengan pembelajaran didalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan latihan keterampilan bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan tentang konsep atau prinsip mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran lainnya atau dalam kehidupannya sehari-hari.Dengan demikian peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mempengaruhi kehidupannya dalam mennetukan pilihan kerja yang ada di masyarakat.

Belajar untuk menjadi (learning to be)Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri individu.Belajar menjadi pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian dan keseimbangan pada kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi, spiritual, maupun sosial.

Sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki kewajiban untuk mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan minatnya agar peserta didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas dari siapa dan apa pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok yang pribadi memiliki keunggulan.

Belajar untuk berhidupan bersama dalam kedamaian (learning to live together in peace).Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam, baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Pada pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa keberagaman tersebut bukan untuk dibeda-bedakan, akan tetapi dipahamkan bahwa keberagaman tersebut tergabung dalam suatu lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu saling membantu dan menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan agar tercipta masyarakat yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian. Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlakmulia.

Pilar yang ini hanya terdapat dalam secara tersirat dalam pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa salah satu Tujuan Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Implementasi dari pilar tersebut diwujudkan secara langsung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata pelajaran PPKN, dan dalam mata pelajaran lain sebagai hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian KI-1 (Kompetensi Spiritual).

Pendidikan Abad 21Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran.

Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.Pada bagian ini akan dibahas masing-masing kecakapan tersebut sebagai berikut. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving SkillBerpikir kritis menurut Beyer (1985) adalah: Berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.UNtik selanjutnya, Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.

Dalam hal ini juga Walker (2006) menyatakan bahwa :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.Masih banyak para ahli yang memberikan pengertian atau definisi berpikir kritis ini, tetapi dalam bahasan ini akan disajikan hasil meramu sebagai berikut.

Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan argumen. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.

  • Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin, baik dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri.
  • Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.
  • Ecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan karya yang baru dan bernilai.
You might be interested:  Rancangan Undang Undang Yang Telah Disetujui Dpr Belum Sah?

Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah: “the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way, the kinds of things that people do that change the world.” Guilford (1976) mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral.

  • Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
  • Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
  • Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.

Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi-bahasa. Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.

  1. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki.
  2. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
  3. Olaborasi (Collaboration) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain.

Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan. Kecakapan Hidup dalam berkarir Salah satu karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah harus dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami potensi, minat dan bakatnya dalam rangka pengembangan karir, baik di jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun karir di masyarakat.

Oleh sebab itu, maka peserta didik harus dipersiapkankan untuk memiliki kecakapan-kecakapan yang sesuai dengan tutntutan pekerjaan di Abad 21 antara lain sebagai berikut. Memiliki sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan menjadi yang terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan-terobosan (Leadership).

Memiliki sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang dilakukan sebagai seorang individu mandiri (Personal Responsibility). Menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika dalam menjalankan kehidupan sosial bersama (Ethics). Memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk social (People Skills) Memiliki kemampuan dalam beradaptasi dan beradopsi dengan berbagai perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan (Adaptability) Mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

  1. Personal Productivity) Memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan (Accountability).
  2. Memiliki rasa bertanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan maupun komunitas yang ada di sekitarnya (Social Responsibility) Karakteristik profesionalisme guru Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi profesional yang mencakup; Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

  • Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
  • Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.Kompetensi profesional guru tersebut di atas, sangat sesuai dengan tuntutan guru pada pembelajaran Abad 21 yang harus memiliki kecakapan antara lain sebagai berikut.

Mampu merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian secara manual dan digital dengan mengintegrasikan berbagai alat dan sumber belajar yang relevan untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi dan lebih kratif.

Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik sesuai karakter kacakapan yang diperlukan (4K = 4C), yang dapat dilaksanakan antara lain dengan melibatkan peserta didik dalam menggali interkoneksi antara pengetahuan yang diperolehnya dengan isu dunia nyata (real world), termasuk dalam penggunaan teknologi.

Merancang dan menyediakan alat evaluasi yang bervariasi sesuai tuntutan kompetensi, dan mengolahnya sehingga dapat memberikan informasi yang berguna bagi peserta didik maupun pembelajaran secara umum. Menjadi model cara belajar dan bekerja antara lain dengan menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru, dan berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas dalam menggunakan berbagai alat dan sumber yang relevan untuk mendorong keberhasilan dan inovasi, termasuk penggunaan teknologi.

Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan professional antara lain dengan berpartisipasi dalam masyarakat lokal dan global untuk meningkatkan pembelajaran, dan menunjukkan kepemimpinan melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas, serta berkontribusi terhadap efektifitas dan pembaharuan diri terkait dengan profesi guru baik di sekolah maupun dalam masyarakat.

Karakteristik PembelajaranPembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang harus mempersiapkan generasi Abad 21 dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK atau ICT) yang berkembang begitu cepat. Perkembangan Teknologi tersebut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses pembelajaran.

Oleh sebab itu Kurikulum 2013 terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan kemajuan TIK tetapi harus tetap mengakar pada budaya bangsa sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis aktivitas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya, termasuk dalam penguasaan terhadap TIK, khususnya computer.Sejalan dengan karateristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015, maka karakteristik pembelajaran Abad 21 dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut.

Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta didik. Mekanisme pembelajaran harus terdapat interaksi multi-arah yang cukup dalam berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan berbagai sumber belajar yang kontekstual sesaui dengan materi pembelajaran.

Guru harus berusaha menciptakan pembelajaran melalui berbagai pendekatan atau metode atau model pembelajaran, termasuk penggunaan TIK. Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan dan melakukan penyelidikan, serta menuangkan ide-ide, baik lisan, tulisan, dan perbuatan.

Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat bekerjasama antar sesamanya (kolaboratif dan kooperatif). Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan secara terintegrasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta didik memiliki kompetensi yang utuh.

  1. Pembelajaran harus memperhatikan karakteristik tiap individu dengan kuinikannya masing-masing, sehingga dalam perencana pembelajaran harus sudah diprogramkan pelayanan untuk peserta didik dengan karakteristik masing-masing (normal, remedial, dan pengayaan).
  2. Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi antar konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar mata pelajaran, serta aplikasinya dalam dunia nyata.

Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4K atau 4C), maka pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills = HOTS).  IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KECAKAPAN ABAD 21 DAN LITERASI PEMBELAJARAN DALAM PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Seperti perencanaan pembelajaran pada umumnya, pembelajaran Abad 21 juga direncanakan dari awal dimulai dengan menganalisis Kompetensi sampai menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (lihat Naskah Pengembangan RPP). Menentukan jenis kecakapan yang akan dikembangakan sesuai dengan Kompetensi Dasar (mungkin focus, tidak pada keempat-empatnya, misalnya berpikir kritis dan problem solving, atau kolaborasi).Contoh Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran Matematika. Menginterpretasi dan menyelesaikan masalah merupakan salah satu kemampuan dalam kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah.Dengan demikian, maka terkait dengan kompetensi dasar tersebut dalam pembelajaran, guru harus mengembangkan karakter kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah.Kecakapan ini juga merupakan salah satu keterampilan dalam berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS) Merumuskan tujuan pembelajaran agar cukup jelas dalam menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki peserta didik.Contoh Tujuan Pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika. Tujuan pembelajaran di atas mengisayaratkan bahwa ada beberapa karakter kecakapan yang akan dikembangkan guru dalam pembelajaran, yaitu berpikir kritis, kreatifitas, dan kolaborasi. Selain itu, tujuan pembelajaran ini juga bertujuan untuk menguatkan pilar pendidikan yang berkaitan dengan belajar hidup bersama, dan peningkatan akhlak mulia yaitu saling menghargai dan menghormati antar sesama. Mengembangkan materi pembelajaran yang relevan.Materi dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD yang mencakup materi yang bersifat factual, konseptual, procedural, dan metakognitif (lihat Naskah Pengembangan RPP).Materi-materi tersebut dipilih dan dipilah agar dapat memenuhi mengembangkan karakter kecakapan yang telah dirumuskan sesuai tuntutan KD.Contoh materi pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis, Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skills).Contohkegiatan dalam mata pelajaran Matematika. Kegiatan pembelajaran tersebut di atas juga melatih peserta didik untuk belajar mencari tahu dan menerapkan interkoneksi antara konsep di dalam Matematika dengan kehidupan sehari-hari (berpikir kritis) Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan Komunikasi (Communication skills) Melalui kegiatan pembelajaran ini juga peserta didik dapat mengembangkan kecakapan kepemimpinan (leadership)dengan mengatur jalannya diskusi, sehingga diskusi tetap focus dan dapat memperoleh suatu simpulan yang bermakna. Untuk selanjutnya peserta didik juga dapat menerapkan pengetahuannya dalam bentuk suatu karya (tulis, lisan, atau perbuatan) yang berkaitan dengan cara belajar untuk mengerjakan (learning to do) Kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasi (Creativity and Innovation skills). Kegiatan tersebut juga dapat mengembangkan bakat dan karir peserat didik dalam mencapai cita-cita yang diinginkannya melalui pengembangan kreatifitas yang ditugaskan (learning to be), serta mengerjakan suatu karya yang berkaitan dengan konsep yang diperolehnya (learning to do). Kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kolaborasi (Collaboration skills) Melalui kegiatan kolaboratif, peserta didik dapat mengembangkan sikap kerjasama, saling menghargai dan menghormati (ethics), serta masing-masing dapat mengembangkan minat dan bakatnya (learning to be) sesuai dengan peran masing-masing dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan berpikir kritis,kratifitas, dan kolaborasi. Kegiatan seperti di atas, selain dapat mengembangkan kecakapan Abad 21 juga dapat melatih peserta didik untuk menunjukkan kemampuan mengaplikasikan konsep dalam kenyataan (learning to do), dan dapat memupuk kemampuan peserta didik dalam menentukan pilihan cara dan keleluasaan dalam memecahkan permasalahan terkait bakat dan minat (learning to be).

  1. Literasi Pembelajaran Gerakan literasi di sekolah tidak lagi menjadi bagian terpisah/berdiri sendiri dalam pelaksanaannya.
  2. Pada tahun ini literasi sekolah menjadi bagian yang tidak terpisah dari proses pembelajaran.
  3. Aktivitas peserta didik di kelas bersama guru melakukan aktivitas ini guna memperkaya dan memperdalam wawasan serta penguasaan materi, sehingga siswa terlibat langsung tidak lagi hanya bergantung pada guru.

Aktivitas literasi dalam pembelajaran misalkan kegiatan-kegiatan berikut : Sebelum membaca Membuat prediksi Mengidentifikasi tujuan membaca Ketika membaca Mengidentifikasi informasi yang relevan Memvisualisasi (jika teks bukan bentuk visual) Membuat informasi Membuat keterkaitan Setelah membaca Membuat ringkasan Mengevaluasi teks Menginformasi, merevisi, atau menolak prediksiKompetensi yang diharapkan meningkat dalam diri siswa setelah aktivitas literasi pembelajaran ini yaitu menggunakan fitur khusus representasi untuk mendukung claim, inference, dan prediksi mengubah dari satu moda ke moda yang lain menjelaskan keterkaitan antarmoda memerikan bagaimana representasi yang berbeda menjelaskan fenomena yang sama dengan cara yang berbeda memilih, mengombinasikan, dan/atau menghasilkan yang standar dan nonstandar untuk mengomunikasikan konsep tertentu mengevaluasi representasi multimoda dan menjelaskan mengapa satu representasi lebih efektif daripada representasi lain untuk tujuan tertentu

  • Contoh :Pembelajaran PPKn materi peran Indonesia dalam hubungan internasional kelas XII semester 2.
  • Peserta didik saat mengawali pembelajaran dengan melakukan aktivitas literasi pembelajaran yaitu
  • 1) membaca referensi yang sudah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya,
  • 2) peserta didik bersama kelompoknya melaksanakan kegiatan meringkas dalam bentuk tabel, bagan atau peta konsep. (critical tinking and collaboration)
  • 3) peserta didik mencari contoh dari berbagai sumber tentang permasalahan dalam hubungan internasional.(critical tinking)
You might be interested:  Badan Yang Membuat Rancangan Undang-Undang Dasar 1945 Adalah?

4) peserta didik menceritakan kembali dengan bahasa sendiri salah satu dari berbagai perbagai masalah dengan menyampaikan alternatif solusi.(critical tinking, creative and communication). Dalam kegiatan pembelajaran ini guru melakukan interaksi dengan pertanyaan yang mudah (LOTS) dengan variasi pertanyaan meningkat menuju (HOTS).(critical tinking) Guru juga selalu membimbing peserta didik agar bersungguh-sungguh dan bekerja keras serta memantapkan karakter lainnya.

  1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
  2. Dari hasil analisis tersebut disusun RPP

: PEMBELAJARAN ABAD 21 | SMK Negeri 4 Bone

Apa itu 4 C dalam pembelajaran abad ke 21?

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI 4C(COMMUNICATION, COLLABORATION, CRITICAL THINKING DANCREATIVE THINKING) UNTUKMENYONGSONG ERA ABAD 21 Di era revolusi industri 4.0 diperlukan suatu keterampilan yang dapat mengantarkan sesorang untuk sukses dalam kehidupannya.

Keterampilan tersebut adalah keterampilan 4C yaitu keterampilan Critical Thinking, Communication, Creative Thinking, dan Collaboration. Keterampialn 4C ini dibutuhkan di abad 21. Keterampilan4C dapat dilatih melalui pembelajaran di lembaga pendidikan. (1) Critical Thinking dan Creative Thingking, dapat dilatih dengan pendekatan yang diawali dengan masalah seperti dengan strategi pembelajaran problem based learning, project based learning, cooperatif group investigation, inquiry learningyang dalam penerapan strategi tersebut, dilanjutkan dengan tantangan berupa cara pemecahan masalahnyasecara berbeda-beda dengan melihat masalah tersebut dari berbagai sudut pandang.(2) Collaboration atau bekerjasama dapat dilatih melalui strategi coopererative learning dan strategi pembelajaran lain yang dilaksanakan secara berkelompok dengan memunculkan nilai-nilai pembelajaran kooperatif.

(3) Communication dapat dilatih melalui: menyusun laporan hasil kegiatan, presentasi tugas proyek, diskusi kelompok/kelas, pembelajaran dalam jaringan (daring), dan kegiatan lain yang menimbulkan interaksi antar peserta didik dengan peserta didik lain, dosen, dan dengan sivitas sekolah/kampus lainnya.

Langkah pembelajaran abad 21 4C?

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik,yaitu 4C yang meliputi (1) Communication (2) Collaboration (3) Critical Thinking and Problem Solving dan (4)Creative and Innovative.

Langkah-langkah dalam metode pembelajaran?

8. Metode Problem Based Introduction (PBI) – Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan cara memberikan permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Langkah-langkah metode pembelajaran ini adalah :

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkanGuru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihGuru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan masalah.Siswa melaksanakan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan data dan hipotesis dari eksperimen/penelitian.Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannyaGuru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelitian merekaPenutup

Apa saja peran guru dalam pembelajaran abad 21?

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21 Oleh:Dede Saroni, M.Pd Guru merupakan the key actor in the learning, Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses pembelajaran.

  1. Guru berperan sangat penting karena sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat, akan menjadi sia-sia.
  2. Sebaliknya, dengan guru yang bermutu, kurikulum dan sistem yang tidak baik sekalipun, akan tertopang.
  3. Eberadaan guru bahkan tidak tergantikan oleh siapa pun, termasuk teknologi canggih.

Keterampilan penting yang harus dikuasai guru masa depan dalam menghadapi pendidikan abad 21 adalah digital age literacy, inventive thinking, effective communication, dan high productivity, Guru yang cerdas akan mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah serta kreatif dan inovatif dalam bekerja.

Jika kompetensi tersebut disertai dengan kemampuan berkomunikasi efektif dan mampu bekerja sama dengan orang lain, maka tantangan seberat apa pun akan mampu dilalui oleh guru. Oleh karena itu, pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar serta mampu mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara profesional.

Khususnya guru sangat menetukan kualitas output dan outcome yang dihasilkan oleh sekolah karena dialah yang merencanakan pembelajaran, menjalankan rencana pembelajaran yang telah dibuat sekaligus menilai pembelajaran yang telah dilakukan (Baker&Popham, 2005:28).

Sementara itu, menurut Nasution (2005:77) bahwa guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab untuk menyediakan lingkungan yang paling serasi agar terjadi proses belajar yang efektif. Dengan demikian, apabila pedidik melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka output yang dihasilkan akan baik.

Sebaliknya, apabila pendidik tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik maka output yang dihasilkan tidak akan berkualitas. Berdasarkan kompetensi profesional guru, maka tugas guru dalam mengembangkan kacakapan peserta didik melalui pembelajaran sesuai dengan tuntutan abad 21 adalah sebagai berikut:

Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian secara manual dan digital dengan mengintegrasikan berbagai alat dan sumber belajar yang relevan untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi dan lebih kratif Memasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik sesuai karakter kacakapan yang diperlukan(4C= (critical thinking, creative, communication, colaboration), yang dapat dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik dalam menggali interkoneksi antara pengetahuan yang diperolehnya dengan isu dunia nyata (real world), termasuk dalam penggunaan teknologi Merancang dan menyediakan alat evaluasi yang bervariasi sesuai tuntutan kemampuan perkembangan dan mengolahnya sehingga dapat memberikan informasi yang berguna bagi peserta didik maupun pembelajaran secara umum Menjadi model cara belajar dan bekerja antara lain dengan menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru, dan berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas lain dalam menggunakan berbagai alat dan sumber pembelajaran yang relevan Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional antara lain dengan berpartisipasi dalam masyarakat lokal dan global untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sumber Bacaan: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Kebudayaan.2017. Panduan Pengembangan Pembelajaran Aktif, Jakarta: Direktorat SMA. Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.2018.

  1. Petunjuk Teknis Pengembangan Pembelajaran pada Madrasah,
  2. Jakarta: Dirjen Pendis.
  3. Ementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.2016.
  4. Panduan Pembelajaran untuk Sekolah Menengah Pertama,
  5. Jakarta:Direktorat SMP.

: PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Strategi apa yang harus dilakukan oleh guru agar siswa memiliki kompetensi abad 21?

Strategi Pembelajaran Abad 21 – Abstrak Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21.

  • Sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa memasuki abad 21.
  • Subjek abad 21 terdiri atas bahasa inggris (bahasa resmi masing-masing negara), bahasa pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam (science ), geografi, sejarah, pemerintahan, dan kewarganegaraan.
  • Sedangkan tema abad 21 mencakup k esadaran g lobal ; literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha ; kesadaran sebagai warga negara; literasi kesehatan; dan literasi lingkungan.

Taksonomi Bloom sebagai acuan dalam tujuan pembelajaran menyangkut dimensi pengetahuan dan proses kognitif. Dimensi pengetahuan mencakup faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Proses kognitif terdiri atas 1) m engingat ( remember) ; 2) memahami ( understand) ; 3) menerapkan ( apply) ; 4) menganalisis ( analyze) ; 5) evaluasi ( evaluate) ; dan 6) menciptakan ( create).

  1. Dimensi pengetahuan dan proses kognitif menjadi landasan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, sehingga tersusun strategi pembelajaran abad 21.
  2. Ata Kunci : kecakapan abad 21, taksonomi bloom, subjek dan tema abad 21, strategi pembelajaran abad 21.
  3. Pendahuluan Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan.

Teknologi menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Teknologi transportasi udara memberikan kemudahan menempuh perjalanan panjang. Media on-line beritasatu.com merilis waktu tempuh Newark – Singapura sejauh 9.535 mil dengan penerbangan non-stop selama 18 jam.

  • Melalui media televisi, kejadian di suatu tempat dapat secara langsung diketahui dan dilihat di tempat lain yang berjarak sangat jauh pada waktu bersamaan.
  • Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet memberi kemudahan pengiriman uang pada waktu yang sangat singkat, bahkan real time,

Perkembangan teknologi menjadikan terjadinya perubahan kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja. Kang, Kim, Kim & You ( 2012) mencatat bahwa perubahan standar kinerja akademik terjadi seiring dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dan pertumbuhan ekonomi global.

  1. Perubahan standar menuntut penyesuaian dunia pendidikan dalam menyiapkan peserta didik.
  2. Tekonologi informasi dan komunikasi memudahkan komunikasi antar anggota masyarakat dan dunia kerja yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
  3. Pertumbuhan ekonomi global menuntut persaingan yang semakin ketat dalam setiap aspek kehidupan, pasar tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat geografis, namun dusah menjadi pasar global.

Siswa abad 21 perlu dibekali dengan kemampuan TIK dan mencermati perkembangan ekonomi global. Proses pembelajaran harus mengakomodir hal tersebut. Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang siswa tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk memilikinya.

Partnership for 21 st Century Skills mengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Berpikir kritis berarti siswa mampu mensikapi ilmu dan pengetahuan dengan kritis, mampu memanfaatkan untuk kemanusiaan. Trampil memecahkan masalah berarti mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam proses kegiatan belajar sebagai wahana berlatih menghadapi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya.

Ketrampilan komunikasi merujuk pada kemampuan mengidentifikasi, mengakses, memanfaatkan dan memgoptimalkan perangkat dan teknik komunikasi untuk menerima dan menyampaikan informasi kepada pihak lain. Terampil kolaborasi berarti mampu menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan sinergi.

Sedang menurut National Education Association untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator. Mensikapi fenomena perubahan kebutuhan tenaga kerja dan kemajuan, sekolah perlu dipersiapkan dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad 21.

Pemahaman terhadap kecakapan abad 21 menjadi penting disampaikan kepada siswa. Pencapaian kecakapan abad 21 dilakukan dengan memahami karakteristik, teknik pencapaian dan strategi pembelajaran yang dilakukan. Kecakapan Abad 21 Persoalan kecakapan abad 21 menjadi perhatian pemerhati dan praktisi pendidikan.

  1. The North Central Regional Education Laboratory (NCREL) dan The Metiri Grup (2003) mengidentifikasi kerangka kerja untuk keterampilan abad ke-21, yang dibagi menjadi empat kategori: kemahiran era digital, berpikir inventif, komunikasi yang efektif, dan produktivitas yang tinggi.
  2. ATCS (assesment and teaching for 21 st century skills) menyimpulkan empat hal pokok berkaitan dengan kecakapan abad 21 yaitu cara berpikir, cara bekerja, alat kerja dan kecakapan hidup.

Cara berpikir mencakup kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Cara kerja mencakup komunikasi dan kolaborasi. Alat untuk bekerja mencakup teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi Kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.

Educational Testing Service (ETS) (2007), mendefinisikan keterampilan abad ke-21 sebagai pembelajaran kemampuan untuk a) mengumpulkan dan / atau mengambil informasi, b) mengatur dan mengelola informasi, c) mengevaluasi kualitas, relevansi, dan kegunaan informasi, dan d) menghasilkan informasi yang akurat melalui penggunaan sumber daya yang ada.

Partnership for 21 st Century Skills mengidentifikasi enam elemen kunci untuk abad ke-21 yaitu mendorong pembelajaran: 1) menekankan pelajaran inti, 2) menekankan keterampilan belajar, 3) menggunakan alat abad ke-21 untuk mengembangkan keterampilan belajar, 4) mengajar dan belajar dalam konteks abad ke-21, 5) mengajar dan mempelajari isi abad ke-21, dan 6 ) menggunakan penilaian abad ke-21 yang mengukur keterampilan abad ke-21 Kang, Kim, Kim & You (2012) memberikan kerangka kecakapan abad 21 dalam domain kognitif, afektif, dan budaya sosial.

Domain kognitif terbagi dalam sub domain : kemampuan mengelolan informasi, yaitu kemampuan menggunakan alat, sumberdaya dan ketrampilan inkuiri melalui proses penemuan; kemampuan mengkonstruksi pengetahuan dengan memproses informasi, memberikan alasan, dan berpikir kritis; kemampuan menggunakan pengetahuan melalui proses analistis, menilai, mengevaluasi, dan memecahkan masalah; dan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan metakognisidan berpikir kreatif.

Domain afektif mencakup sub domain : identitas diri yakni mampu memahami konsep diri, percaya diri, dan gambaran pribadi; mampu menetapkan nilai-nilai yang menjadi nilai-nilai pribadi dan pandangan terhadap setiap permasalahan. Pengarahan diri ditunjukan dengan menguasai diri dan mampu mengarahkan untuk mencapai tujuan dalam bingkai kepentingan bersama.

  1. Akuntabilitas diri ditunjukan dengan inisiatif, prakarsa, tanggungjawab, dan sikap menerima dan menyelesaikan tanggungjawabnya.
  2. Domain budaya sosial ditunjukan dengan terlibat aktif dalam keanggotaan organisasi sosial, diterima dalam lingkungan sosial, dan mampu bersosialisasi dalam lingkungan.
  3. Subjek dan Tema Abad 21 Pemahaman dan penguasaan subjek dan tema abad 21 menentukan kesuksesan seorang siswa di masa mendatang.

Partnership for 21 st Century Skills (2009) memberikan rumusan subjek mata pelajaran abad 21 meliputi : bahasa inggris (bahasa resmi masing-masing negara), bahasa pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam ( science ), geografi, sejarah, pemerintahan, dan kewarganegaraan.

Penguasaan bahasa nasional masing-masing dan bahasa pergaulan internasional mempengaruhi posisi yang dapat dicapai oleh seseorang. Melalui penguasaan bahasa siswa mampu mengkomunikasikan kompetensinya baik dengan bahasa tulis maupun lisan. Penguasaan seni dapat mewarnai pengelolaan diri dalam menghadapi pergaulan di dunia kerja dan masyarakat, sehingga lebih dapat menempatkan diri dalam lingkungan.

Matematika membangun logika dan cara berpikir sistematis, sehingga melalui penguasaan matematika dapat meningkatkan logika berpikir yang diperlukan dalam berinteraksi. Penguasaan kompetensi mata pelajaran tersebut belum memberikan dampak luas pada siswa kalau tidak dibarengi dengan penguasaan tema-tema abad 21.

Menurut Partnership for 21 st Century Skills (2009) tema yang mengemuka pada abad 21 adalah : kesadaran global; literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha; kesadaran sebagai warga negara; literasi kesehatan; dan literasi lingkungan. Kesadaran global mencakup kecakapan memahami dan menangani isu-isu global.

Isu-isu global dalam setiap aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan pengetahuan. Belajar dari dan bekerja sama dengan individu yang mewakili beragam budaya, agama dan gaya hidup merupakan syarat dalam memasuki pergaulan dunia.

  • Dunia yang semakin terbuka menuntut kemampuan menerima dan memahami akar budaya, agama, dan gaya hidup orang lain dalam semangat saling menghormati dan dialog terbuka dalam konteks pribadi, pekerjaan dan masyarakat.
  • Memahami negara, budaya, dan bahasa orang yang berinteraksi akan meningkatkan pemahaman diri dan orang lain, meningkatkan harkat dan martabat masing-masing.
You might be interested:  Rancangan Tujuan Bisnis Yang Dapat Kita Buat Untuk Usaha Kita?

Kecakapan keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha mencakup : kecakapan menentukan pilihan ekonomi pribadi. Pilihan seseorang terhadap sumber ekonomi pribadinya menentukan keberagaman perekonomian dalam suatu negara. Orang tidak lagi terombang-ambing terhadap pandangan orang lain terhadap sumber ekonominya, namun memaknai sumber ekonomi sebagai jalan dalam berkontribusi bagi perekonian secara makro.

  • Persoalan ini akan meningkatkan pemahaman atas peran ekonomi dalam masyarakat.
  • Eterampilan kewirausahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan pilihan karir dapat meningkatkan kontribusi terhadap perkembangan “organisasi” yang dimasukinya.
  • Ewirausahaan mencakup kemampuan dalam berekspresi, berimprovisasi, dan meningkatkan kinerja.

Kesadaran sebagai warga negara mencakup kecakapan berpartisipasi efektif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehidupan berbangsa dan bernegara terkait dengan peran dan fungsinya dalam tugas dan tanggungjawab masing-masing. Memperjuangkan hak dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan masyarakat, menjadi titik tolak dalam hidup bermasyarakat.

  • Mengembangkan supremasi sipil, menempatkan hak-hak sipil dalam bingkai demokratis yang mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dalam bingkai pemenuhan kepentingan bersama.
  • Esadaran kesehatan mencakup kemampuan dalam memelihara kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan masyarakat global.

Pemeliharaan kesehatan dimulai dari kemampuan mencari informasi dan menafsirkan persoalan-persoalan kesehatan, termasuk sebab, akibat, dan proses pencegahan dan pengobatan. Kesehatan dalam konteks ini adalah kesehatan menyeluruh fisik dan mental. Literasi lingkungan yaitu mencakup kesadaran terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan secara bertanggungjawab dan bermakna bagi kehidupan.

  • Peka terhadap dampak pengelolaan lingkungan yang tidak bertanggungjawab terhadap kehidupan secara global.
  • Perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan.
  • Perubahan perilaku alam yang menyebabkan terjadinya anomali iklim, dan dampak-dampak terhadap lingkungan sebagai akibat ekploitasi alam.
  • Strategi Pembelajaran Abad 21 Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi.

Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan ketrampilan. Kemampuan berpikir kritis siswa dibangun melalui pembelajaran yang menerapkan taksonomi pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh Benyamin Bloom tahun 1956 yang telah direvisi pada tahun 2001.

Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan mengalami penyempurnaan pada tahun 2001 (Anderson dan Krathwohl, 2001). Taksonomi pembelajaran dikelompokan dalam dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Krathwohl (2002), Anderson & Krathwohl (2001) menyebutkan bahwa pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail.

Pengetahuan faktual menyajikan fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan. Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan teori. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan Pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Dimensi poses pengetahuan terbagi dalam tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Anderson & Krathwohl, 2001:67-68) ranah kognitif terbagi dalam enam tingkat yaitu : 1) mengingat ( remember ) : mengambil, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang; 2) memahami ( understand ): membangun makna dari lisan, pesan tertulis, dan grafis melalui menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan; 3) menerapkan ( apply ): melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui pelaksana, atau menerapkan; 4) menganalisis ( analyze ): breaking materi menjadi bagian-bagian penyusunnya, menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu sama lain dan yang secara keseluruhan struktur atau tujuan melalui membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan; 5) evaluasi ( evaluate ): membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi; dan 6) menciptakan ( create ): menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh atau fungsional, reorganisasi elemen ke pola baru atau struktur melalui menghasilkan, perencanaan, atau menghasilkan.

Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak dapat dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru, akan membelenggu kekritisan siswa dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa menerima materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi.

Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh. Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa.

  • Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa.
  • Menghubungkan materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan pengembangan potensi siswa.

Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan oleh semua guru pada semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam tataran pengetahuan, namun praktik pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber belajar yang variatif.

  1. Mulai dari sumber belajar konvensional sampai pemanfaatan sumber belajar digital.
  2. Siswa memanfaatkan sumber-sumber digital, baik yang offline maupun online,
  3. Membuat produk berbasis TIK, baik audio maupun audiovisual.
  4. Ecakapan berkolaborasi menunjukkan sikap penerimaan terhadap orang lain, berbagi dengan orang lain, dan bersama-sama dengan orang lain mencapai tujuan bersama.

Paradigma pembelajaran kolaboratif memfasilitasi siswa berada dalam peran masing-masing, melaksanakannya, dan bertanggungjawab. Sikap individualistik, mau menang sendiri, dan bekerja sendiri akan mengurangi kemampuan siswa dalam menyiapkan diri menyongsong masa depannya.

  • Setiap kompetensi yang ada pada masing-masing dikolaborasikan, sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan pencapaian hasil.
  • Beers menegaskan bahwa strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum ( c ross-curricular connections ); fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri.

Kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif tidak monoton. Metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh dengan berbagai macam metode yang dapat mengakomodir gaya belajar siswa auditori, visual, dan kenestetik secara seimbang.

Dengan demikian masing-masing siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi siswa mengikuti perkembangan teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran. Sumber belajar yang semakin variatif memungkinkan siswa mengekplorasi materi ajar dengan berbagai macam pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar siswa.

Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan siswa dengan masalah yang dihadapai dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah yang diinventarisis, dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah tersebut, siswa secara berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur.

  • Pada pembelajaran berbasis projek, pemecahan masalah dituangkan dalam produk nyata yang dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa.
  • Pada pembelajaran berbasis masalah/projek pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa.
  • Eterhubungan antar kurikulum ( c ross-curricular connections ), atau kurikulum terintegrasi memungkinkan siswa menghubungkan antar materi dan kompetensi pembelajaran, dengan demikian pembelajaran dapat lebih bermakna, dan teridentifikasi manfaat mempelajari sesuatu.

Pembelajaran ini didukung lingkungan pembelajaran kolaboratif, dapat memaksimalkan potensi siswa. Didukung dengan visualisasi tingkat tinggi dan penggunaan media visual dapat meningkatkan pemahaman siswa. Sebagai akhir dari sebuah proses pembelajaran, penilaian formatif menunjukan sebuah pengendalian proses.

Melalui penilaian formatif, dan didukung dengan penilaian oleh diri sendiri, siswa terpantau tingkat penguasaan kompetensinya, mampu mendiagnose kesulitan belajar, dan berguna dalam melakukan penempatan pada saat pembelajaran didisain dalam kelompok. Pandangan Beers tersebut memperjelas bahwa proses pembelajaran untuk menyiapkan siswa memiliki kecakapan abad 21 menuntut kesiapan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

Guru memegang peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran. Siswa difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang dipersiapkan. Guru bertugas mengawal proses berlangsung dalam kerangka penguasaan kompetensi, meskipun pembelajaran berpusat pada siswa.

Simpulan dan Saran Perkembangan perekonomian global dan tuntutan dalam dunia kerja mesti disikapi sekolah dalam menyiapkan siswa. Abad 21 menuntut penguasaan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, menguasai teknologi informasi, mampu berkolaborasi, dan komunikatif. Proses mencapai kecakapan tersebut dilakukan dnegan memperhatikan taksonomi Bloom yang membagi pengetahuan dalam dua kategori yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

Dalam konteks sistem pendidikan nasional disarankan untuk melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing kelas, sehingga dapat memberikan wadah yang cukup dalam mengintegrasikan pembelajaran dalam beberapa mata pelajaran. Daftar Pustaka Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R.

(2001). A Taxonomy for learning, teaching, and assesing. a revision of Bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Addison Wesley Longman. Association, N.E. Preparing 21st Century Students for a Global Society : An Educator’s Guide to the “Four Cs”. Beers, S.Z. (2012).21st Century Skills: Preparing Students for THEIR Future.

Center, P.P. (2010).21st Century Skills for Students and Teachers. Honolulu:: Kamehameha Schools, Research & Evaluation Division. Kang, M., Kim, M., Kim, B., & You, H. (n.d.). Developing an Instrumen to Measure 21st Century Skills for Elementary Student. Krathwohl, D.R.

2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. THEORY INTO PRACTICE, 212-232. NCREL & Metiri Group. (2003). enGauge 21st century skills: literacy in the digi­tal age. http://www.ncrel.org/engauge/skills/skills.htm Rotherham, A.J., & Willingham, D. (2009).21st Century Skills: the challenges ahead. Educational Leadership Volume 67 Number 1, 16 – 21.

Skills, P.f. Learning for the 21st century skills. Tucson,: Partnership for 21st Century Skills. Harli Trisdiono, Widyaiswara Muda (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Prov.D.I. Yogyakarta) Sumber : http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/strategi-pembelajaran-abad-21/ Share This Post To : Kembali ke Atas

Apa saja tantangan guru dalam mengajar di abad 21?

Di abad ke- 21 ini guru mendapat tantangan seperti menghadapi siswa yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi.

Apa tiga karakteristik pembelajaran abad ke 21?

Karakteristik Pembelajaran Abad 21 berpikir kritis, kreatif kolaborasi inovasi.

Keterampilan apa saja yang harus dimiliki guru dan siswa yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran abad 21?

Pendidikan Karakter Dorong Tumbuhnya Kompetensi Siswa Abad 21 Jakarta, Kemendikbud – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menerus berupaya melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai implementasi dari amanat Nawacita.

Salah satu hal yang dilakukan untuk menerapkan PPK di sekolah adalah dengan mengeluarkan kebijakan lima hari sekolah dalam seminggu dan delapan jam belajar dalam satu hari atau 40 jam dalam lima hari selama satu minggu. “Dalam lima hari sekolah dan delapan jam belajar, di dalamnya lebih banyak mengarah pada pendidikan karakter.

Proporsinya sebanyak 70 persen adalah pendidikan karakter, dan 30 persen pengetahuan umum,” ujar Arie Budhiman, Staf Ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter, dalam jumpa pers di kantor Kemendikbud, Jakarta (14/6). Penguatan pendidikan karakter di sekolah harus dapat menumbuhkan karakter siswa untuk dapat berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi, yang mampu bersaing di abad 21.

Hal itu sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

Menurut Arie, banyak hal yang dapat dilakukan sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter melalui lima hari sekolah. Pendidikan karakter yang diterapkan tersebut harus mengacu pada lima nilai utama karakter prioritas PPK, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas.

Arie mengatakan, salah satu contoh sederhana penerapan PPK dalam sekolah adalah dengan melibatkan siswa untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah. “Siswa dilibatkan dengan membuat jadwal membersihkan kelas secara bergantian dan gotong-royong. Dengan demikian, nilai karakter gotong-royong sudah disisipkan dalam pembelajaran di sekolah,” ujarnya.Ia menambahkan, pendidikan karakter bukan diberikan dalam bentuk teori atau pelajaran satu arah, melainkan akumulasi praktik baik tentang karakter atau keteladanan yang ada di sekolah.

(Prima Sari)Sumber : Penulis : pengelola web kemdikbudEditor : Dilihat 120265 kali : Pendidikan Karakter Dorong Tumbuhnya Kompetensi Siswa Abad 21

Mengapa guru perlu memahami karakteristik pembelajaran abad 21?

Pembelajaran pada Pendidikan 4.0 – Ekosistem industri 4.0 menuntut pengembangan pada keterampilan abad 21, Untuk menunjang hal tersebut, konsep STEM mulai diperkenalkan. Peran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat krusial untuk bisa menjalankan pendekatan STEM pada pembelajaran. Maka dari itu, guru abad 21 harus bisa lebih kreatif dan juga inovatif dalam mengembangkan suatu metode belajar.

Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip pembelajaran?

Foto oleh Max Fischer dari Pexels Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengajar adalah memberi pelajaran. Sedangkan menurut Hamalik, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, memberikan bimbingan belajar kepada murid, mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, kegiatan yang bertujuan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, suatu proses membantu siswa dalam menghadapi kehidupan di lingkungan masyarakat sehari-hari.

  1. Dari definisi mengajar di atas, seorang guru harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu supaya tujuan dari pengajaran yang diberikan dapat tercapai dengan optimal.
  2. Selain itu, seorang guru juga harus menguasai berbagai teori pembelajaran dan mengetahui prinsip-prinsip dalam Pembelajaran.
  3. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelajaran? Prinsip pembelajaran merupakan landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.

Prinsip-prinsip seorang guru dalam proses belajar dan pembelajaran di kelas turut menentukan kualitas pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, prinsip mengajar bagi guru adalah pedoman bagaimana menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.Dengan mengetahui prinsip-prinsip pengajaran ini, Guru Pintar dapat memberikan pengalaman belajar yang terbaik dan bermakna bagi siswa-siswi yang diajar.

Prinsip-prinsip pembelajaran seperti apa?

Prinsip – prinsip pembelajaran secara umum meliputi perhatian dan motivasi keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, perbedaan individu kesemuanya ini dapat berimplikasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.