1:unsur atau kegiatan apa yg paling sering kamu temukan dalam ibadah kristen? 2:bagaimana cara 1. Kegiatan seperti,berdoa bernyanyi dan memuji Tuhan,mendengarkan khotbah yang dibawakan oleh Pendeta.2.Dengan datang ke Gereja atau bisa saja beribadah dirumah.3.Karena itu adalah kebisaan mereka untuk memuji dan menyembah Tuhan.
thank you sis ufah do my job Thank you kakak Tuhan yesus meberkati❤️
: 1:unsur atau kegiatan apa yg paling sering kamu temukan dalam ibadah kristen? 2:bagaimana cara
Contents
- 0.1 Mengapa orang Kristen melakukan kegiatan itu dalam setiap ibadah mereka?
- 0.2 Berapa kali ibadah orang Kristen?
- 1 Unsur atau kegiatan apa yang paling sering kamu lakukan dalam ibadah Kristen?
- 2 Menikah menurut agama Kristen?
- 3 Ibadah yang benar itu seperti apa?
- 4 Kenapa ibadah itu sangat penting?
- 5 Mengapa kita harus beribadah di gereja?
Mengapa orang Kristen melakukan kegiatan itu dalam setiap ibadah mereka?
Sebagai umat Kristiani tujuan ibadah kita adalah untuk memuliakan nama Allah, ibadah yang perpusat pada Allah seharusnya adalah dimana Allah dimuliakan, tanpa mengabaikan faktor manusianya. Tujuan ibadah bukan sekedar menerima berkat dari Allah, tetapi juga memberikan persembahan kepada Allah.
Bagaimana ibadah orang Kristen?
Hari Minggu Adalah Sabat Orang Kristen Rabu, 12 Agu 2020, 09:08:04 WIB – 22382 View Bendjamin Louhenapessy 2017 “Hari minggu adalah sabat orang kristen sebuah kajian teologis tentang hari sabat (keluaran 20:8-11 dalam relasinya dengan ibadah hari minggu: Pembimbing Jacob Daan Engel dan I Nyaoman Muarah Ibadah hari minggu adalah ibadah orang kristen.
Ibadah hari minggu merupakan ibadah kelanjutan ibadah israel dalam perjanjian lama. ibadah hari minggu sering diartikan sebagai ibadah sentral atau pusat ibadah umat kristen. ibadah hari minggu adalah ibadah merayakan kebangkitan yesus kristus seperti yang dikisahkan dalam kitab-klitab injil dalam perjalanan waktu ibada hari minggu kurang mendapat perharian dan pengorbanan dari umat kristen atau warga gereja masi banyak warga gereja yang kurang memahami bahwa ibadah hari minggu adalah perjumpaan manusia (mahkluk ciptaan allah) dengan allah ( sang pencipta).
ibadah hari minggu hanya sebatas kegiatan rutin yang dilakukan warga gereja tanpa memberi makna melihat fenomena yang terjadi tersebut. maka penuilis mengadakan penelitian atas pelaksanaan ibadah hari minggu teristinewa relasinya dengan ibadah israel yaitu hari sabat.
Untuk melakuka n penelitian tersebut penulis menggunakan penelitian kepustakaan penelitian kepustakaa disini antara lain melakukan analisis deskripsi atas teori-teori tentang ibadah israel pada masa lalu( masa perjanjian lama) lebih tepatnya focus pada kitab Kel.20-8-11 ibadah israel pada masa lalu disini adalah hari sabat penelitian ini antara lain historis sabat, eksegese atas kel.20:8-11 dan perelevensinya pda ibadah hari minggu Hasil dari penelitian diatas dapat menyimpulkan bahwa pemberlakuan hari sabat bukan berasal dari israel tetapi diadopsi dari tradisi bangsa-bangsa di mesopotamia yaitu sabbatu.
sementara ibada hari minggu, bukanlah ketetapan allah tetapi ketetapan gereja mula-mula hari minggu di jadikan hari perhentian. ibadah minggu adalah sabat(perhentian) sabat disini bukan dalam arti hari sabatnya tradisi Yhudi, Tetapi sabat disini sebagai perhentian atau istrahat.
Berapa kali ibadah orang Kristen?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Halaman ini berisi artikel tentang jam-jam tertentu untuk sembahyang dalam agama Kristen. Untuk kegiatan sembahyang pada jam-jam tertentu dalam Gereja Katolik ritus Romawi, lihat ibadat harian, Jam kanonis adalah saat-saat ibadat yang telah ditetapkan dalam kerangka ibadat harian, Kebiasaan sembahyang sehari-hari dalam agama Kristen berasal dari praktik mendaraskan doa-doa pada jam-jam tertentu dalam agama Yahudi. Jam-jam tertentu sepanjang satu hari penuh ini disebut zmanim dalam hukum agama Yahudi,
- Sebagai contoh, dalam kitab Kisah Para Rasul, Petrus dan Yohanes diriwayatkan pergi ke Bait Allah untuk menunaikan sembahyang sore.
- Mazmur 119:164 berbunyi: “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil” ( Simeon dari Tesalonika mengulas ayat ini sebagai berikut: “Waktu untuk sembahyang dan beribadat itu ada tujuh jumlahnya, sebanyak jumlah karunia Roh Kudus, karena sembahyang-sembahyang suci itu berasal dari Roh Kudus”).
Kebiasaan sembahyang semacam ini dipercaya sebagai adat warisan para rasul yang telah dilestarikan selama berabad-abad, meskipun tata cara pelaksanaannya berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Seiring dengan menyebarnya gaya hidup zuhud Kristen, praktik sembahyang pada jam-jam tertentu dengan tata cara tertentu ikut berkembang dan akhirnya dibakukan.
Sekitar tahun 484, rahib Yunani-Kapadokia, Sabas Yang Dikuduskan, mulai mencatat praktik-praktik peribadatan di sekitar Yerusalem, sementara tata cara peribadatan katedral dan paroki di Konstantinopel secara perlahan-lahan berkembang sendiri. Pada tahun 525, Benediktus dari Nursia menyusun garis-garis besar yang pertama dari pendarasan ayat-ayat Mazmur dalam pelaksanaan ibadat harian.
Pada abad ke-9, jam kanonik sudah dibakukan di Gereja Barat, dan sudah terdiri atas delapan waktu sembahyang sehari-hari, yakni laudes, prima, tersia, seksta, nona, vesper, kompletorium, dan sembahyang malam hari yang kadang-kadang disebut vigil. Sembahyang malam ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang disebut nokturna.
Berapa lama waktu ibadah Kristen?
Umat Kristen beribadah di gereja antara 1,5 hingga 2 jam. Lamanya beribadah di gereja tergantung pada jadwal yang telah ditentukan oleh pihak gereja. Dan ada jeda setengah jam untuk persiapan ibadah rutin pada hari Minggu.
Unsur atau kegiatan apa yang paling sering kamu lakukan dalam ibadah Kristen?
Menurut Abineno ada beberapa unsur – unsur dari ibadah yaitu:1. Khotbah ( pemberitaan Firman), 2. Nyanyian, 3. Doa, 4. Pengakuan iman, 5. Pembacaan Alkitab, 6. Persembahan jemaat ( Abineno 1986:6-8).
Pernikahan Kristen adalah tentang komitmen untuk memegang perjanjian cinta yang dibuat oleh suami dan istri dihadapan Allah. Karena komitmen tersebut menunjuk kepada perjanjian cinta Allah kepada gerejaNya. Alkitab secara bulat menyatakan bahwa hanya kematian yang dapat memisahkan perjanjian kasih suami-istri.
Apa yang dibaca orang Kristen?
Yang paling umum di antara orang – orang Kristen adalah ‘Doa Bapa Kami’, yang menurut catatan Kitab Injil (misalnya Matius 6:9-13) adalah cara Yesus mengajar murid – murid-nya untuk berdoa.
Apakah orang Kristen bisa sholat?
Ibadah Salat sebelum Islam dalam pandangan Islam – Adanya ibadah salat bagi umat Yahudi dan Kristen adalah sesuatu yang dibenarkan menurut akidah Islam. Karena menurut keyakinan umat islam semua Nabi melaksanakan salat atas perintah Allah. Jadi Salat tidak khusus bagi Nabi Muhammad dan umatnya saja.
- Salat dalam Islampun telah dilakukan sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan di lima waktu setelah terjadinya peristiwa Isra dan mikraj,
- Dalam Isra’ mi’raj tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad salat terlebih dahulu di Al-Aqsha sebelum naik kelangit dan berjumpa para Nabi.
- Nabi Muhammad juga bertemu Nabi Musa dan dia menceritakan banyaknya jumlah salat yang dilakukan bani Israel dalam sehari, kemudian Nabi Muhammad atas nasihat Nabi Musa kembali kepada Allah untuk meminta keringanan jumlah salat wajib bagi umatnya sehingga menjadi lima waktu saja dalam sehari.
Maka salat di selain lima waktu tersebut (seperti Salat Dhuha, Salat Malam, dll) hukumnya adalah sunnah (tambahan) saja. Didalam Al-Qur’an juga disiratkan akan salat yang dilakukan Nabi-Nabi sebelum Islam, misalnya Ishak dan Ya’kub As. : ” Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami).
- Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.
- Ami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.
” — Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’:72-73 Juga disebutkan pula di dalam Al-Qur’an perintah Salat kepada yang selainnya, pada Ismail As., pada Isa As., pada Bani Israil, seluruh Ahlul Kitab bahkan para malaikat. Salat di dalam Al-Qur’an terkadang hanya disebut sebagai berdiri, rukuk atau sujud saja, akan tetapi sesungguhnya maksudnya adalah salat itu sendiri secara keseluruhan (satu kesatuan) mencakup berdiri, rukuk dan sujudnya, mulai dari takbir hingga salamnya.
Apakah Kristen punya ritual atau tidak?
A. Ritual Keagamaan – Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
- Di agama Kristen ada beberapa ritual yang biasa dilakukan berikut adalah ritual-ritual dalam agama Kristen.1.
- Ebaktian malam Paskah Kebaktian Malam Paskah adalah kebaktian yang diadakan di kebanyakan gereja Kristen sebagai perayaan resmi pertama untuk merayakan kebangkitan Yesus.
- Pada masa lalu, di kebaktian inilah anak-anak menerima baptisan dan orang-orang dewasa menjalankan katekumen.
Kebaktian ini dapat diadakan pada waktu setelah matahari tenggelam pada Sabtu Suci hingga matahari terbit pada Minggu Paskah, namun umumnya diadakan pada Sabtu sore. Di Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, dan gereja-gereja Ortodoks, kebaktian ini merupakan kebaktian yang terpenting di dalam kalender liturgi gereja dan juga merupakan sakramen Perjamuan Kudus yang pertama selama masa Paskah, yang ditandai dengan penyanyian Alleluia, yang merupakan kekhasan liturgi gereja selama masa Paskah.2.
- Magnificat Magnificat (juga disebut Nyanyian pujian Maria) adalah sebuah kidung yang sering dinyanyikan (atau didaraskan) secara liturgis dalam ibadat-ibadat Kristiani.
- Idung ini diambil dari Injil Lukas pasal 1 ayat 46-55, yang tersisip di tengah naskah prosa.
- Menurut Injil, setelah peristiwa anunsiasi (pewartaan malaikat) di mana Maria diberitahu oleh Malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung Yesus, Maria meresponnya dengan visitasi (kunjungan kepada saudari sepupunya Elizabet).
Dalam narasi Injil, sesudah menyalami Elizabet, anak dalam kandungan Elizabet (yang kelak menjadi Yohanes Pembaptis) bergerak, dan ketika hal tersebut diberitahukan kepada Maria, dia menyanyikan Kidung Magnificat sebagai balasannya (para sarjana Alkitab, dan manuskrip-manuskrip kuno, berbeda pendapat mengenai apakah Maria atau Elizabet yang menyanyikannya, dalam Alkitab Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia disebutkan bahwa Marialah yang menyanyikannya).Menurut beberapa sarjana naskah Alkitab, naskah Magnificat dianggap merupakan sebuah versi ringkas dari nyanyian pujian Hana dalam Kitab 1 Samuel.
Meminyaki adalah sebuah ritual dalam berbagai agama dan bangsa dengan mengoleskan minyak yang harum, lemak binatang, ataupun mentega cair. Upacara ini dilakukan untuk melambangkan pemberian pengaruh ilahi atau sakramental, suatu pancaran kekuatan atau roh yang suci. Hal ini juga dapat dilihat sebagai upacara magis untuk mengusir pengaruh-pengaruh berbahaya dan penyakit dari diri seseorang ataupun benda-benda, khususnya dari roh-roh jaha t (drug, dev) yang diyakini sebagai sumber atau penyebab penyakit atau gangguan tersebu.
Persembahan hewan adalah bagian dari ritual keagamaan yang bertujuan untuk menyenangkan Tuhan atau dewa-dewa dengan harapan bahwa mereka akan mengganti keadaan alam sesuai dengan keinginan penyembahnya. Persembahan hewan banyak ditemui pada hampir semua kebudayaan, dari kebudayaan Yahudi, Yunani, Roma dan Yoruba.
Di Indonesia dalam Islam persembahan hewan disebut kurban. Di Bali persembahan hewan juga dilakukan pada acara-acara adat untuk melakukan penyucian. Hewan yang digunakan untuk upacara persembahan di Bali adalah ayam, sapi, bebek dan babi. Sursum Corda (dalam Bahasa Latin artinya “Arahkan hatimu kepada Tuhan”) adalah dialog pembuka pada Pembukaan Ibadat Ekaristi atau Anaphora dalam liturgi-liturgi gereja-gereja Kristen.
Dialog ini bisa ditelusuri dari abad ke-3 dari adanya Anaphora karya Hippolytus. Dialog ini tercatat dalam liturgi-liturgi gereja Kristen pertama, dan ditemukan hampir di seluruh ritus-ritus Kristen lama. Gereja-gereja Katolik Roma, Anglikan, Lutheran, Methodist Bersatu, dan denominasi lainnya menggunakan Sursum Corda dalam perayaan Ekaristi mereka.
Ibadah yang benar itu seperti apa?
Page 2 – Lucyana Henny Worship according to the concept of Christianity is God’s commandment that must be done by every person who has been redeemed and saved by the Lord Jesus Christ. The purpose of the study is to answer: What is the meaning of worship of believers? What are the elements of worship according to the Bible? How is worship lived in church life? Research using qualitative methods using literature review (library research).
The results of the study are: (1) worship truly is a service to God by offering all souls and spirits with various actions and attitudes of respect and adoration, submission, and obedience with a thankful welcome. (2) Worship without doubt is the inner confession of a person who accepts that God is sovereign in power and good.
With a series of personal offerings and the offerings of the people, approaching the altar of God by bringing sacrifice. (3) worship lived in church life is Jesus as the subject of worship through hymns, prayers, confessions of sins begging for forgiveness, giving thanks.
- Church life gives the best offerings to God, body, soul and spirit, which must be accompanied by service to others.
- Abstrak Beribadah menurut konsep kekristenan adalah perintah Tuhan yang wajib dilakukan oleh setap orang yang sudah di tebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus.
- Tujuan penelitian adalah menjawab: Apakah makna ibadah persekutuan orang percaya? Apakah unsur-unsur ibadah menurut Alkitab? Bagaimanakah ibadah dihayati dalam kehidupan bergereja? Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian literature ( library research ).
Hasil penelitian adalah: (1) ibadah yang benar adalah pelayanan kepada Allah dengan mempersembahkan seluruh tubuh jiwa dan roh dengan aneka tindakan dan sikap penuh hormat dan puja, ketundukan, serta ketaatan dengan penuh ucapan syukur. (2) unsur-unsur ibadah adalah ungkapan batin seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat penuh kuasa dan baik.
- Dengan rangkaian persembahan pribadi maupun persembahan umat, menghampiri mezbah Allah dengan membawa kurban.
- 3) ibadah dihayati dalam kehidupan bergereja adalah Yesus sebagai pokok penyembahan melalui nyanyian pujian, doa, pengakuan dosa mohon pengampunan, mengucap syukur.
- Ehidupan bergereja itu memberikan persembahan terbaik kepada Tuhan yaitu tubuh, jiwa dan roh, yang harus dibarengi dengan pelayanan kepada sesama.
worship; elements; church life Crabb, Larry. Real Church: Menjadi Orang Kristen Sejati di Tengah Dunia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009. Daun, Paulus. Kristen yang Bertumbuh. Manado: Yayasan Daun Family, 2008. Douglas, J.D. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini.
- Jakarta : YKBK/OMF, 2014.
- Enns, Paul.
- The Moody Handbook of Theology: Buku Pegangan Teologi.
- Malang: Literatur SAAT, 2006.
- Ginting, Edi Suranta.
- Aku Percaya maka Aku Beribadah.
- Bandung: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus, 2011.
- Hinson, David F.
- Buku Sejarah Israel pada Zaman Alkitab.
- Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Munroe, Myles. The Purpose And Power of Praise & Worship. Jakarta : Immanuel, 2012. Sugono, Dendy. Departemen Pendidikan Nasional “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa”. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2011. Rowley H.H. Ibadat Israel Kuno.
There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan This work is licensed under a,
- This work is licensed under a,
- Jurnal Excelsis Deo telah tercatat di situs:
- e- ISSN: 2685-0923
- p-ISSN: 2684-8724
Hari Sabtu ibadah agama apa?
MEMAKNAI HARI MINGGU SEBAGAI HARI TUHAN: SUATU KAJIAN ATAS PERINTAH ALLAH KETIGA Gizakiama Hulu* Abstrak Tidak dapat disangkal bahwa dalam kenyataannya, masih terdapat umat beriman yang tidak memahami dan memaknai hari Minggu secara mendalam. Dari kurangnya pemahaman itu sangat berakibat hari Minggu dipandang sebagai hari Tuhan hanya sekadar perayaan biasa saja, sehingga umat beriman kurang aktif untuk mengikuti Ibadat setiap hari Minggu dan menyamakan hari Minggu seperti hari Sabat dengan mengerjakan kegiatan yang menghalangi perayaan hari Tuhan.
Itu artinya, umat beriman kurang menyadari, menghayati dan memaknai hari Minggu yang merupakan hari istimewa untuk dirayakan bersama umat beriman. Memang, dalam merayakan hari Tuhan orang tidak dilarang bekerja dan berbuat. Akan tetapi, terlebih dahulu diutamakan untuk pergi ke gereja mengikuti Ibadat bersama dan kemudian diteruskan dengan pelayanan-pelayanan untuk kebutuhan keluarga.
Sebagai umat beriman perlu mengetahui di dalam tradisi Kristen, Sabat telah digeser ke hari Minggu yang merupakan hari untuk merayakan hari kebangkitan Kristus. Perayaan hari Minggu, menghadirkan kembali peristiwa Tuhan yang telah terjadi, kenangan akan masa lampau sejarah keselamatan bangsa Israel serta menghadirkan masa depan yang bercorak eskatologis sebagai peristiwa yang bakal disongsong pada masa depan.
Pada hari Minggu, Allah mengundang dan mengumpulkan umat-Nya dari seluruh penjuru dunia untuk mengenangkan kembali kebangkitan Putera-Nya dari antara orang mati melalui perayaan Ibadat Sabda dan Ekaristi. Kata kunci: Hari Minggu, Perintah Allah Ketiga, dan Umat Beriman.1. Pendahuluan Hari sebagai kronologi perhitungan waktu merupakan bagian terpenting bagi manusia untuk melaksanakan aktivitas hidupnya.
Dari berbagai jenis hari yang dikenal manusia, ada satu hari yang disebut hari Minggu atau hari Tuhan, karena “Bagi orang Kristen sekarang, hari Minggu adalah hari Tuhan.” Allah sangat menghendaki, semua manusia yang percaya kepada-Nya menyiapkan saat-saat khusus untuk menghormati Tuhan.
Maksudnya, agar manusia bukan hanya mampu meminta dan memohonkan terus-menerus kepada Tuhan melainkan harus mampu bersyukur memuji segala kebaikan dan karya Allah dalam hidup. Di kalangan umat beriman Kristiani masih banyak yang kurang memahami dan memaknai hari Minggu sebagai hari Tuhan. Kerapkali, umat beriman menggunakan berbagai alasan untuk menjauhkan diri dari sikap syukur pada hari Minggu dan bahkan menggunakan ayat-ayat Kitab Suci tertentu untuk memberi alasan dari perbuatan tidak datang ke gereja, dikatakan: “Setelah Allah bekerja enam hari lamanya maka pada hari ketujuh Allah beristirahat” (Kel.20:8).
Demikian pula pemahaman umat beriman setelah merasa lelah dalam enam hari lamanya untuk bekerja mencari nafkah bagi keluarganya maka hari Minggu dipakai sebagai kesempatan untuk tidur nyenyak, berjudi, bersenang-senang dan rekreasi tanpa pergi ke rumah Tuhan untuk memuji dan bersyukur kepada-Nya.
Seharusnya, umat beriman menyadari dan memahami bahwa “Gereja merayakan Kristus pada hari ‘kedelapan’ hari yang tepat disebut hari Tuhan atau hari Minggu.” Dari fenomena tersebut, maka perlu memberikan pemahaman intensif kepada umat beriman terutama umat Katolik dalam memaknai hari Minggu sebagai hari Tuhan.
Memaknai hari Tuhan tidak menghayati dan melihat hari Minggu sebagai hari istirahat saja dari pekerjaannya melainkan lebih kepada sikap “Penghayatan misteri penyelamatan Allah dengan mengikuti persekutuan umat beriman serta keikutsertaan umat Allah dalam perayaan Ibadat hari Minggu.” Pada hari Minggu Allah mengundang umat-Nya untuk bersyukur dan mendengarkan Sabda-Nya sekaligus supaya dapat mewujudnyatakannya dalam pergumulan hidup dengan sesama, sebab; “Hari Minggu menggantikan hari Sabat agama Yahudi sebagai hari istirahat.” 2.
- Hari Minggu sebagai Hari Tuhan 2.1.
- Hari Sabat bagi Orang Yahudi Sabat atau Sabtu adalah hari ketujuh menurut penanggalan agama Yahudi.
- Ata Sabat berasal dari bahasa Ibrani ” Shabbat ” yang berarti berhenti bekerja atau beristirahat.
- Perihal hari Sabat bagi agama Yahudi, William Chang menegaskan: “Hari Sabat, seperti hari istirahat mingguan, menjadi bagian hidup yang teratur dalam agama Yahudi.” Namun, melalui hari Sabat inilah agama Yahudi mengkhususkannya sebagai hari istirahat kepada Yahwe untuk mendengarkan Sabda-Nya.
Dari penanggalan agama Yahudi, hari Sabat sangatlah penting dalam mengenangkan kisah penciptaan dunia yang dilakukan oleh Allah dan juga yang berfungsi dalam sosial-ekonomi serta sebagai kenangan pembebasan dari perbudakan di Mesir. Hari Sabat diindahkan dan ditaati oleh agama Yahudi sebagai tanda ikatan perjanjian dengan Yahwe.
Di samping hari Sabat sebagai hari istirahat bermaksud berhenti dari segala pekerjaan sehingga agama Yahudi pun memandang hari itu sebagai: “Hari perhimpunan suci bagi mereka dengan tujuan menghormati Allah” (Im.23:3). Penghormatan agama Yahudi terhadap hari Sabat, biasanya pada hari tersebut mereka berkumpul di dalam Kanisah di Yerusalem untuk mempersembahkan kurban-kurban khusus (bdk.
Bil.28:9-10). Hal ini nampak jelas, di mana-mana didirikan Sinagoga untuk Ibadat Sabda dalam bentuk perayaan yang lebih terarah dengan mendengarkan bacaan dari Kitab Taurat dan Kitab para nabi. Setelah menghadiri Ibadat Sabda di Sinagoga sebagaimana kebiasaan orang Yahudi pada hari Sabat, mereka melanjutkan Ibadat itu di dalam rumah keluarga masing-masing untuk menghayati iman sepanjang pekan dengan penuh semangat.
Selain bentuk Ibadat yang dilanjutkan dalam keluarga masing-masing, orang Yahudi juga menghayati imannya dalam bentuk persekutuan antara satu dengan yang lain dan pola hidup seperti itu justru mempererat hubungan kebersamaan mereka dalam lingkungan hidup dan masyarakat setempat. Ternyata, perayaan hari Sabat amat berpengaruh dalam seluruh sendi kehidupan agama Yahudi.2.2.
Hari Minggu bagi Orang Kristen Hari Minggu berasal dari bahasa Latin ‘ Dies Dominica’ dan dalam bahasa Portugis dikenal ‘ Dominggo ‘ artinya hari Tuhan. Dari penjelasan arti hari Minggu dalam dua bahasa tersebut memuat makna yang sama yakni hari Tuhan.
- Apabila semua umat beriman memahami arti terdalam dari hari Minggu sebagai hari Tuhan maka akan diwujudkan dalam kesaksian hidup.
- Hari Minggu sebagai hari Tuhan bagi umat beriman masih dipahami hanya sekadar hari untuk lepas dari berbagai jenis pekerjaan tanpa memahami bagaimana memaknai hari Minggu itu sebagai hari Tuhan.
Inti pemahaman tentang hari Minggu berdasarkan pengalaman hidup para rasul, berawal pada hari kebangkitan Kristus sendiri. Kebangkitan Kristus dari antara orang mati merupakan pusat iman umat beriman yang dirayakan dalam misteri Paskah dan sekaligus menunjuk pada hari penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada umat-Nya di mana pada setiap hari kedelapan atau hari pertama dalam pekan yang disebut hari Minggu sebagai hari Tuhan.
Gereja menginginkan agar pada hari Minggu umat beriman berkumpul baik untuk mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Yesus Kristus sambil mendengarkan Sabda Allah dan berpartisipasi dalam perayaan liturgi dengan bersyukur kepada Allah yang berkat kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Perayaan hari Minggu merupakan tindakan umat beriman yang selalu dihormati dalam hidup menggereja.
Dengan tindakan itu, maka mengingat kembali sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus di tengah-tengah hidup sekarang ini. Gereja melanjutkan tradisi para Rasul tersebut melalui perayaan-perayaan yang menghadirkan Tuhan. Demikian pula jawaban para martir seperti yang dikutip dalam Ensiklopedi Gereja: “Tanpa merayakan hari Tuhan kami tidak dapat hidup” terhadap Kekaisaran Romawi yang selalu melarang perayaan liturgi pada hari Minggu.
- Oleh karena itu, umat beriman berkewajiban untuk ikut serta khususnya dalam perayaan Ekaristi, dan Gereja mendorong orang yang malas seharusnya mengikuti undangan dan perjamuan Tuhan (bdk.
- Luk.14:15-24).
- Tujuan menghadiri undangan dan perjamuan Tuhan tidak lain dari “Berkumpul untuk berdoa bersama dan saling meneguhkan dalam iman.” Tujuan inilah merupakan penghayatan iman melalui persekutuan yang dilakukan umat beriman dengan tidak hanya sekadar asal-asalan melainkan wujud konkret dengan menghasilkan buah yang baik dan sekaligus menjadi harapan Gereja secara bersama.2.3.
Hari Minggu merupakan Penyempurnaan Hari Sabat Pada dasarnya, sebagian umat beriman memahami bahwa hari Minggu sama dengan hari Sabat. Akan tetapi, hari Sabat lebih dilihat sebagai hari istirahat atau berhenti dari pekerjaan sedangkan hari Minggu lebih pada mengenangkan hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati sebagai ciptaan baru.
Demikian diungkapkan Santo Yustinus yang dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik: “Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus, Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini”.
Sikap Santo Yustinus menunjukkan makna iman melalui persekutuan hidup umat beriman untuk menjalankannya pada tiap-tiap hari Minggu. Dalam buku Katekismus Gereja Katolik ditegaskan perbedaan makna hari Minggu dengan hari Sabat; Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia – dalam memenuhi perintah hari Sabat – dirayakan oleh orang Kristen setiap Minggu pada hari sesudah hari Sabat.
- Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah.
- Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus.
- Ebiasaan berkumpul umat beriman ini sudah berlaku sejak zaman para rasul dan dari tradisi yang baik inilah mewarnai seluruh kehidupan umat beriman hingga saat ini.
Umat beriman merasa wajib ikut serta dalam beribadat setiap hari Minggu. Landasan yang paling kuat adalah Yesus sendiri yang menjadi kurban agung untuk menyelamatkan manusia dari dosa dengan wafat di kayu salib. Surat kepada orang Ibrani menasihati umat beriman agar: “Jangan kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan Ibadat kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati” (Ibr.10:25).
Hari Minggu merupakan hari yang harus dijadikan suci dengan kegiatan cinta kasih melalui berbuat amal kepada sesama yang penuh kepedulian dan keprihatinan seraya meluangkan waktu untuk keluarga dan para kerabat sampai kepada orang-orang sakit, kaum lemah dan para lanjut usia. Adanya hari Tuhan memungkinkan semua orang memiliki waktu istirahat dan waktu senggang yang cukup untuk merawat kehidupan keluarganya, kultural, sosial, dan keagamaan.
Dengan demikian, hari Minggu juga dipandang sebagai waktu yang cocok untuk refleksi, hening dan memacu pertumbuhan serta perkembangan iman dari kedalaman kehidupan batiniah umat beriman yang akan diwujudkan dalam kehidupan konkret. Urgensi yang dapat dipahami dalam memaknai hari Minggu, terungkap bahwa: “Pada hari Minggu hendaknya umat beriman tidak melakukan pekerjaan atau kegiatan yang merintangi Ibadat yang harus dipersembahkan kepada Tuhan atau merintangi kegembiraan hari Tuhan.” Dengan kata lain, kebutuhan-kebutuhan dan pelayanan keluarga yang teramat penting bagi masyarakat merupakan alasan untuk membebaskan diri dari kewajiban istirahat pada hari Minggu sehingga hal-hal ini tidak boleh menciptakan kebiasaan yang merugikan agama, kehidupan keluarga atau kesehatan.2.4.
- Pandangan Kitab Suci tentang Hari Tuhan 2.4.1,
- Perjanjian Lama Perjanjian Lama merupakan dasar pemahaman umat beriman tentang hari Tuhan.
- Hari Tuhan lebih dilihat sebagai hari yang selalu dinanti-nantikan oleh umat Tuhan pada saat itu: “Merataplah, sebab hari Tuhan sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari yang Mahakuasa” (Yes.13:6; bdk.
Yl.1:15). Dalam Kitab Yesaya menekankan bahwa hari Tuhan merupakan hari yang datang bagi umat manusia untuk memunahkan segala dosa manusia; “Sungguh, hari Tuhan datang dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan murka yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memunahkan dari padanya orang-orang yang berdosa” (13:9).
Meskipun dalam tradisi agama Israel, Sabat merupakan motivasi dasar meniru pola kerja Allah untuk beristirahat pada hari ketujuh sesuai dengan Perintah Allah ketiga “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan Allahmu” (Kel.20: 8-11).
Kedatangan hari Tuhan, sebenarnya telah memberi penyelamatan yang hebat dan sangat dahsyat kepada umat Israel melalui pembebasan dari bangsa Mesir sehingga peristiwa tersebut dapat dilalui dengan pedang datang atas Mesir dan bahkan hari itu tidak ada yang bisa menahannya (bdk.
Yeh.30:1-4; dan bdk, Yl.2:11, 31). Dengan besarnya kasih Allah bagi manusia, Ia mau mengundang umat-Nya untuk hadir di hadapan-Nya, “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari Tuhan sudah dekat. Sungguh Tuhan telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya” (Zef.1:7).
Dari pemahaman Kitab Perjanjian Lama tersebut lebih menunjukkan kepada umat beriman suatu sikap dalam masa penantian dan persiapan diri sebelum datangnya hari Tuhan. Sikap yang dimaksud adalah merupakan sikap batiniah yang bersih dan suci untuk menyambut kedatangan hari yang dahsyat yaitu hari Tuhan.2.4.2,
Perjanjian Baru Kuduskanlah hari Tuhan merupakan perintah Allah ketiga yang diwarisi kepada umat beriman. Dalam tradisi kekristenan, muncullah peralihan hari Sabat ke hari kebangkitan Yesus Kristus dan kelahiran baru sehingga pada saat itu perayaan hari Tuhan dengan tidak melarang orang untuk bekerja dan berbuat baik.
Hari Tuhan lebih dilihat pada hari kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati yang membawa penebusan dan keselamatan yang kekal bagi umat-Nya. Penegasan Yesus akan hari Sabat bukan untuk meniadakannya melainkan Ia mengkritik bahwa hari Sabat begitu banyak peraturan yang harus ditaati, misalnya mengatur jalan sampai berapa langkah, tidak boleh memasak dan bahkan tidak boleh menyembuhkan orang sakit yang sangat membutuhkan pertolongan.
- Dengan demikian, hari Sabat bukannya sebagai saat pembebasan dan istirahat, tetapi justru menjadi beban yang membelenggu dan menindas manusia.
- Dari situasi itulah, Tuhan Yesus hendak mengajarkan hakekat yang benar tentang hari Sabat.
- Tuhan Yesus ingin membaharui hal yang demikian dengan mengembalikan Sabat pada motivasi awalnya yakni sebagai hari Tuhan menuju kepada pembebasan bagi orang yang membutuhkan pertolongan seperti orang sakit.
Berdasarkan pemahaman dari Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus pun menegaskan tentang makna hari Sabat orang Yahudi: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Mrk.2:27-28).
Perjanjian Baru yang berbicara tentang hari Tuhan akan dibandingkan pula dengan Perjanjian Lama yang lebih memfokuskan sikap umat beriman untuk menyambut kebangkitan Kristus yang tidak disangka oleh para rasul seperti yang sering diungkapkan Yesus ketika mereka masih bersama-sama dan begitu pula yang telah dinubuatkan sebelumnya dalam Perjanjian Lama.
Dalam surat rasul Paulus kepada orang Ibrani menegaskan “Supaya selalu teguh dalam pengharapan sesuai janji Kristus untuk saling memperhatikan, mendorong untuk berbuat kasih dan dalam pekerjaan yang baik sehingga tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan Ibadat seperti yang telah dibiasakan oleh orang-orang sebelumnya dengan penuh semangat menjelang hari Tuhan yang sudah mendekat” (Ibr.10:23-25 dan bdk.1Kor.1:8).
- Umat beriman diajak dan didorong untuk bersekutu dalam merayakan kebangkitan Kristus yang dirayakan pada hari Minggu dengan perlu kesiapan iman dan pertobatan bagi umat beriman yang sering disebut “Berjaga-jagalah sebelum datangnya hari Tuhan” (Luk.21:34).2.5.
- Ajaran Gereja tentang Hari Tuhan Hari Tuhan adalah hari pembebasan manusia.
Dalam melaksanaan Ibadat ilahi secara penuh setiap hari Minggu, umat beriman mampu membangun dan membina relasi dengan Allah. Karya penebusan dan pemuliaan Allah yang sempurna telah dialami dan diterima oleh umat beriman di dalam kasih Allah. Hal ini diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama sehingga karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan melalui misteri Paskah dengan sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.
Ristus menghancurkan maut dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup yang baru sebagai puncak dari iman umat yang diperoleh dengan kebangkitan-Nya. Adapun yang menjadi tugas Gereja sebagai umat beriman yakni “Sekali seminggu, pada hari yang disebut hari Tuhan, Gereja mengenangkan kebangkitan Tuhan.” Dalam kegiatan ini, umat beriman mengambil bagian untuk menghayati Sabda Allah sebagai sumber kehidupan yang ilahi.
Demikian ungkapan Santo Hironimus dalam buku KGK: Hari Tuhan, hari kebangkitan, hari umat Kristen, adalah hari kita. Ia dinamakan hari Tuhan, karena pada hari ini Tuhan telah naik kepada Bapa sebagai pemenang. Kalau orang menamakannya hari matahari, kita pun senang mengakuinya, karena hari ini terang dunia telah terbit, hari ini matahari keadilan telah kelihatan, yang sinar-sinarnya membawa keselamatan.
Oleh karena itu, tidak salah lagi bila hari Minggu adalah hari di mana umat beriman berkumpul untuk perayaan liturgi, sehingga Gereja sepakat dalam perayaan “Paskah Kristen harus dirayakan pada Minggu setelah bulan purnama pertama di musim semi” dan inilah hari yang dijadikan Tuhan, “Marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya,” (Mzm.118:24).
Hari kebangkitan sebagai puncak iman Kristiani merupakan ciptaan baru yang dialami oleh umat beriman, karena kebangkitan-Nya menunjuk pada hari Minggu yang disebut hari Tuhan “Yesus telah bangkit dari antara orang mati pada hari pertama Minggu itu” (Mat.28:1; Mrk.16:2; Luk.24:1; Yoh.20:1).
- Hari pertama sebagai hari kebangkitan Kristus mengingatkan seluruh umat beriman akan penciptaan pertama.
- Namun, sesudah hari Sabat atau yang disebut hari kedelapan itu menunjuk pada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus.
- Catatan penting bagi umat beriman adalah hari itu telah menjadi hari segala hari dan pesta segala pesta yaitu hari Tuhan.3.
Makna Hari Minggu sebagai Hari Tuhan atas Perintah Allah Ketiga 3.1. Sejarah Hari Minggu Perintah menguduskan hari Sabat adalah meniru pola kerja Allah yang menciptakan alam semesta selama enam hari dan pada hari ketujuh Ia beristirahat. Dengan mengikuti pola kerja Allah, Sabat memiliki makna di mana manusia dipanggil untuk hidup dan bekerja seperti Allah dan sekaligus mengenangkan pengalaman pembebasan yang telah dialami bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Tujuan akhir hari Sabat adalah manusia dan binatang harus istirahat. Hari Sabat mengungkapkan prinsip penyempurnaan yang ditunjukkan Allah dalam karya penciptaan-Nya. Beristirahat pada hari ketujuh berarti manusia diajak untuk merenungkan seluruh karya dan aktivitasnya dengan menyadarkan manusia tidak cukup hanya mengandalkan usahanya sendiri.
Umat beriman hendaknya menanamkan tradisi hari Minggu yang dimulai dalam diri sendiri, keluarga hingga masyarakat dengan mengutamakan keikutsertaan dalam Ibadat dan Ekaristi serta dilanjutkan dengan berbuat baik kepada sesama. Kuduskanlah hari Tuhan memiliki perkembangan makna untuk dihayati oleh umat beriman.
Selain terlibat pada perayaan Ibadat dan Ekaristi, hari Minggu sebagai hari Tuhan mendapat makna yang istimewa untuk memperhatikan hidup dan keselamatan manusia. Oleh karena itu, sejarah hari Minggu dimulai dan diawali dengan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus dan perkembangan selanjutnya mempunyai bentuk yang tetap sebagai hari Minggu, hari khusus umat beriman untuk menyembah dan memuji Tuhan.
Kitab Perjanjian Baru memperlihatkan sejumlah bukti mengenai persekutuan liturgi umat beriman yang berfokus pada “Perayaan perjamuan Tuhan dengan berkumpul bersama” (1Kor.11:20-34). Hari Minggu sebagai pesta umat beriman telah tumbuh dan berkembang mulai pada perayaan Paskah dan Pentakosta Yahudi di mana para rasul dan para murid Yesus menghubungkannya pada waktu yang sama dengan kenangan akan misteri-misteri Kristus sebagai penyelamat dunia.
Tradisi para rasul tersebut tidak hanya berlaku pada saat itu, namun umat beriman melanjutkannya dengan berpegang teguh merayakan pesta kebangkitan Yesus Kristus setiap hari Minggu. Dari pendasaran di atas, dapat ditandaskan bahwa perayaan hari Minggu seyogianya tidak berlalu begitu saja di tengah-tengah umat beriman, tetapi hendaknya hari itu diamalkan dengan sepenuh hati agar “Perlu semakin ditampilkan arti perayaan hari Minggu sebagai Paskah mingguan.” Oleh karena perkembangan sejarah, arti perayaan hari Minggu membawakan suatu evolusi yang amat fundamental tentang penebusan bagi umat beriman melalui Kristus.
Dengan berbagai kesaksian hidup dalam iman kepada Kristus menunjukkan arti Paskah dengan kemuliaan Allah dalam karya-Nya di dalam Gereja sendiri karena “Kesaksian itu telah diawali dan diwarnai oleh Maria, para Kudus dan para Martir.” Paskah Kristen merupakan kelengkapan peristiwa kebangkitan Kristus dari antara orang mati, penampakan Diri Yesus kepada para murid-Nya, makan bersama dengan para murid-Nya, anugerah Roh Kudus dan juga tugas perutusan Gereja.
- Peristiwa ini yang selalu dikenangkan oleh umat beriman sebagai pusat dari sejarah keselamatan yang mendapat perhatian pada hari pertama dalam pekan.
- Bosco da Cunha dalam bukunya Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun menegaskan: “Keseluruhan misteri yang selanjutnya dirayakan setiap hari Minggu telah hadir pada hari Paskah, karena itu hari Minggu tak lain dan tak bukan merupakan perayaan mingguan misteri Paskah tersebut.” Demikian juga dalam Kisah para Rasul diungkapkan bahwa “Pada hari pertama dalam seminggu itu kami berkumpul untuk memecahkan roti” (Kis.20:7-11).
Perkumpulan itu diadakan untuk menunjukkan persekutuan umat beriman di hadapan Allah “Agar menjadi sehati sejiwa dalam kasih.” 3.2. Teologi tentang Hari Minggu 3.2.1. Hari Kebangkitan Teologi hari Minggu menunjuk pada peristiwa kebangkitan Yesus Kristus sebagai jantung perayaan.
Namun, hari Minggu juga mengandung aspek lain yang ditandai dengan peristiwa keselamatan bagi umat beriman. Hari Minggu disebut sebagai hari Tuhan karena pada hari itu Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati, sehingga “Orang beriman melihat dan mengimani peristiwa ini sebagai campur tangan Allah yang besar dalam hidup manusia dan sebagai mukjizat yang paling agung.” Pengalaman iman ini dipegang dan diwujudnyatakan oleh umat beriman sekali seminggu tepat pada hari Minggu dengan hati yang penuh gembira ria, sebab: “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala” (Why.1:10).
Dalam merayakan kebangkitan Kristus setiap hari Minggu, umat beriman berkesempatan untuk meneguhkan imannya kepada Kristus karena “Hari Minggu merupakan sakramen perjumpaan mingguan dengan Kristus yang bangkit dan menampakkan Diri karena kehadiran-Nya di tengah umat beriman yang berhimpun bersama.” Melalui perayaan kebangkitan Kristus “Umat beriman dikumpulkan dan dipersatukan oleh-Nya yang tercerai-berai” (Yoh.11:52).
Demikian halnya umat beriman menghadirkan kembali peristiwa Tuhan yang bangkit, mengenangkan akan masa lampau sejarah keselamatan bangsa Israel dan bahkan hingga saat ini umat mengalami pembebasan dari berbagai perbudakan dan penjajahan serta menghadirkan dimensi masa depan yang bercorak eskatologis menuju kepada kehidupan yang abadi dan kekal.
Dengan kata lain, perayaan hari Minggu menampilkan “Kehadiran Tuhan yang telah bangkit di dalam Gereja-Nya dalam bentuk misteri.” Serpulus Tano Simamora memaparkan lebih lanjut bahwa: Kata kunci dalam teologi kebangkitan ialah peralihan, perubahan dari kematian ke kehidupan.
- Peralihan dan perubahan itu bukan melulu soal psikologis, tetapi menyangkut seluruh diri manusia yang dikuasai oleh Roh yang datang dari luar, yakni Roh Yesus yang bangkit dan tetap hidup.3.2.2.
- Hari Roh Kudus Iman akan Kristus merupakan anugerah dari Roh Kudus yang meyakinkan umat beriman untuk “Tidak ada seorang pun yang dapat mengakui Yesus adalah Tuhan selain oleh Roh Kudus” (1Kor.12:3).
Berkat kehadiran Roh Kudus, umat beriman diantar masuk ke pengenalan akan kebenaran (bdk. Yoh.16:12). Peranan Roh Kudus sangatlah penting karena, “Roh Kudus adalah pribadi yang akan menolong dan menghibur umat beriman.” Dengan demikian, umat beriman semakin menyadari akan hal itu yang selalu memberi penolong, penghibur serta yang menyertai dan diam di antara umat beriman (bdk.
Yoh.14:16-17). Roh Kudus adalah pelaku utama tugas perutusan. Para Rasul telah menerima tugas perutusan dari Kristus yang bangkit melalui tuntunan Roh Kudus: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku Dan ketahuilah Aku menyertai kamu sampai akhir zaman” (bdk. Mat.28:18-20; Mrk.16:15-18; Luk.24:46-49; Yoh.20:21-23).
Sangat jelas sebagaimana dikatakan “Roh Kudus adalah pendamping umat beriman dalam seluruh kehidupannya.” Hari Minggu adalah waktu Roh Kudus menciptakan berbagai kondisi untuk menampung dan meresapkan kabar baik dari Allah di dalam misteri kebangkitan Kristus.
- Ehadiran dan kegiatan Roh Kudus bersifat universal.
- Ia hadir dan berkarya baik secara individu maupun dalam diri manusia-manusia dari berbagai bangsa untuk membantu umat beriman merenungkan kegiatan dan karya Allah di setiap waktu dan di mana saja.
- Pada hari Minggu, umat beiman dilimpahi dan dicurahi kekuatan Roh Kudus sekaligus diutus ke tengah-tengah dunia dalam rangka mewartakan karya keselamatan Allah dengan penuh semangat kenabian melalui persekutuan hidup dalam Allah Tritunggal Mahakudus.3.2.3.
Hari Gereja Hari Tuhan yang selalu dirayakan setiap hari Minggu oleh umat beriman merupakan hari Gereja. Umat beriman berkumpul bersama untuk berdoa, bersyukur dan mendengarkan Sabda Allah di masing-masing tempat, baik di lingkungan, di stasi maupun di paroki.
- Perayaan yang biasa dilakukan seperti perayaan Ibadat Sabda dan Ekaristi tidak lepas dari kegembiraan Paskah untuk saling berbagi kepada sesama menuju persaudaraan yang sejati di dalam Kristus.
- Persekutuan itu akan mengandung makna penting bahwa “Umat beriman yang berhimpun bersama pada hari Minggu mengungkapkan arti terdalam dari keadaannya sebagai Gereja.” Iman yang dimiliki tentu tidak hanya dikembangkan secara personalitas tetapi secara kelompok yang disebut persekutuan umat beriman yang saling bersama-sama menghadirkan Kristus.
Beriman berarti percaya seperti yang Gereja percaya dan percaya menurut yang Kristus ajarkan. Melalui himpunan perayaan umat beriman akan menanamkan iman yang kokoh kepada Kristus dengan mengenangkan peristiwa penyelamatan dari pada-Nya. Bosco da Cunha lebih lanjut menjelaskan “Pada hari Tuhan, Gereja mengungkapkan dirinya dan mewujudkan dirinya sebagai perhimpunan suci sekaligus juga merupakan hari pembentukan umat Allah berkat santapan Sabda dan santapan Tubuh dan Darah Kristus.” Himpunan umat beriman selalu dipertahankan dalam kehidupan manusia terutama untuk berhimpun pada hari Minggu seperti yang terurai dalam Konsili Vatikan II mengatakan: Umat beriman Kristiani, yang dihimpun dari segala bangsa dalam Gereja tidak membedakan dari orang-orang lain entah karena bentuk pemerintahan, entah karena bahasa mereka, entah karena tatanan politik kehidupan.
Maka, hendaklah mereka dalam adat kebiasaan hidup bangsa mereka yang pantas hidup bagi Allah dan Kristus.3.2.4. Hari Ekaristi Ekaristi adalah ungkapan kelimpahan rahmat ilahi yang istimewa, yang menjangkau secara tak terbatas tiap keperluan dan tiap aspirasi manusia secara adil. Perayaan Ekaristi mengingatkan kembali umat beriman akan kesatuannya dengan Kristus yang telah dimulai oleh para murid “Makan dan minum bersama-sama orang berdosa” (Luk.5:30), demikian juga “Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu” (Mat.26:20).
Di dalam Ekaristi umat beriman dituntun bertemu dengan Tuhan yang menjadi pusat hidup manusia untuk semakin merasa kuat dan bersatu dengan Tuhan serta saudara-saudari seiman karena “Ekaristi adalah masuk ke dalam liturgi surgawi”. Ekaristi dipandang secara khusus sebagai puncak, sumber dan pusat kehadiran Gereja sangat memberi jaminan hidup yang kekal bagi umat beriman karena Yesus mengatakan: “Akulah roti hidup,” (Yoh.6:35).
- Tugas Gereja adalah agar semua orang yang berhimpun, sehati dan sesuara memuliakan Tuhan di dalam Gereja dan mengambil bagian dalam kurban syukur pujian Tuhan dengan menimba kekuatan dengan sesama serta meneruskan karya penyelamatan itu di tengah masyarakat.
- Para rasul dan umat Kristen perdana merayakan hari Minggu dengan berkumpul bersama untuk upacara pemecahan roti (bdk.
Kis.20:7). Perayaan Ekaristi adalah pusat kegiatan hari Minggu. Ekaristi pada hari Minggu, memang benar tidak berbeda dengan perayaan Ekaristi pada hari-hari biasa yang juga tidak diceraiberaikan dari hidup liturgis dan sakramental secara keseluruhan. Akan tetapi, penampilan Gereja yang sangat istimewa adalah terdapat dalam keikutsertaan penuh, aktif dan wajib pada hari Minggu karena dirayakan hari Kristus yang telah mengalahkan maut sehingga hidup Kristus dibagikan kepada umat beriman.
Sampai sekarang umat beriman berkumpul merayakan Ekaristi untuk bersyukur atas perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam hidup manusia, misalnya: “Sebagai hari Tuhan, hari berkumpul, hari perjamuan Kudus, diambil tanpa menunggu lama hari pertama dalam pekan, hari kebangkitan dan hari kemenangan Tuhan.” Dengan mengandung arti yang sangat bermakna “Perayaan Ekaristi adalah ungkapan terpenting dari hidup beriman Kristiani.” 3.2.5.
Hari Pembaptisan Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit menyadarkan setiap umat beriman akan dirinya sebagai putra pilihan Allah (bdk. Kis.17:28), yang telah dilahirkan kembali dalam Roh Kudus berkat sakramen Pembaptisan (bdk. Ef.1:13). Pembaptisan yang telah diterima oleh setiap orang sebagai titik pangkal untuk membangun hidup manusia sebagai manusia baru karena berasal dari Allah dan telah lahir dari Allah (bdk.
Yoh.1:12). Dengan demikian, “Orang datang untuk dibaptis dan untuk bertobat,” sebagai wujud nyata menjadi pengikut Kristus. Baptisan akan menyadarkan umat beriman akan kebangkitan yang dialami Kristus sekaligus menyatu dengan hidup bersama Allah Tritunggal. Dengan itu, “Seorang terbaptis dipersatukan dengan meterai kekal ke dalam hidup Kristus senasib serta sewaris dengan Dia.” Hari Minggu mendapat nilai tambahan dan plus sebab dirayakan setiap umat beriman yang karena sakramen pembaptisan wajib memperbaharui diri dan meningkatkan hidupnya yang luhur dan suci sebagai jawaban dari panggilannya itu.
Untuk menjadi keluarga Allah dalam kehidupan umat beriman, maka harus dipahami “Sakramen Permandian mengakibatkan suatu kelahiran baru, menjadi anak Allah. Dengan mencurahkan Roh-Nya ke dalam hati umat beriman serta Tuhan menerima umat beriman ke dalam cinta-Nya.” 3.2.6.
Hari Penciptaan Dunia Baru Penciptaan dunia baru adalah berkaitan erat dengan misteri kebangkitan Kristus. Dengan menciptakan kembali dunia baru tersebut, Kristus memperbaharui lagi hidup manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk membenahi dan memulihkan kembali serta mempersatukan seluruh alam ciptaan Allah; “Karena setiap manusia adalah orang berdosa, maka setiap orang membutuhkan penebusan dari dosa untuk dapat memperoleh keselamatan.” Lebih lanjut Santo Gregorius yang dikutip dalam buku Bosco da Cunha berkata: Yang berkenan di hati saya bukanlah hari sabat meskipun dirayakan dan dipadukan hari istirahat bagi setiap orang.
Saya lebih mengutamakan hari kedelapan, yakni awal dari suatu dunia yang baru. Itulah sebabnya kita merayakannya sebagai hari pesta penuh kegembiraan, justru karena pada hari kedelapan Kristus bangkit dari antara orang mati dan kemudian naik ke Surga setelah menampakkan diri-Nya.
Pada hakekatnya umat beriman setiap kali disadarkan akan karya penciptaan yang kini pun berlangsung berkat misteri Paskah Kristus, sebab “Manusia sadar bahwa seluruh hidupnya, jiwa raganya ada di dalam tangan Tuhan. Tubuh manusia adalah buah karya sang Pencipta.” Oleh karena itu, hari Minggu merupakan hari pembaharuan kembali segenap ciptaan yang diterangi oleh sang cahaya Kristus Tuhan.
Peranan manusia begitu besar dalam menanggapi penciptaan dari Allah karena, “Manusia adalah makhluk yang struktur atau bangunannya begitu rupa sehingga ia terarah kepada perjumpaan dengan Allah.” 3.2.7. Hari Ekatologis Perjumpaan dengan Kristus di dalam perayaan Ekaristi adalah tanda yang pasti tentang perjumpaan umat beriman dengan Dia pada akhir zaman.
Untuk itu, hari Minggu kita merayakannya sebagai hari kedelapan yakni awal dari dunia baru sampai kedatangan kekal. Akhir zaman dimaknai umat beriman agar iman yang dimiliki bukan hanya kini dipertahankan, tetapi iman yang sampai kekal pun selalu dipertahankan sebagai warisan. Berkaitan dengan akhir zaman, A.
Bakker berpendapat bahwa: Pada akhir zaman, Yesus pemenang atas setan, dosa, dan maut akan kembali dengan kemuliaan untuk menyelesaikan karya penyelamatan-Nya. Penyelesaian karya penyelamatan-Nya akan terwujud dalam penampakkan diri Yesus yang mulia dan dalam pengadilan terakhir bagi semua manusia.
- Di dalam Gereja, hari Minggu menampilkan kehadiran Tuhan yang bangkit sekaligus sebagai tanda pengharapan dan penantian penuh kerinduan akan kedatangan Kristus pada akhir zaman.
- Demikian rasul Paulus dan Yohanes yang dikutip dari Nico juga menegaskan “Ada wahyu yang akan datang, yakni pada saat kedatangan kembali Kristus pada akhir zaman,” sehingga pada saat itu “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya,” (1Yoh.3:2).
Menentukan kedatangan Kristus umat beriman perlu berjaga-jaga dengan mempersiapkan diri, sebab: “Sesudah pergolakan dunia berlalu, kedatangan Kristus dalam kemuliaan-Nya akan terjadi. Kemudian datang kemenangan Allah yang definitif pada akhir zaman dan menyusul pengadilan terakhir.” Dengan demikian, tak heran jika para rasul dan para bapa Gereja “Selalu mengaitkan hari Minggu dan hidup beriman seluruhnya dengan hari kedatangan Kristus yang kedua.” 3.3.
Makna Hari Minggu bagi Umat Beriman Umat beriman tidak hanya mengakui imannya saja tetapi juga keikutsertaan untuk merayakannya pada hari Minggu. Bersatu dengan sesama sangat berharga dengan mengadakan perayaan bersama-sama dan berhenti sebentar untuk kemudian meneruskan perjalanan dengan kekuatan yang lebih besar.
Tugas pelayanan yang diemban oleh umat beriman dikembangkan dan selalu dipertahankan karena, “Pada hari Minggu Gereja mewartakan kepada dunia Kabar Gembira dari Tuhan, Pencipta dan Penebus.” Umat beriman dikumpulkan oleh Allah di dalam gereja atau di rumah masing-masing untuk mengenangkan karya penyelamatan Kristus meskipun pada kesempatan suka ataupun duka, dalam kecemasan dan pengharapan.
Eseluruhan pribadi umat beriman mengarahkannya kepada Tuhan pada perayaan yang dimaksud agar sukacita tetap hidup antara satu dengan yang lain (bdk. Kis.2:46). Perkumpulan pada perayaan hari Tuhan senantiasa mengenangkan serta menghadirkan Kristus yang bangkit, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat.18:20).
Janji-Nya ini memberi pengharapan bagi umat beriman untuk melanjutkan pengharapan hidup menuju masa depan.4. Kesimpulan Dalam Gereja Katolik terdapat sepuluh perintah Allah. Kesepuluh perintah Allah tersebut merupakan pedoman hidup umat beriman dalam penziarahan di dunia ini.
Mengikuti Yesus dituntut ketaatan dari setiap manusia agar menghayati perintah-perintah Allah khususnya kesepuluh firman (bdk. Kel.34:28). Kesepuluh firman disebut juga dekalog, Dengan demikian, dekalog memiliki peranan penting bagi Gereja. Gereja, dalam kesetiaannya kepada Kitab Suci dan teladan Kristus, mengakui kepentingan paling dasar dan makna dekalog : orang-orang Kristen wajib menaatinya.
Dari antara perintah itu salah satu perintah yang menunjuk kepada Allah adalah Perintah Allah ketiga yakni Kuduskanlah Hari Tuhan. Pada hari Minggu, di seluruh penjuru dunia umat beriman Kristiani wajib merayakan hari Minggu sebagai hari Tuhan. Hari Minggu dirayakan sebagai hari Tuhan, karena berdasarkan tradisi para rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri; “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama Minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Mrk.16:2).
Dengan demikian, Gereja menetapkan bahwa perayaan misteri Paskah dirayakan sekali seminggu tepat pada hari Minggu yang disebut hari Tuhan. Pada hari Minggu seluruh umat beriman dipersatukan oleh Allah di dalam Kristus, berkumpul dengan saudara dan saudari seiman serta membuahkan dengan berbuat amal kasih kepada sesama demi mengenangkan hari kebangkitan Kristus.
Hari Minggu adalah hari kebangkitan Kristus, sedangkan hari Sabat lebih dilihat sebagai hari istirahat. Untuk itu, motivasi dasar dari hari Sabat adalah meniru pola kerja dari Allah sendiri. Allah telah bekerja selama enam hari dan pada hari ketujuh Ia beristirahat.
- Hari Sabat sangat berbeda dengan hari Minggu atau hari Tuhan, karena sesudah hari Sabat adalah hari Minggu yang melambangkan ciptaan baru dengan didahului oleh kebangkitan Kristus.
- Hari Minggu sebagai hari kebangkitan Kristus, Dia menyempurnakan kebenaran rohani hari Sabat Yahudi dan mewartakan istirahat abadi manusia dalam Allah.
Dengan itu, umat beriman Kristiani menjaga kekudusan hari Minggu dengan berpartisipasi pada Ekaristi atau Ibadat Sabda yang akan dirayakan bersama, serta menghindari kegiatan-kegiatan yang menghalangi ibadah kepada Allah dan mengganggu suka cita hari Allah itu sendiri.
Hari Minggu sebagai hari Tuhan, sebaiknya harus dipahami secara benar dan lebih mendalam oleh umat beriman agar dalam pelaksanaannya lebih dihayati dan dimaknai sebagai sebuah hari pembebasan yang memungkinkan untuk ambil bagian dalam “Suatu kumpulan pesta yang meriah dan jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di surga” (Ibr.12:22-23), sehingga tidak disamakan begitu saja apa yang menjadi makna hari Sabat dengan hari Minggu sebagai hari Tuhan bagi umat beriman Kristiani.
Seandainya umat beriman menyadari dan memahami bahwa hari Minggu dikhususkan bagi Tuhan tentu, akan memberikan diri dan waktu yang seutuhnya untuk mendengarkan Tuhan melalui Sabda-Nya. Pada hari Minggu, umat beriman tidak dilarang untuk bekerja dan berbuat baik bagi orang lain.
Dengan kata lain, setelah perayaan ibadat maka pekerjaan dalam keluarga dan komunitas kembali berjalan dengan baik. Hal ini merupakan pembebasan bagi umat beriman dari aturan-aturan yang ingin menindas dan membelenggu. Pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang sesuai dengan kehendak Allah dalam kehidupan manusia dengan mengamalkan cinta kasih yang sejati, dan menyumbangkan kegiatannya demi penyempurnaan ciptaan yang ilahi.
Di samping itu, hari Minggu hari keluarga saat yang tepat untuk mengunjungi sanak saudara, memberi perhatian kepada kaum lanjut usia serta orang-orang sakit yang di dalamnya ada nilai kebersamaan dalam menimba pengalaman hidup di dunia ini.
*) Gizakiama Hulu Magister Agama dari STP IPI Malang, mengajar Katekese Umat dan Statistik di STP Dian Mandala Gunungsitoli – Nias Daftar Pustaka
Bakker, A. Ajaran Iman Katolik 1 untuk Mahasiswa, Yogyakarta: Kanisius, 1988. Ajaran Iman Katolik 2 untuk Mahasiswa, Yogyakarta: Kanisius, 1988. Cunha, Bosco da. Tahun Liturgi Gereja Sejarah-Teologi-Pastoral, Malang: STFT Widya Sasana, 1988. Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun,
Jakarta: Obor, 2011. Cunha, Bosco da dan dan Lazarus. Pengantar Teologi, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011. Chang, William. Menggali Butir-Butir Keutamaan, Yogyakarta: Kanisius, 2002. Dister, Nico Syukur. Pengantar Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Teologi Sistematika 2 Ekonomi Keselamatan tentang Teologi Pencipta, (: Kanisius, 2004. Doornik, P.N.J. Van. Di mana Hal-hal itu tertulis dalam Kitab Suci, Diterjemahkan oleh E. Siswanto. Malang: Dioma, 2001. Hahn, Scott W. Teologi Alkitabiah Paus Benediktus XVI,
- Diterjemahkan oleh A.S.
- Hadiwiyata.
- Jakarta: Fidei Press, 2011.
- Hayon, Nikolaus.
- Capita Selecta,
- Maumere: STFK Ledalero, 1993.
- Heuken, Adolf.
- Ensiklopedi Gereja, Jilid V.
- Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005.
- Ensiklopedi Gereja,
- Jilid VII,
- Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005.
- Onferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara.
Katekismus Gereja Katolik, Diterjemahkan oleh Herman Embuiru. Ende: Nusa Indah, 1995. Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi, Yogyakarta: Kanisius-Obor, 1996. Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Diterjemahkan oleh Harry Susanto.
Yogyakarta: Kanisius, 2009. Konsili Vatikan II. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – Obor, 1993. Komisi Kepausan Untuk Keadilan dan Perdamaian. Kompendium Ajaran Sosial Gereja, Diterjemahkan oleh Yosef Maria Florisan dan Paulus Budi Kleden. Maumere-Flores: Ledalero, 2013.
Kewuel, Hipolitus K., dan Gabriel Sunyoto ( ed,).12 Pintu Evangelisasi: Menebar Garam di Atas Pelangi, Yogyakarta: Wina Press, 2010. Mariyanto, Ernest. Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius, 2004. Purnomo, Aloys Budi. Mohon Roh Kudus, Medan: Bina Media, 2001.
Simamora, Serpulus Tano. Yesus Sebuah Diskusi Kristologis, Medan: Bina Media Perintis, 2005. Sinaga, Anicetus B. Imam Triniter Pedoman Hidup Imam. Jakarta: Obor, 2007. Tarpin, Laurentius. Moral Hukum Allah, Disadur oleh Cornelius Fallo. Diktat Moral Dekalog, Gunungsitoli: STP Dian Mandala, 2014. Tim Karya Kepausan Indonesia.
Materi Pembinaan Animator-Animatris Misioner, Jakarta: Karya Kepausan Indonesia, 2010. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi (Yogyakarta: Kanisius-Obor, 1996), hlm.45. Hari kedelapan artinya hari sesudah hari ketujuh, namun hari kedelapan itu disebut juga sebagai hari pertama dalam setiap Minggu.
- Onsili Vatikan II, “Tentang Liturgi Suci” (SC), dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R.
- Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – Obor, 1993), no.106.
- Selanjutnya disingkat SC dan diikuti no.
- Onsili Vatikan II, ” Konstitusi Dogmatis tentang Gereja ” (LG), dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R.
Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – Obor, 1993), no.34. Selanjutnya disingkat LG dan diikuti no. Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, Jilid V (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), hlm.230. Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, Jilid VII (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), hlm.169.
- William Chang, Menggali Butir-Butir Keutamaan (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm.139.
- Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun (Jakarta: Obor, 2011), hlm.13-15.
- Ernest Mariyanto, Kamus Liturgi Sederhana (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm.67.
- Nikolaus Hayon, Capita Selecta (Maumere: STFK Ledalero, 1993), hlm.1.
Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja, Jilid V, hlm.230. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, hlm.49. Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara, Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh Herman Embuiru (Ende: Nusa Indah, 1995), no.2174. Selanjutnya disingkat KGK dan diikuti no.
GK., no.2175. Konsili Vatikan II, “Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia Dewasa Ini” (GS), diterjemahkan oleh R. Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – Obor, 1993), no.67. Selanjutnya disingkat GS dan diikuti no. KGK., no.2185. Komisi Kepausan Untuk Keadilan dan Perdamaian, Kompendium Ajaran Sosial Gereja, diterjemahkan oleh Yosef Maria Florisan dan Paulus Budi Kleden (Maumere-Flores: Ledalero, 2013), no.284-285.
Laurentius Tarpin, Moral Hukum Allah, disadur oleh Cornelius Fallo, Moral Dekalog, (Gunungsitoli: STP Dian Mandala, 2014), hlm.18-19. ( Diktat ). Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, hlm.46. SC., no.5. SC., no.102. KGK., no.1166. KGK., no.1167.
- GK., no.1170.
- GK., no.2174.
- Laurentius Tarpin, Moral Hukum Allah, disadur oleh Cornelius Fallo, Moral Dekalog, hlm.4.
- Ibid., hlm.19.
- Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.34.
- Bosco da Cunha, Tahun Liturgi Gereja Sejarah-Teologi-Pastora l (Malang: STFT Widya Sasana, 1988), hlm.12. Ibid.
- Ibid., hlm.14.
Hipolitus K. Kewuel dan Gabriel Sunyoto ( ed,), 12 Pintu Evangelisasi: Menebar Garam di Atas Pelangi (Yogyakarta: Wina Press, 2010), hlm.203. Serpulus Tano Simamora, Yesus Sebuah Diskusi Kristologis (Medan: Bina Media Perintis, 2005), hlm.96. Bosco da Cunha, Memaknai Perayaa n, hlm.39.
- William Chang, Menggali Butir-Butir, hlm.140.
- Bosco da Cunha, Tahun Liturgi, hlm.17.
- Serpulus Tano Simamora, Yesus Sebuah, hlm.104.
- Aloys Budi Purnomo, Mohon Roh Kudus (Medan: Bina Media, 2001), hlm.14.
- Tim Karya Kepausan Indonesia, Materi Pembinaan Animator-Animatris Misioner (Jakarta: Karya Kepausan Indonesia, 2010), hlm.45.
Aloys Budi Purnomo, Mohon Roh, hlm.14. Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.40-41. Ibid. Bosco da Cunha, Tahun Liturgi, hlm.17. Bosco da Cunha dan Lazarus, Pengantar Teologi (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011), hlm.1.8.
- Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.41.
- Onsili Vatikan II, ” Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja ” (AG), dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R.
- Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – Obor, 1993), no.15.
- Selanjutnya disingkat AG dan diikuti no.
- William Chang, Menggali Butir-Butir, hlm.136.
Scott W. Hahn, Teologi Alkitabiah Paus Benediktus XVI, diterjemahkan oleh A.S. Hadiwiyata (Jakarta: Fidei Press, 2011), hlm.218. Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.42.P.N.J. Van Doornik, Di mana Hal-hal itu tertulis dalam Kitab Suci, diterjemahkan oleh E.
Siswanto (Malang: Dioma, 2001), hlm.166. Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm.64. Serpus Tano Simamora, Yesus Sebuah, hlm.34. Anicetus B.Sinaga, Imam Triniter Pedoman Hidup Imam (Jakarta: Obor, 2007), hlm.171.A. Bakker, Ajaran Iman Katolik 2 untuk Mahasiswa (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm.41.A.
Bakker, Ajaran Iman Katolik 1 untuk Mahasiswa (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm.28. Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.43.A. Bakker, Ajaran Iman Katolik 1, hlm.24. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2 Ekonomi Keselamatan tentang Teologi Pencipta (: Kanisius, 2004), hlm.98.A.
Bakker, Ajaran Iman Katolik 2, hlm.133. Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, hlm.125. Konferensi Waligereja Indonesia, Kompendium Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh Harry Susanto (Yogyakarta: Kanisius, 2009), no.134. Bosco da Cunha, Memaknai Perayaan, hlm.44. William Chang, Menggali Butir-Butir, hlm.141.
Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, hlm.57. : MEMAKNAI HARI MINGGU SEBAGAI HARI TUHAN: SUATU KAJIAN ATAS PERINTAH ALLAH KETIGA
Hari besar agama Kristen apa?
9. Hari Raya Natal – 25 Desember – ilustrasi pohon natal (pexels.com/Brett Sayles) Mungkin semua orang sudah familiar dengan hari raya satu ini. Diperingati setiap tanggal 25 Desember, Hari Raya Natal merupakan hari libur nasional yang banyak dinanti anak-anak di seluruh dunia karena terlena akan hadiah yang bisa diperolehnya di bawah pohon natal yang diberikan oleh Santa Claus.
Namun sebenarnya, Hari Natal merupakan hari umat Katolik memperingati lahirnya Yesus Kristus di Betlehem, lebih tepatnya di dalam sebuah kandang domba. Ketika itu, Maria dan Yusuf tidak mampu menemukan penginapan untuk melahirkan Yesus Kristus, dan akhirnya memutuskan untuk bermalam di sebuah kandang domba.
Di sanalah, Yesus sang Juruselamat dilahirkan. Itulah dia sederet hari besar agama Katolik yang perlu kamu ketahui. Dari beberapa hari besar di atas, hanya Hari Natal, Jumat Agung, Paskah, dan Kenaikan Yesus yang ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia untuk saat ini.
Ibadah Orang Kristen kemana?
2. Gereja (Kristen Protestan) – Ilustrasi Gereja Injil Minahasa (sumber: www.gmim.or.id) Gereja merupakan tempat ibadah bagi agama Kristen Protestan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Selain digunakan sebagai tempat beribadah, gedung gereja berguna untuk membangun relasi antar jemaat dan masyarakat luas.
Gereja sebagai sebuah bangunan atau struktur dibangun dengan tujuan utama untuk memfasilitasi pertemuan. Gereja juga memiliki fungsi sosial dan komunitas yang berperan penting dalam membantu orang lain. Kata gereja sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni “Ekklesia” yang berarti perkumpulan atau orang-orang yang dipanggil keluar.
Penggunaan salib pada bagian luar bangunan menjadi ciri utama yang sangat khas dari sebuah gereja. Selain itu, gereja tradisional biasanya memiliki sebuah kubah atau menara pada bagian atas bagunan. Sedangkan pada gereja yang lebih modern biasanya memiliki variasi tata letak dan arsitektur. Sejarah gereja di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bangsa Belanda.
Gereja Protestan di Maluku, Gereja Protestan di Ternate dan Tidore, Gereja Protestan di Sulawesi Utara, Gereja Protestan Injili di Minahasa, dan Gereja Protestan di Sangir Talaud.
Mengapa sebelum melakukan segala kegiatan Orang Kristen harus berdoa?
Page 3 – MENGAPA KITA BERDOA MENGAPA KITA BERDOA? Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur (Kolose 4:2) Salah satu paradoks terkenal dalam Kristen adalah bahwa Allah ingin agar kita menceritakan kepada-Nya segala sesuatu yang kita alami, meskipun Dia sudah mengetahui segalanya.
- * Karena adanya iblis, dan doa adalah salah satu cara yang dipilih Allah untuk melawannya (Efesus 6:12-13,18).
- * Karena doa adalah cara yang Allah berikan agar kita dapat memperoleh apa yang kita butuhkan dari-Nya (Lukas 11:3-13; Yakobus 4:2).
- * Karena doa merupakan sarana yang dipilih Allah supaya kita dapat menemukan “kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya” (Ibrani 4:16).
- * Karena doa yang disertai ucapan syukur adalah cara yang Allah berikan agar kita memperoleh kelepasan dari kekuatiran dan merasakan “damai sejahtera Allah” (Filipi 4:6-7).
Di luar alasan-alasan di atas, sebenarnya kita cukup membaca perintah yang tertulis dalam 1Tesalonika 5:17, “Tetaplah berdoa,” dan menyadari bahwa Allah menginginkan kita bercakap-cakap dengan-Nya. Memang, Dia adalah Allah yang Mahatahu, tetapi Dia juga menginginkan adanya persekutuan dengan kita.
- HAK KITA YANG PALING ISTIMEWA
- ADALAH BERCAKAP-CAKAP DENGAN ALLAH
- Contoh Yesus
Kalau kita melihat kepada Yesus, kita melihat contoh tentang doa. Ia terus-menerus berdoa kepada Bapa-Nya. Tidak ada secercah pun tanda yang menunjukkan, bahwa Ia bersandar kepada diri-Nya sendiri. Sebaliknya, Ia selalu bergantung kepada Allah seperti terlihat dalam kehidupan doa-Nya.
- Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibr.5:7).
- Ayat ini mengungkapkan bagaimana Yesus mengungkapkan isi hati-Nya kepada Bapa.
- Doa-Nya tidak dingin, kering, atau formal, melainkan suatu doa yang mengalir dari hati yang menyala-nyala dengan kasih Allah.
Perhatikanlah komitmen-Nya yang terlihat dalam ayat ini. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk.1:35). Di sini Yesus memperlihatkan kebutuhan-Nya untuk berdoa dengan bangun dan berdoa sebelum terang tanah.
Demikian pula, tiap-tiap hari kehidupan kita seharusnya dimulai dengan doa. Kalau Yesus berdoa dan menerima perintah harian, demikian pula kita. Murid-murid yang hidup bersama dengan Yesus dan mengamati Dia terus-menerus bertanya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” (Luk.11:1). Mereka tidak meminta Dia mengajarkan bagaimana berkhotbah atau melakukan mukjizat, namun mereka ingin sekali mengetahui bagaimana cara-Nya berdoa.
Orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan mengetahui apa rahasia di balik kuasa-Nya. Mereka melihat bagaimana Ia memisahkan diri-Nya untuk berdoa dan kemudian kembali dengan kuasa yang luar biasa mengalir keluar dari diri-Nya. Mereka sadar, kalau mereka mengerti bagaimana caranya berdoa, mereka akan memiliki kuasa untuk berkhotbah, menyembuhkan dan melakukan mukjizat.
- Arena itu, marilah kita memahami kuasa yang terdapat dalam doa.
- Itulah kuasa Allah sendiri.
- Doa menjangkau hal-hal yang kelihatannya mustahil dan tak terjangkau.
- Doa membuka Laut Merah.
- Doa memancarkan air dari batu karang dan menurunkan roti dari surga.
- Doa membuat matahari berhenti beredar.
- Doa menyalakan api dari langit membakar korban Elia.
Doa menyembuhkan orang sakit. Doa membangkitkan orang mati. Doa telah membawa pertobatan sekian banyak jiwa. Rumah Doa Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulai mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa.
- Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun'” (Luk.19:45-46).
- Bait Allah telah menjadi pusat kegiatan tempat banyak orang sibuk berjual-beli hewan-hewan korban yang hendak dipersembahkan kepada Allah.
- Namun Yesus masuk ke sana dan mengusir mereka semua serta menyatakan tempat itu sebagai rumah doa.
- Mirip sekali dengan gereja pada masa sekarang.
Banyak sekali kegiatan yang baik, namun kurang sekali ada doa. Karena kurangnya doa ini, hanya terjadi sedikit pertumbuhan, sedikit kuasa, dan sedikit kekudusan. Prinsip-prinsip Doa Kalau kita berdoa, ada prinsip-prinsip yang membuat doa kita berhasil.
Prinsip Utama yang mendasarinya adalah prinsip kekudusan. “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan (doa) mereka.” (I Ptr.3:12). Hidup benar dan tidak bercela memberi kita kehormatan untuk datang ke hadirat Allah yang kudus. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm.24:3-4).
Sebagai murid Tuhan, kalau kita telah menyerahkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus dan selalu berusaha hidup kudus, kita dapat memastikan, bahwa Allah mendengar dan menjawab doa kita. Prinsip-prinsip lain yang melengkapi Prinsip Utama tadi, meliputi: 1.
- Doa harus sesuai dengan Firman Allah.
- Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh.15:7).
- Alau Firman Allah memenuhi hati kita, doa kita akan mengalir keluar dari pengertian kita akan janji-janji-Nya.2.
- Doa harus terarah dan spesifik.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiaporang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Adakah seorang daripadamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga, Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat.7:7-11).
Yang pertama sekali, kita harus meminta. Apapun kebutuhan kita, mintalah. Dikatakan, kalau kita meminta ikan kepada Bapa kita, Ia tidak akan memberikan ular. Apa yang diberikan-Nya? Tentu saja seekor ikan! Ketika kita berdoa, kita harus menyebutkan nama-nama orang yang kita doakan atau hal-hal spesifik yang kita butuhkan.3.
- Berdoa dalam nama Yesus.
- Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.
- Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (Yoh.14:13-14).
- Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.
- Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah suka citamu” (Yoh.16:23-24). Allah telah menanamkan segala kuasa di surga dan di bumi di dalam nama Yesus. Ketika kita dilahirkan kembali, kita diberi hak untuk menggunakan nama Yesus dalam doa.
Dengan nama-Nya kita dapat menghampiri hadirat Allah dengan penuh keberanian dan kita akan didengar.4. Berdoa dengan iman. “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Mat.21:22). mendapatkan jawabannya sebelum hal itu terlihat oleh mata jasmani. Ketika kita berdoa sesuai dengan kehendak Allah di dalam nama Yesus, kita dapat mengharapkan datangnya jawaban.
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk.11:24).5. Berdoa dengan tekun. “Doa orang benar, bila dengan tekun didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak.5:16b).
- Kita harus berdoa dengan segenap hati.
- Dengan bertekun, kita memperlihatkan kalau kita bersungguh-sungguh.
- Perhatikanlah Kisah Para Rasul 12:5, “Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara.
- Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.” Petrus dituntun keluar oleh seorang malaikat yang datang menolongnya sebagai jawaban bagi “ketekunan” doa umat Allah.6.
Kita harus memiliki motivasi yang benar. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak.4:3). Penting bagi kita untuk tidak meminta sesuatu dengan alasan yang salah.
Mengapa ibadah itu penting untuk kehidupan orang percaya?
Ibadah di dalam kehidupan orang Kristen sangat penting karena ibadah itu sebagai nafas hidup orang percaya. Salah satu faktor pertumbuhan rohani adalah mengenal hakekat ibadah yang benar, sejati dan yang berkenan di hadapan Allah.
Kenapa ibadah itu sangat penting?
Tujuan Ibadah dalam Islam – ©2021 Merdeka.com/pexels-ali-arapoğlu Setelah mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, berikutnya terdapat beberapa tujuan yang menyertai perintah ibadah. Dalam hal ini, Allah memerintahkan semua hambanya untuk beribadah bukan tanpa alasan. Terdapat tujuan tersendiri di balik perintah untuk beribadah kepada Allah.
Ibadah dilakukan untuk menciptakan hubungan harmonis antara makhluk dan Sang Penciptanya, yaitu Allah SWT. Ibadah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah menciptakan, memelihara, mengangkat manusia sebagai khilafah di bumi, serta mengizinkan manusia untuk mengambil manfaat yang disediakan oleh alam. Ibadah dilakukan untuk mengukur sejauh mana kepatuhan para makhluk ciptaan Allah dalam melaksanakan perintah-Nya. Patuh tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah akan mempengaruhi nasib mereka di dunia maupun di akhirat untuk kehidupan yang akan datang. Ibadah dapat memberikan rasa aman, damai, dan tenang, karena Allah dapat mengurus setiap urusan pada hambanya. Ibadah dilakukan untuk menghilangkan rasa takabur karena hanya Allah Yang Maha Besar yang memiliki segala kesempurnaan. Ibadah dilakukan sebagai bentuk ekspresi bahwa manusia hanya makhluk yang lemak dan membutuhkan setiap pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT.
4 dari 4 halaman
Mengapa kita harus beribadah di gereja?
Mengapa Harus Beribadah di Gereja? Setelah kita menerima Kristus, kita beribadah di gereja dan mengikuti banyak kegiatan di gereja lokal. Pertama, karena tidak mungkin menerima Kristus tanpa menerima tubuh Kristus. Jadi, kalau seorang mengatakan bahwa ia menerima Kristus tetapi tidak mau ke gereja, itu adalah ketidakmungkinan.
Bagaimana mungkin kepala dipisahkan dari tubuh? Kedua, gereja lokal adalah perwujudan tubuh Kristus. Karena itu, seorang yang menerima Kristus, menjadi anggota tubuh Kristus, ia harus bergabung dengan gereja lokal. Ketiga, ibadah dalam gereja untuk memuliakan Tuhan dan membangun kerohanian kita melalui firman yang disampaikan.
Keempat, kita belajar bersekutu dengan saudara seiman dan saling mengasihi dalam gereja. Tuhan Yesus berkali-kali memerintahkan agar kita saling mengasihi sebagai saudara seiman. Salah satu perwujudannya adalah dalam persekutuan di gereja. Kelima, setelah kita menerima Kristus, kita belajar bersyukur dan meresponi anugerah Tuhan dengan belajar melayani.